Sabtu, 10 Agustus 2013

MEMOTRET TOKOH DAN MODEL

Salah satu obyek yang paling sering dipotret adalah manusia. Ketika berwisata
bersama keluarga, sekedar kumpul bareng teman, atau ketika lulus kuliah, kamera menjadi alat utama untuk mengabadikan saat-saat kenangan. Di dinding rumah pun bisa jadi foto manusia yang banyak dipajang, dalam bentuk foto keluarga di studio atau reuni teman-teman sekampus, sebagai misal.



Dalam data pribadi kerap kali dijumpai hobi difoto, untuk menyebut hobi-hobi
lain seperti membaca, jalan-jalan, dan nonton film. Bisa jadi yang sebenarnya
menjadi hobi adalah hobi melihat foto diri sendiri ketimbang difoto. Karena untuk difoto sebenarnya tidak selalu semenyenangkan duduk sambil ngemil di depan TV atau membaca di kursi malas. Difoto, dalam arti serius, berarti wanita harus menyiapkan rias wajah dan rambut, sementara pria harus tampil rapi dengan pakaian necis.



Semakin serius sebuah pemotretan, berarti semakin serius pula persiapannya. Sebuah pemotretan model gaya ABG di studio-studio foto tentu tak seberat sesi pemotretan model untuk iklan produk. Lebih serius lagi jikalau model yang di-casting adalah model terkenal yang dibayar mahal. Bisa jadi sangat serius jika model foto adalah pejabat tinggi negara atau pengusaha kaya yang hendak ditampilkan anggun, gagah, berwibawa, chic dan mewah. Di luar itu semua, unsur fun tetap lebih banyak dan lebih dinikmati ketimbang peluh yang bercucuran untuk menyiapkan kostum dan setting tempat. Terlebih lagi jika seluruh kru pemotretan dan model bisa berkomunikasi dengan akrab.



Segi Teknis Penting

Tentu saja, unsur-unsur teknis tetap tak bisa disepelekan. Karena sedap tidaknya sebuah foto dipandang tetap dibangun oleh unsur-unsur teori dasar fotografi. Tak perlu rumit-rumit, cukup dengan bermain-main dengan komposisi dan pencahayaan maka sebuah foto model bisa dibuat dengan benar. Selebihnya, tinggal bagaimana cara fotografer mengarahkan pose dan ekspresi sang model. Misalnya saja pada foto close up Rahma Azhari. Dalam foto tersebut bisa dilihat penempatan titik Point of Interest (POI) sesuai
dengan komposisi sepertiga (Rule of Third). Pencahayaan dibuat frontal menggunakan reflektor, karena kondisi pemotretan aslinya adalah outdoor pada saat cahaya matahari pada posisi top lighting. Sementara pada foto “Rahma in Blue” komposisi masih dibuat sesuai komposisi sepertiga tapi dalam format horisontal.

Masih dalam kaitan unsur teknis dasar fotografi, komposisi sepertiga juga diterapkan pada foto “Main Air”. POI diletakkan pada sepertiga bagian sebelah kanan dengan pose menghadap ke kiri untuk “mengisi” bagian kiri foto. Di sini ada unsur teknis lain yang terlibat, yakni pemilihan ruang tajam (depth of field) yang sempit sehingga mem-blur-kan latar depan dan latar belakang. Ruang tajam yang sempit (shallow depth of field) membantu fotografer mengarahkan perhatian pemirsa foto hanya pada model yang menjadi POI, tanpa harus teralihkan perhatiannya dengan bebatuan di sekitar model. Teknik dasar lain yang digunakan adalah freezing (membekukan gerak), dengan cara memakai kecepatan rana tinggi, untuk merekam butir-butir air secara tajam. Elemen-elemen yang ada di lokasi pemotretan, terutama pemotretan di luar ruangan, akan sangat berguna jika dimanfaatkan secara cerdik.



Pose dan Ekspresi

Kemampuan model berpose dan berekspresi tetap menjadi unsur yang tak terpisahkan dari keberhasilan sebuah foto model. Mengarahkan model yang bukan profesional lebih menantang daripada model profesional. Tapi, bisa jadi lebih menarik dan menantang jika memotret tokoh dalam pose-pose yang lain dari biasanya. Istilah gampangnya, tampil unik tapi menarik, nyeleneh tapi jenaka, pose tak biasa tapi tetap sedap dipandang. Pose-pose tersebut membutuhkan kemampuan non-fotografis yang kental, seperti pendalaman pribadi, kedekatan emosional dan kemampuan berkomunikasi. Resep utamanya adalah menggali hal unik yang menjadi pencerminan khas tokoh dan
model yang hendak difoto.

Ketika memotret Sheila on 7 (SO7), yang notabene kerap bertemu muka di sebuah radio di Yogyakarta, tetap menjadi tantangan tersendiri. Komunikasi yang dibangun kerap kali menjadi bercanda yang kebablasan bercanda terus, atau malah sebaliknya serius yang bablas menjadi kaku. Ketika itu sekitar tahun 1998, SO7 baru menyelesaikan album pertama dan dipotret untuk kepentingan materi iklan sebuah perusahaan t-shirt. Hari berikutnya, mereka ingin difoto untuk kepentingan manajemen mereka dan koleksi pribadi. Jadilah, pose-pose yang nyeleneh, jenaka, dan unik yang tak terencanakan
sebelumnya. Foto “Sheila on 7’s Free Style” akhirnya dihasilkan bermodal komunikasi akrab. Ketika itu, kamera medium format fokus manual memaksa tangan terus menerus melekat di gelang fokus lensa dan tombol pelepas rana agar momen ekspresi yang muncul hanya untuk beberapa detik tak luput dari rekaman.

