Kamis, 06 Desember 2012

Pemasaran


PEMASARAN



1. Pengertian Pasar dan Pemasaran
Pengertian Pasar pada umumnya adalah sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan suatu transaksi jual beli barang dan jasa yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Syarat terjadinya transaksi adalah adanya barang yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
Pada umumnya pengertian Pemasaran adalah kegiatan pemasar(orang yang mempromosikan barang yag dijual) untuk menjalankan bisnis guna memenuhi kebutuhan Pasar dengan barang atau jasa, menetapkan harga, mendistribusikan barang, serta mempromosikannya melalui proses penukaran agar konsumen terpuaskan dan mencapai tujuan perusahaan.
Syarat-syarat terjadinya pasar
  • adanya tempat untuk berniaga.
  • adanya barang dan jasa untuk di perdagangkan.
  • terdapat penjual.
  • terdapat pembeli.
  • adanya hubungan transaksi jual beli.
Tujuan terbentuknya pasar
  • memudahkan konsumem mendapat barang dan jasa tertentu.
  • memudahkan produsen menjual hasil produksinya.
  • meningkatkan perekonomian.
  • Memfasilitasi masyarak

2. Jenis-jenis Pasar
Jenis pasar menurut bentuk kegiatannya. Menurut dari bentuk kegiatannya pasar dibagi menjadi 2 yaitu pasar nyata ataupun pasar tidak nyata(abstrak).  Maka kita lihat penjabaran berikut ini:

  • Pasar Nyata.
Pasar nyata adalah pasar diman barang-barang yang akan diperjual belikan dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar swalayan.
  • Pasar Abstrak.
Pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.
Jenis pasar menurut cara transaksinya. Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.
  • Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok.
  • Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan denganm layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern lainnya.

Jenis – Jenis Pasar menurut jenis barangnya. Beberapa pasar hanya menjual satu jenis barang tertentu , misalnya pasar hewan,pasar sayur,pasar buah,pasar ikan dan daging serta pasar loak.
Jenis – Jenis Pasar menurut keleluasaan distribusi. Menurut keluasaan distribusinya barang yang dijual pasar dapat dibedakan menjadi:
  • Pasar Lokal
  • Pasar Daerah
  • Pasar Nasional dan
  • Pasar Internasional

Pengertian dan Macam-macam Pasar Menurut Bentuk dan Strukturnya
Pasar menurut struktur dibedakan menjadi empat macam yaitu pasar persaingan sempurna, monopoli, persaingan monopolistik, dan oligopoli.
  • Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna disebut juga pasar persaingan murni adalah pasar di mana terdapat banyak penjual dan pembeli dan mereka sudah sama-sama mengetahui keadaan pasar.
Pasar persaingan sempurna memiliki ciri-ciri berikut ini.
a.       Banyak penjual dan pembeli.
b.      Barang yang diperjualbelikan sejenis (homogen).
c.       Penjual maupun pembeli memiliki informasi yang lengkap tentang pasar.
d.      Harga ditentukan oleh pasar.
e.       Semua faktor produksi bebas masuk dan keluar pasar.
f.       Tidak ada campur tangan pemerintah. Contoh pasar persaingan sempurna antara lain pasar hasil-hasil pertanian.

  • Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Pasar persaingan tidak sempurna adalah kebalikan dari pasar persaingan sempurna yaitu pasar yang terdiri atas sedikit penjual dan banyak pembeli. Pada pasar ini penjual dapat menentukan harga barang. Barang yang diperjualbelikan jenisnya heterogen (berbagai jenis barang). Pasar persaingan tidak sempurna mempunyai beberapa bentuk pasar.
       Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah pasar yang terjadi apabila seluruh penawaran terhadap sejenis barang pada pasar dikuasai oleh seorang penjual atau sejumlah penjual tertentu. Pada pasar monopoli terdapat ciri-ciri berikut ini.
  • Hanya ada satu penjual sebagai pengambil keputusan harga (melakukan monopoli pasar).
  • Penjual lain tidak ada yang mampu menyaingi dagangannya.
  • Pedagang lain tidak dapat masuk karena ada hambatan dengan undang-undang atau karena teknik yang canggih.
  • Jenis barang yang diperjualbelikan hanya semacam.
  • Tidak adanya campur tangan pemerintah dalam penentuan harga, contoh: PT Pertamina (persero), PT Perusahaan Listrik Negara (persero), dan PT Kereta Api (persero).
b.      Pasar Persaingan Monopolistis
Pasar persaingan monopolistis adalah pasar dengan banyak penjual yang menghasilkan barang yang berbeda corak. Pasar ini banyak dijumpai pada sektor jasa dan perdagangan eceran. Misalnya jasa salon, angkutan, toko obat/apotik, dan toko kelontong.
Pada pasar persaingan monopolistik terdapat ciri-ciri berikut ini.
  • Terdiri atas banyak penjual dan banyak pembeli.
  • Barang yang dihasilkan sejenis, hanya coraknya berbeda. Contoh: sabun, pasta gigi, dan minyak goreng.
  • Terdapat banyak penjual yang besarnya sama, sehingga tidak ada satu penjual yang akan menguasai pasar.
  • Penjual mudah menawarkan barangnya di pasar.
  • Penjual mempunyai sedikit kekuasaan dalam menentukan dan memengaruhi harga pasar.
  • Adanya peluang untuk bersaing dalam keanekaragaman jenis barang yang dijual.
c.       Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri atas beberapa penjual untuk suatu barang tertentu, sehingga antara penjual yang satu dengan yang lainnya bisa memengaruhi harga. Contoh:
perusahaan menjual mobil dan sepeda motor, perusahaan rokok, industri telekomunikasi, dan perusahaan semen. Pasar oligopoli mempunyai ciri-ciri berikut ini.
  • Hanya terdapat sedikit penjual, sehingga keputusan dari salah satu penjual akan memengaruhi penjual lainnya.
  • Produk-produknya berstandar.
  • Kemungkinan ada penjual lain untuk masuk pasar masih terbuka.
  • Peran iklan sangat besar dalam penjualan produk perusahaan.