Lain halnya dengan pose-pose yang tidak terlalu dinamis bergerak atau berekspresi. Fotografer bisa dengan perlahan mengeset kamera dan pencahayaan serta berhati-hati memilih angle. Misalnya saja pada foto “Terkulai” yang dibuat pada set indoor dengan pencahayaan artifisial dan sentuhan akhir di komputer untuk memberi pewarnaan berkesankesan lembut dan hangat.


Perlu Pendekatan Personal

Keberhasilan merekam pose-pose menarik memang tak berhubungan langsung dengan segi teknis fotografi. Tapi, keberhasilan secara teknis fotografi tak ada artinya dalam kancah memotret model dan tokoh tanpa pose yang sedap dipandang mata. Terlebih lagi jika ingin mengekplorasi seorang tokoh dalam pose-pose yang unik dan ekspresif. Bisa jadi pose-pose tersebut adalah pose-pose “apa adanya“ meski sebenarnya diarahkan
oleh fotografer.

Ketika memotret seorang aktor teater dan seniman serba bisa Butet Kertarejasa, misalnya. Tak ada pembicaraan khusus sebelumnya, selain berbincang ringan di ruang tunggu bandara pada suatu pagi. Lantas, niat untuk membuat suatu sesi foto kemudian muncul yang dilanjutkan dengan beberapa perencanaan sederhana, seperti soal lokasi dan kostum. Memang, adalah penting untuk membuat tokoh sebagai model tetap nyaman
berpose di depan kamera dan berbagai perlengkapan pencahayaan. Dan memutuskan
kediaman pribadi tokoh itu sendiri sebagai lokasi pemotretan tentu bukanlah suatu
syarat yang sulit.

Perencanaan yang cerdik dibutuhkan untuk berhasil membuat foto-foto bagus. Mengenali diri seorang tokoh, berikut keseharian dan karir tokoh tersebut sama pentingnya dengan merencanakan kostum yang hendak dikenakan. Pemanfaatan properti pun jangan disepelekan demi menciptakan suasana yang mencerminkan pribadi sang tokoh. Seperti dalam foto “Oom Pasikom Style”, sudah diketahui terlebih dahulu bahwa Butet melakoni tokoh bernama sama dengan judul foto dalam sebuah sinetron di stasiun TV swasta. Maka, kostumnya pun menjadi saling dukung-mendukung dengan pose, plus imbuhan properti mobil kuno koleksi pribadi Butet.


Lokasi dan Properti

Masih dalam mobil kunonya, Butet terlihat merasa sangat bebas dan nyaman, didukung suasana penuh canda dan komunikasi yang berlangsung akrab. Jadilah pose jenaka pada foto “Butet in Expression” tercipta. Ini adalah pose yang tak muncul dalam benak saya sebagai fotografer ketika merencanakan pemotretan Butet. Bisa dibilang, pose ini adalah improvisasi yang berhasil.

Kebutuhan akan properti tak perlu berlebihan, dengan cara memanfaatkan properti yang sudah ada di lokasi. Kebetulan Butet pernah menulis di Kompas perihal koleksi kotak rokoknya. Maka, adalah pose yang wajar jika Butet kemudian difoto sambil merokok di depan koleksi kotak-kotak rokoknya, seperti pada foto “Butet dan Koleksi Kotak Rokoknya”. Lantas, ada pula faktor keberuntungan dan kebetulan yang bisa menghasilkan foto candid. Ketika dalam pose merokok di depan lemari koleksi kotak rokoknya, kebetulan ponsel Butet berdering dan saya persilakan untuk menjawabnya. Tentu bukan tanpa alasan dan sama sekali tidak mengganggu sesi pemotretan, karena pada saat itulah salah satu kesempatan emas muncul untuk merekam ekspresi Butet yang paling tak dibuat-buat. Maka, terciptalah foto “Halo, Butet di Sini...”.


Mengukur Keberhasilan

Membuat foto model dan foto tokoh bisa disebut berhasil jika fotografer berhasil mengkomunikasikan ide di benaknya kepada para pemirsa foto. Jika pemirsa foto mengernyitkan dahi pertanda bingung atau memicingkan mata pertanda tak nyaman memandang, maka bisa dibilang pemotretan belum berhasil sepenuhnya. Lain halnya jika pemirsa foto mengangguk-angguk pertanda paham atau diam untuk merenung lantaran berhasil meresapi makna dan rasa dari foto yang dilihatnya. Keberhasilan itu menjadi lebih berguna lagi tatkala muncul inspirasi-inspirasi baru di benak pemirsa foto setelah melihat karya-karya seorang fotografer.***

Memotret Foto Berkualitas dengan Kamera Digital

Memotret dengan menggunakan kamera analog ataupun digital secara prinsip fotografi tidak berbeda. Bedanya, dengan kamera analog ada penggantian film, sementara kamera digital tidak ada penggantian film tapi dengan sensor digital.

 Namun kamera digital akhir-akhir ini lebih banyak disukai konsumen karena hasil akhirnya bisa langsung dilihat, dan diulang jika hasil fotonya kurang memuaskan. Bagaimana cara menghasilkan foto yang berkualitas lewat kamera digital? Simak beberapa tips berikut ini:

1. Atur kamera dengan mode ukuran gambar paling besar.

 Keuntungan dari mode ini adalah memungkinkan Anda dapat mencetaknya dalam ukuran terbesar tanpa ancaman warna foto pecah. Selain itu Anda juga dapat memotong bagian yang tidak dikehendaki pada foto tersebut. Tidak ada gunanya jika Anda membeli kamera dengan resolusi 5, 6, atau 8 megapiksel, tapi Anda tetap memasang mode ukuran gambar standar, dan bukan maksimum.

 2. Gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.

 Banyak gambar hasil kamera digital memakai format JPEG. JPEG menghasilkan gambar yang buruk jika dikompresi berlebihan. Agar gambar Anda tampak seperti aslinya, gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.

 3. Pakai tipe gambar JPEG.

 JPEG, meskipun bersifat lossy (kurang jelas), bisa jadi merupakan pilihan terbaik. Pasalnya, ketika Anda mengambil gambar dengan format JPEG, keuntungan yang diperoleh juga berlipat karena Anda bisa mengolahnya lagi dengan Adobe Photoshop.

 Kamera SLR biasanya memberikan pilihan apakah Anda ingin menggunakan format JPEG, TIF atau Raw. TIF biasa digunakan untuk reproduksi grafis yang berbau seni, misalnya pada majalah dan koran. Sementara Raw, menyimpan apa adanya tanpa pemrosesan gambar lebih lanjut.

 Dibanding dengan TIF dan Raw, format JPEG lebih mudah dikelola dengan Photoshop. Kedua format tersebut (TIF dan Raw-red) hanya akan menambah pekerjaan Anda sewaktu akan diproses pada Photoshop.

 4. Camkan bahwa Whitte Balance itu penting.

 Untuk kebanyakan pengambilan gambar, dianjurkan agar dimulai dengan mode Auto white balance. Fungsinya agar kamera Anda bisa membaca pewarnaan dari cahaya yang ada disekitarnya dan secara otomatis mengatur dirinya sendiri untuk mengoptimalkan white balance.

 Mode Daylight cocok untuk hari terang, sementara jika hari berawan, dianjurkan agar Anda memakai mode Cloudy. Untuk mengevaluasi pewarnaan dan pencahayaan, jangan lupa mengetesnya dengan mengambil satu atau dua gambar.

 5. Jangan lupa mengatur "Low ISO Number" atau "Use Auto ISO".

 Hasil gambar akan lebih jernih jika Anda menggunakan ISO rendah, namun sensitivitas kamera dalam menangkap cahaya menjadi lebih rendah. Sementara jika memakai ISO terlalu tinggi, seperti dilansir Dale laboratories, hanya akan menimbulkan noise pada gambar.

 6. Optimalkan penggunaan Histogram.

 Dengan menggunakan histogram Anda dapat melihat seberapa optimal sensitivitas sensor kamera dalam menangkap gambar.

 7. Hindari menggunakan zoom secara digital.

 Sebaiknya jangan menggunakan zoom secara digital karena hanya akan membuat kinerja chip yang mengatur tingkat resolusi (piksel) pada kamera menjadi boros. Coba gunakan zoom dari lensa saja, agar bisa menghemat penggunaan chip. Selain itu hasil bidikan, jika menggunakan zoom secara digital, tidak sebagus jika menggunakan zoom lensa.

 8. Belilah kartu Memori berkualitas profesional.

 Kecepatan rekam pengambilan gambar dengan memakai memori yang berkualitas tinggi dapat mengimbangi teknologi kamera Anda. Misalnya dengan kartu memori berkecepatan 40x, dapat merekam 3 dari 10 jepretan berturut-turut dalam 1 detik. Sementara dengan memori 4x, Anda hanya bisa merekam 1 gambar dalam 3 detik. Keuntungannya, dengan memori berkualitas tinggi Anda tidak perlu mengkhawatirkan terjadinya pergeseran warna dalam foto.

 9. Backup hasil foto dalam CD atau DVD.

 Menyiapkan payung sebelum hujan adalah lebih baik. Pastikan backup seluruh kreasi foto-foto Anda dalam CD atau DVD, sebagai antisipasi jika hard drive Anda rusak.


Membuat Background Blur - Dengan Photoshop 7.0

Bagi pengguna kamera digital, terutama kelas consumer, di mana kamera menggunakan sensor yang lebih kecil dan panjang lensa yang terbatas, sulit untuk mendapatkan DOF yang dangkal, agar background terlihat blur, yang sering digunakan untuk mengisolasi / menonjolkan obyek, terlebih umumnya kamera kelas ini bersifat serba otomatis (Point & Shoot).
Dengan bantuan Photoshop, hal tsb mudah dilakukan, di sini diberikan cara yang agak rumit, sehingga hasilnya akan lebih baik:
Buat seleksi thd obyek yang ingin kita pertahankan ketajamannya (paling mudah dgn Magnetic Lasso), untuk memperhalus hasil seleksi, klik select-feather (ketikan nilainya antara 1-4) dan select-smooth (ketikan nilainya antara 2-6).
Buat layer baru hasil seleksi tsb (layer via copy, Ctrl+J),  sembunyikan layer ini (layer1), dgn cara mengklik icon matanya pada palet layers.
Aktifkan / pilih layer background, gunakan Smudge Tool (letaknya pada tool box, satu group dgn blur / sharpen tool), lakukan penarikan pixel di sekitar seluruh tepi obyek ke arah dalam (menuju tepi obyek), agar cepat, pilih ukuran kuas tdk terlalu besar diameternya dan image dalam tampilan pembesaran yang tidak terlalu besar (mis: dalam Hand Tool, pilih tampilan Fit on Screen); tujuan penggunaan tool ini, adalah agar tidak terlihat “halo” pada tepi obyek, yang sering terlihat bila kita menggunakan cara sederhana (seleksi obyek, select-inverse, gaussian blur).
Kemudian pilih filter-blur-Gaussian Blur, ketikan nilainya, tergantung seberapa blur background yang kita inginkan (umumnya nilai antara 6-10 sudah cukup)..
Perlihatkan kembali layer baru hasil seleksi (layer 1) dengan cara mengklik kembali icon mata pada palet layersnya, kita akan melihat hasilnya, di mana pada tepi batas obyek, tidak terlihat halo. Bila kita merasa hasil seleksi kurang halus, bisa kita perbaiki pada layer 1 tsb, mis: dengan Eraser Tool, untuk menghapus kelebihan seleksi yang kita lakukan.
Terakhir, simpanlah (save) hasil kerja kita, bila kita merasa sudah puas dan tidak berencana untuk mengeditnya lagi, gabunglah layer tsb (flatten image),  terutama bila image tsb akan disimpan dalam format JPEG.

Selamat mencoba.

ISO Digital Kamera


Film pada dasarnya digolongkan berdasarkan nomor yang disebut nomor ISO. ISO singkatan dari International Standard Organization. Dulu kita mengenalnya sebagai ASA (American Standard Association). Kata ISO sendiri tidak mengandung arti kata khusus, kecuali ISO Speed. ISO Speed adalah nomor yang digunakan untuk merepresentasikan International Standard Organization guna merating sensitivitas film dan jumlah cahaya yang diperlukan kamera untuk menangkap foto.

Jadi, semakin gelap kondisi pencahayaan obyek yang akan Anda ambil, semakin tinggi pula ISO Speed yang Anda butuhkan. Sebagai contoh, untuk pengambilan gambar di pantai pada tengah hari, Anda harus memilih film dengan ISO serendah mungkin. ISO 100 biasanya sudah cukup untuk berbagai kondisi. Film dengan ISO yang tinggi kita sebut sebagai film cepat. Sebaliknya, film dengan ISO rendah kita sebut sebagai film lambat.

Ada harga yang harus dibayar dengan ISO yang tinggi, yaitu gambar yang dihasilkan akan lebih grainy (grainnya tampak jelas) dan warnanya akan semakin redup/dull.

Film dibuat dengan lapisan plastik yang dilapisi butiran kimia yang peka terhadap cahaya - yang disebut grain. Semakin tinggi /cepat setting ISO film, semakin besar grainnya, sehingga kita bisa bekerja di kondisi pencahayaan yang rendah. Jadi, semakin besar Anda akan mencetak film, anda harus memilih film yang lebih lambat/lebih rendah ISOnya. Tapi, ini bukan jaminan utama untuk mendapatkan hasil cetak yang baik. Faktor utama dari kualitas percetakan adalah kecepatan Film dan tipe film, Exposure, Fokus dan Kualitas lensa. Semakin baik faktor ini, semakin baik gambar yang akan Anda dapat dan Anda cetak.

Bagaimana dengan Kamera Digital?

Pada dasarnya, prinsip kerja film tersebut sama. Bedanya, kita tidak lagi menggunakan media film. Jadi, yang bekerja di sini adalah amplifikasi dari sensitivitas sensor kamera digital terhadap cahaya. Semakin gelap kondisi ruangan, semakin tinggi smplifikasi sensitivitas sensor.

Sama dengan prinsip kerja film, semakin tinggi ISO kamera Digital, gambarnya akan semakin grainy dan intensitas warna pun turun. Pada ISO yang tinggi, di kamera digital akan menimbulkan efek samping yaitu Noise. Untunglah pada kamera digital High End, ada Noise Filter sehingga masalah ini bisa diatasi. Dengan semakin tingginya ISO, berarti jarak efektif fiash juga meningkat. Semakin jauh jangkauan Flash pada kamera digital anda.

Pada kamera digital yang menyediakan Option untuk Manual ISO (100,200, 400 dan seterusnya) dan Auto ISO, sebaiknya Anda pilih Manual ISO sesuai dengan kondisi pemotretan Anda. Karena, bila kita menggunakan Auto ISO bisa terjadi dua kemungkinan, yaitu ISO yang diset melebihi kebutuhan, atau sebaliknya, ISO yang diset justru kurang dari kebutuhan anda.

Untuk masalah mencetak ukuran yang besar, pada kamera digital hal ini lebih dipengaruhi oleh besar resolusi kamera digital. Semakin tinggi Resolusi kamera digital, semakin besar anda dapat mencetaknya. ISO pada kamera digital lebih cenderung mempengaruhi kualitas grain dan warna pada image digital.

Indoor - Outdoor Flash dan Bounce/Diffuse

Penggunaan Flash sangat membantu apabila kita pemotret pada ruangan yang kondisi cahaya gelap. Tapi apabila kita tidak tepat mengatur setting untuk penggunaan flash, maka hasil foto tidak akan maksimum, terkadang masih kurang terang atau bahkan terlalu terang. Untuk itu artikel lanjutan ini akan menjelaskan bagaimana penggunaan indoor flash dan juga bagaimana outdoor flash digunakan serta penjelasan tentang bounce dan diffuse flash. (Artikel ini adalah sambungan dari artikel Blitz for Dummies)

Indoor Flash

Blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik menggunakan slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapi biasanya hal ini menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita menggunakan blitz.

Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas. Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil maksimal.
Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal untuk obyek yang agak dekat.
Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan terekam beku (freeze).
Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar tidak langsung mengenai mata. 
Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight. Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna (kompensasi under 1 – 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin dipotret tersebut. 



Bounce/Diffuse

Flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point & shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail tertentu lenyap.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya tersebut:
Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce).
Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse).

Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe, maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping atau memegangnya dengan posisi demikian. Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah fotografer/flash dan obyek. Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah:
Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut. Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1 stop dan pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop. Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan.
Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan jadi percuma.
Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut.
Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya. Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul.

Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita.

Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya gunakan flash diffuser. Flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash berbeda-beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan bermacam-macam alat. Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang kita gunakan adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa kompensasi aperture yang kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan angka yang pas untuk kompensasi yang diperlukan kali lainnya.



Outdoor Flash

Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. Flash sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:
Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.
Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.
Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan.

Digital Imaging Tips

Sebelum mengolah foto, Anda harus terlebih dahulu memasukkannya ke dalam komputer. Cara yang mudah yaitu mengambil foto dengan kamera digital dan pindahkan langsung ke komputer. Alternatifnya,
Video klip dengan kamera digital ambil foto dengan kamera biasa lalu hasil cetaknya discan dengan scanner. Kedua cara ini akan dibahas bersama.
1.    KUALITAS GAMBAR    
Membuat foto untuk cetak poster
Kamera digital menyimpan foto dalam format yang berbeda-beda. Selain format terkompresi JPEG, ada pula format TIFF. Dalam format TIFF foto tidak akan dikompresi atau dikompresi seminimal mungkin. Format ini membutuhkan ruang penyimpanan yang lebih besar. Untuk mencetak poster dibutuhkan data gambar dan warna seasli mungkin. Jadi, format TIFF lebih cocok untuk keperluan ini.
 
2.    KUANTITAS GAMBAR    
Menghemat ruang penyimpanan
Problema dalam fotografi digital adalah ruang penyimpanan yang terbatas. Dengan media penyimpanan 8 Megabyte pada kamera beresolusi 2 Megapixel setidaknya hanya mampu memuat 5 foto dengan resolusi tertinggi. Agar Anda dapat mengambil foto lebih banyak lagi, kurangi resolusi foto yang akan diambil dan pilih JPEG sebagai formatnya.
 
3.    PENGAMBILAN GAMBAR      
Video klip dengan kamera digital 
Banyak kamera digital tidak hanya menghasilkan foto saja. Bahkan beberapa model yang murah dengan harga mulai dari 1 juta rupiah saja sudah dilengkapi dengan fungsi movie yang menjadikan kamera digital sebagai kamera video. Hasilnya adalah video berdurasi pendek yang dapat membuat koleksi foto liburan menjadi semakin menarik. Pilih resolusi maksimal 640x480 pixel hanya jika kamera punya media penyimpan sebesar 64 Megabyte atau lebih. Apabila tidak, kapasitas media penyimpan cepat penuh dan tidak akan ada ruang lagi untuk menyimpan foto.
 
4.    MEDIA PENYIMPANAN    
Memutuskan media yang tepat
Format dari media penyimpanan yang sudah umum adalah Compact Flash, Smart Media, dan Memory Stick. Kebanyakan kamera digital hanya dapat menggunakan satu jenis format saja. Kamera dengan Compact Flash dapat menggunakan media penyimpanan Microdrive, sebuah format dari IBM berupa hard disk mini dengan kapasitas sampai dengan 1 Gigabyte. Cukup untuk kebutuhan dokumentasi liburan panjang Anda.
 
5.    MEMASANG SCANNER    
Hemat waktu dengan koneksi cepat 
Scanner beresolusi tinggi akan menghasilkan data gambar cukup besar. Agar proses transfer data berlangsung lebih cepat, pilihlah scanner dengan interface USB 2.0 atau Firewire. Dengan interface ini data gambar akan ditransfer lebih cepat dibandingkan interface USB 1.1 yang masih menjadi standar umum. Komputer model lama yang hanya memiliki interface serial dan paralel akan memerlukan card USB 2.0 atau Firewire tambahan.
 
6.    PROSES DIGITALISASI    
Foto-foto dalam Photo CD
Sekarang sudah banyak laboratorium foto yang melayani permintaan mendigitalkan foto dari film negatif biasa dan dimuat ke dalam Photo CD. Hal yang praktis bila Anda tidak memiliki scanner. Prosesnya juga cepat karena fotonya akan langsung discan dari film negatif. Photo CD akan menjadi pemetaan langsung film negatif milik Anda yang disimpan dalam resolusi yang tinggi. Sebuah Photo CD dapat dipesan beserta pencucian film negatifnya dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Hal yang menyenangkan dari komputer adalah Anda tidak hanya bisa mengarsip dan mencetak gambar digital saja, melainkan juga memberi sentuhan kosmetik dan mengoptimalkan kualitas gambar. Berikut ini akan dibahas langkah-langkah yang umum dalam mengolah foto dengan bantuan software Paint Shop Pro. Namun jangan khawatir, program pengolah gambar lainnya juga menawarkan hal yang serupa. Jika Anda bekerja dengan program lain, gunakan fungsi help untuk mencari menu atau fungsi yang sama.
 
7.    PAINT SHOP PRO    
Menghilangkan pola moire
Siapa pun yang pernah menscan sebuah gambar dari kertas bertekstur, buku, atau koran tentu tahu efek moire. Anda akan melihat permukaan latar foto dengan pola seperti sebuah kain bermotif kotak-kotak. Dengan bantuan image editor, Anda dapat menghilangkan moire tersebut. Bukalah file gambar dalam Paint Shop Pro kemudian klik menu Effects | Enhance Photo | Moire pattern removal. Perbesar nilai Fine details hingga pola moire yang mengganggu ini menghilang. Konfirmasikan perubahan yang telah dibuat dengan mengklik OK.
 
8.    PAINT SHOP PRO    
Membuat bingkai (frame)
Anda bisa menghiasi foto dengan bingkai. Caranya dengan fungsi Picture frame dari menu “Image”. Dalam menu ini terdapat kumpulan bingkai dengan efek berlian, air, atau fantasi. Anda juga bisa menggunakan motif bingkai buatan sendiri dengan cara memilih gambar motif tersebut dari menu “Edit paths”.
 
9.    PAINT SHOP PRO    
Mewarnai foto hitam putih
Gambar hitam putih dalam komputer mungkin mengesankan kehampaan saja. Agar lebih menarik, Anda harus menambahkan nuansa warna seperti biru. Caranya, buka foto hitam putih Anda lalu klik pada menu Colors | Increase color depth | Curves | 16 Million colors (24 Bit). Jika Anda tidak mengklik perintah ini, maka gambar secara otomatis ditampilkan dalam mode warna 24 Bit. Sekarang klik Colors | Adjust | Channel mixer. Pilihlah salah satu warna di bawah menu Source channels yang ingin dinuansakan pada gambar Anda. Geser tombol pengatur warna sampai Anda mendapatkan warna yang diinginkan. Terakhir tinggal klik OK.
 
10.    PAINT SHOP PRO    
Foto sebagai background di monitor
Ingin menggunakan foto favorit sebagai gambar latar atau background desktop Windows? Ubahlah format foto tersebut ke dalam format Windows compatible BMP. Sebaiknya gunakan resolusi gambar sekecil mungkin agar tidak memakan banyak memori Windows. Buka foto tersebut, klik menu Image | Resize. Pilihlah Pixel size dan berikan nilai 1024 pixel untuk lebarnya (width) dan 768 pixel untuk tingginya (height). Dengan mengaktifkan opsi Maintain aspect ratio maka dimensi gambar akan tetap terjaga. Klik OK dan simpan gambar tadi sebagai Windows Bitmap (.bmp). Tutup program lalu klik kanan pada desktop. Pilih Properties dan di tab Background klik Browse. Pilih gambar yang telah Anda olah sebelumnya dan klik OK.
 
11.    PAINT SHOP PRO    
Menyamakan warna pada monitor
Setiap pemula dalam mengolah gambar tentu kenal masalah ini: Setelah bersusah payah mengoptimalkan warna dan kontras pada monitor, tetapi ketika dicetak hasilnya tidak seperti yang terlihat pada monitor. Warnanya tampak lebih kusam. Problemnya adalah tidak adanya kalibrasi antara monitor dan printer. Beberapa program gambar menawarkan manajemen warna otomatis. Namun, Anda juga bisa mengkalibrasinya sendiri. Cetaklah sebuah gambar dan bandingkan tampilan warna hasil cetakan dengan tampilan pada monitor. Anda harus mengatur warna dan kontras hingga mendekati kondisi yang ideal.
 
12.    PAINT SHOP PRO    
Filter efek yang mengesankan
Filter efek akan mengubah foto Anda menjadi karya seni dalam sekejap! Kebanyakan program pengolah gambar sudah dilengkapi dengan sederet filter efek yang menawan, seperti efek kilat, kristal, atau tekstur cat minyak. Fasilitas ini masih bisa ditambahkan lagi dengan plugin dari PhotoShop. Setelah instalasi, efek tambahan ini akan dikelompokkan dalam sebuah menu khusus plugin. Dalam program Paint Shop Pro, Anda dapat menemukannya dalam menu “Effects”.
 
13.    PAINT SHOP PRO    
Kembali ke versi terakhir
Apabila Anda merasa gambar asli masih lebih baik daripada perubahan yang telah dibuat, atau secara tidak sengaja Anda memberi efek atau warna yang salah, Anda dapat mengembalikan gambar ke kondisi sebelumnya. Dalam Paint Shop Pro cukup dengan klik pada menu Edit | Undo atau tombol “Ctrl + Z”.
 
14.    PAINT SHOP PRO    
Menempatkan teks dan grafik
Apabila Anda ingin menghias foto dengan tambahan teks, garis berwarna, atau objek lain, maka Anda butuh fasilitas layer (lapisan). Teks dan gambar lain akan dikerjakan pada lapisan yang terpisah dari gambar asli. Buka menu layer dengan menekan tombol L. Foto Anda akan ditampilkan sebagai Background. Dengan mengklik simbol kertas, akan ditempatkan satu layer baru di atas gambar asli Anda.
 
15.    PAINT SHOP PRO    
Membebaskan dari latarbelakang
Apabila Anda inginkan, foto pacar Anda dapat dimasukkan dalam foto baru seolah pacar Anda ada pada saat tersebut. Anda perlu memisahkan sang pacar dari foto dahulu. Akan lebih mudah jika latar belakangnya hanya satu warna, semisal ia berdiri di depan tembok putih. Klik pada tool Magic wand dan klik pada bidang tembok putih. Bidang baru ini akan dibatasi dengan garis putus-putus. Klik menu “Selections | Invert”. Sekarang gambar pacar Anda dapat dicopy dan dimasukkan (paste) ke dalam foto lain, di mana Anda menginginkan kehadirannya. Jika hard disk sudah terlalu penuh dan Anda kesulitan menemukan foto yang dicari, hal ini dapat diatasi dengan beberapa tip penyortiran dan pengarsipan.
 
16.    WINDOWS EXPLORER    
Membuat direktori khusus gambar
Simpanlah foto-foto pada folder yang sesuai dengan temanya. Klik menu Start | Programs” dan bukalah program Windows Explorer. Klik pada folder khusus di mana foto akan disimpan, misalnya di C:My DocumentsMy Pictures. Buat folder baru di dalamnya dengan menu Files | New | Folder. Sekarang klik kanan pada folder baru tersebut, pilih opsi Rename dan berikan nama baru yang sesuai dengan tema foto-foto Anda, misalnya Liburan ke Bali.
 
17.    WINDOWS EXPLORER    
Melihat foto-foto dengan sekejap
Untuk melihat foto-foto digital Anda dengan cepat, lihat langsung saja dalam Windows Explorer. Kliklah menu View” dan aktifkan opsi “as web page”. Gambar akan ditampilkan di pinggir jendela folder.
 
18.    IRFANVIEW    
Membuat tampilan yang lebih besar
Tampilan gambar dari Windows Explorer memang kecil (ukuran thumbnail). Untuk penyortiran gambar yang lebih baik, gunakan image viewer seperti Irfanview. Jalankan Irfanview langsung dari folder tempat Anda menginstall. Aktifkan jendela thumbnail dengan tombol T lalu buka folder foto Anda. Untuk mengubah ukuran thumbnail, klik menu Options | Set thumbnail options. Ubah setting pada Thumbnail size dari 80x80 pixel menjadi 100x100 pixel atau lebih.
 
19.    IRFANVIEW    
Menyortir foto secara kronologis
Bagi Anda yang mempunyai koleksi foto di dalam komputer dari beberapa kali liburan, Anda dapat mengurutkannya berdasarkan tanggal pemotretan. Buka program Irfanview, tekan tombol T, klik pada folder foto yang dimaksud, lalu klik Options | Sort thumbnails dan pilih opsi by Date. Foto akan tersortir berdasarkan kronologis waktu pemotretan.
 
20.    IRFANVIEW    
Menyimpan gambar hemat tempat
Album foto dapat memakan banyak tempat dalam hard disk. Sebuah foto dalam format TIFF dengan resolusi 1600x1200 pixel butuh ruang 5 Megabyte. Agar lebih hemat tempat, ubahlah formatnya menjadi format terkompresi JPEG. Dengan Irfanview Anda dapat mengonversi banyak gambar berformat TIFF menjadi JPEG hanya dalam satu langkah saja. Jalankan program dan tekan B untuk Batch conversion. Pilih folder dalam Look in dan klik ganda pada setiap file yang ingin dikonversikan. Pilih tempat baru tempat menyimpan data gambar di opsi Output directory. Pilih JPEG sebagai output format. Klik Start maka foto-foto akan otomatis dikonversikan. Isi folder baru ini kemudian bisa Anda buat menjadi photo CD untuk lebih menghemat tempat pada hard disk.
 
21.    IRFANVIEW    
Membuat gambar yang lebih kecil
Tidak hanya untuk penghematan arsip, foto dengan ukuran yang kecil akan lebih cepat dikirim bila Anda menyisipkannya dalam email. Kapasitas email juga tidak dalam email. Kapasitas email juga tidak dapat diubah dengan Irfanview. Jalankan program dan buka gambar. Klik menu “Image | Resize/resample. Tentukan ukuran yang baru pada menu “Set new size” atau pilih ukuran standar yang sudah disediakan di jendela menu bagian kanan. Jangan lupa agar opsi Preserve aspect ratio sudah aktif. Klik OK maka ukuran gambar Anda sudah diperkecil. Tibalah saatnya untuk mencetak foto. Agar semua detail dan warna bisa keluar, Anda membutuhkan kertas foto yang berkualitas dan printer yang memadai. Tak hanya itu, beberapa trik mencetak berikut pasti akan sangat berguna.
 
22.    MEMPERBAIKI KESALAHAN    
Menghilangkan bingkai putih di foto
Mencetak foto digital dengan kertas foto jarang yang sesuai harapan. Seringkali hasilnya terdapat bingkai putih pada cetakan foto. Untung hal ini sudah dapat diatasi oleh printer-printer keluaran baru. Anda hanya perlu mengaktifkan opsi borderless pada software pengendali printernya. Namun, terkadang Anda harus mengoreksi sendiri batasan gambar atau foto dengan image editor.
 
23.    KUALITAS FOTO    
Tergantung resolusinya
Anda bisa langsung mencetak foto digital dalam ukuran yang berbeda-beda di laboratorium foto digital. Namun, tentunya tidak semua foto dapat dicetak dengan ukuran sebesar poster karena datanya harus sesuai. Untuk ukuran cetak relatif sebesar 30x45 cm dibutuhkan resolusi foto 3 juta pixel sebagai syarat utama. Sebuah kamera digital kelas menengah saja belum tentu bisa memadainya. Cetaklah dengan ukuran yang lebih sesuai. Untuk ukuran 15x20 cm diperlukan gambar 1,2 juta pixel, dan untuk ukuran 9x13 cm dibutuhkan gambar 0,4 juta pixel saja.
 
24.    MENAMPILKAN FOTO    
Mengatur printer dari kamera
Ada kemungkinan Anda akan bingung jika hendak mencetak foto dari media penyimpan yang sudah penuh. Mana yang harus dicetak, dan yang mana yang tidak perlu? Pada kebanyakan kamera digital terdapat menu untuk dapat memilih terlebih dahulu foto mana yang akan dicetak oleh printer dan berapa banyak yang diperlukan. Untuk hal tersebut maka kamera digital dan printer foto harus sudah mendukung standar DPOF (Digital Printer Order Format).
 
25.    MENAMPILKAN FOTO    
Mencetak foto tanpa komputer
Semakin banyak printer foto yang dilengkapi dengan slot untuk membaca format media penyimpan yang sudah umum seperti Compact Flash, Smart Media atau Memory Stick. Contohnya adalah printer Canon S530D. Bahkan Anda bisa menghubungkan kamera digital ke printer ini untuk langsung mencetak. Pada display printer Anda dapat mengatur berapa jumlah dan ukuran foto yang akan dicetak. Umumnya printer model baru seperti ini juga sudah bisa mencetak semua foto dalam media penyimpan pada satu lembar kertas foto saja. Anda juga bisa mengontrol bagaimana foto akan dicetak pada kertas foto kualitas tinggi dengan ukuran penuh.
 
26.    MENAMPILKAN FOTO    
Menampilkan foto sebagai slideshow
Alternatif selain mencetak: Perlihatkan foto-foto liburan Anda kepada rekan-rekan dengan sebuah CD slideshow. Hal ini tentunya terasa lebih nyaman dibandingkan memperlihatkan cetakan foto yang berukuran kecil. Untuk keperluan ini Anda juga tidak butuh proyektor. Anda bisa menyimpan foto-foto dalam sebuah VCD (Video CD) kemudian perlihatkan di televisi dengan bantuan VCD player atau nikmati langsung dari layar komputer. Penambahan teks serta musik latar akan lebih mempesona tentunya. Anda membutuhkan program seperti WinOnCD, Nero Burning ROM, atau Instant CD/DVD yang memiliki kemampuan untuk membuat sebuah CD slideshow.


DASAR PENCAHAYAAN (UNTUK PEMULA)


Orang suka membedakan antar teknik pemotretan outdoor dgn indoor. Padahal semuanya sama. Pada dasarnya ada main light (Sumber cahaya utama) dan ada fill in light (Sumber cahaya pengisi).

Kalau di outdoor main light nya adalah matahari dan fill in nya adalah pantulan cahaya matahari yg tdk langsung mantul melalui tanah, langit, batu, laut dll. Kalau di indoor juga sama. Harus ada main light dan kemudian fill in nya bisa 1 atau lebih tergantung efek yg mau diangkat.Perbedaan kekuatan pencahayaan antara main light dan fill in yg akan menimbulkan contrast.

Matahari pagi langsung dimana unsur UVnya masih rendah dgn sudut sinar yg miring ditambah dgn pantulan cahaya dr sekitarnya membuat sudut pencahayaan yg menarik dgn tingkat contrast yg tinggi. Matahari yg terlindung awan mengakibatkan mainlight yg dihasilkan tdk jauh berbeda dgn fill in hasil pantulan sekitarnya menimbulkan efek flat / tanpa dimensi yg teduh. Di Indoor hal ini juga bisa dibuat; sudut datangnya sinar, tingkat kekontrasan, tingkat kekesasan dll.

Perbedaan utama antara outdoor dan indoor terletak pada factor kendali. Kalau outdoor kendali ada pada alam. Manusia hanya memanfaatkan / mengoptimumkan kondisi yg sedang terjadi. Di indoor manusia yg pegang kendali. Sudut sinar, efek keras / halus, kekontrasan, dll bisa di set sesuai keinginan.