3. Konsep-konsep Inti Pemasaran
Kebutuhan (needs)
Kebutuhan manusia  (human needs) adalah ketidakberadaan beberapa pemuas dasar. Manusia membutuhkan makanan, pakaian, tempat berlindung, keamanan, hak milik dan harga diri. Kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar. Mereka merupakan hakikat biologis dan kondisi manusia.
Sebagai pelaku usaha harus jeli dalam membidik kebutuhan manusia pada saat sekarang ini. Mungkin bisa saya contohkan untuk saat sekarang yang sedang berkembang pesat adalah teknologi mobile dan informasi. Dua kebutuhan yang terkait dengan hal tersebut ialah PULSA dan INTERNET CONNECTION. Perusahaan yang pandai melihat pasar sebagai kebutuhan pokok tersebut akan sukses dalam berusaha. Karena manusia sekarang sudah dapat dikatakan dengan “Ketergantungan Pulsa dan Internet”.
Keinginan (wants)
Keinginan (wants) adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik.Orang daerah perkotaan membutuhkan makanan dan menginginkan hamburger, kentang goreng, dan minuman berkarbonisasi. Dalam masyarakat lain kebutuhan ini mungkin dipenuhi dengan cara lain. Seorang yang lapar di daerah pedesaan mungkin menginginkan nasi, buah-buahan, dan kacang. Meskipun kebutuhan manusia sedikit, keinginan mereka banyak. Keinginan manusia terus dibentuk dan diperbaharui sejalan dengan perkembangan jaman.
Bagi kalangan pengusaha yang ingin membidik pasar dari segi keinginan manusia ini harus benar-benar sekreatif mungkin sehingga manusia (baca: konsumen) tertarik.
Permintaan (demands)
Permintaan (demands) adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan jadi permintaan jika didukung oleh daya beli. Banyak orang yang menginginkan mobil mewah, namun hanya sedikit yang mampu dan bersedia untuk membeli. Karena itu perusahaan harus mengukur tidak hanya berapa banyak orang yang menginginkan produk mereka tetapi yang lebih penting berapa banyak orang yang benar-benar bersedia dan mampu membelinya.
Produk
Manusia dalam memuaskan kebutuhan dan keinginannya dengan menggunakan produk. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Produk atau penawaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu barang, jasa, dan gagasan. Sebagai contoh adalah sebuah restoran siap saji menyediakan barang (hamburger, kentang goreng, dan minuman ringan), jasa (pembelian, jasa memasak, dan menyediakan tempat duduk), dan gagasan (menghemat waktu konsumen).
Point satu sampai tiga menjadi dasar Anda untuk menentukan produk yang ingin dipasarkan. Gunakan bidikan yang tepat dan perencanaan yang matang untuk menentukan produk Anda (Barang, Jasa atau Gagasan) agar menang dalam persaingan didalam dunia pemasaran.
Perusahaan manufaktur sering membuat kesalahan dengan lebih memperhatikan produk fisik daripada jasa yang diberikan produk tersebut.Mereka merasa menjual produk daripada memberikan pemecahan atas suatu kebutuhan.
Nilai, Biaya dan Kepuasan
Bagaimana seseorang memilih di antara banyak produk yang dapat memuaskan kebutuhannya?
Bagaimanapun juga seseorang harus memutuskan produk mana yang akan memberikan kepuasan total yang terbesar.
Konsep yang dapat membantu memecahkan masalah ini adalah nilai dan kepuasan. Nilai (value) adalah perkiraan konsumen atas seluruh kemampuan produk untuk memuaskan kebutuhannya. Misalkan seseorang tertarik pada kecepatan dan kemudahan berangkat ke tempat kerja. Jika ditawarkan semua produk tersebut di atas tanpa biaya, ia akan memilih mobil.
Namun, karena tiap produk memiliki biaya  (cost), ia tidak akan memilih mobil yang biayanya jauh lebih besar daripada sepeda atau taksi. Ia harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan mobil. Karena itu ia akan mempertimbangkan nilai dan harga produk sebelum menetapkan pilihan. Ia akan memilih produk yang menghasilkan lebih banyak nilai per rupiah. Menurut DeRose, nilai adalah”pemenuhan tuntutan pelanggan dengan biaya perolehan, pemilikan, dan penggunaan terendah”.
Pertukaran dan Transaksi
Pertukaran adalah tindakan memperoleh barang yang dikehendaki dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan. Terdapat beberapa kondisi agar pertukaran dapat terjadi, yaitu terdapat sedikitnya dua pihak, tiap pihak memiliki sesuatu yang mungkin berharga bagi pihak lain, tiap pihak mampu berkomunikasi dan melakukan penyerahan, tiap pihak bebas menerima atau menolak tawaran pertukaran.Dan yang terakhir, tiap pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain adalah layak dan bermanfaat.
Transaksi adalah perdagangan nilai-nilai antara dua pihak atau lebih. Terdapat beberapa kondisi dalam transaksi, yaitu sekurang-kurangnya dua benda yang bernilai, persyaratan yang disetujui,waktu persetujuan, dan tempat persetujuan. Biasanya sistem hukum dipakai untuk memperkuat dan memaksa agar pihak yang bertransaksi menaatinya. Tanpa ada hukum perjanjian, orang-orang akan memandangtransaksi dengan kecurigaan dan semua pihak akan rugi.
Hubungan dan Jaringan
Pemasaran transaksi adalah bagian dari gagasan yang lebih besar yang dinamakan pemasaran hubungan. Pemasaran hubungan adalah praktik membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak kunci pelanggan, pemasok, penyalur guna mempertahankan preferensi dan bisnis jangka panjang. Pemasar yang cerdik  berusaha  membangun hubungan jangka panjang yang saling mempercayai dan saling menguntungkan dengan pelanggan,
Pemasaran hubungan menghasilkan ikatan ekonomi, teknik, dan sosial yang kuat diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam kejadian yang paling berhasil, transaksi berubah dari negosiasi yang dilakukan setiap saat menjadi kegiatan rutinitas.
Hasil pemasaran hubungan yang utama adalah pengembangan asset unik perusahaan yang disebut jaringan pemasaran. Jaringan pemasaran terdiri dari perusahaan dan semua pihak pendukung yang berkepentingan, yaitu pelanggan, pekerja, pemasok, penyalur, pengecer, agen iklan, ilmuwan, dan pihak lain yang bersama-sama dengan perusahaan telah membangun hubungan bisnis yang saling menguntungkan.




Pasar
Konsep pertukaran mengarah pada konsep pasar. Pasar adalah semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan itu. Ukuran pasar tergantungpada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan dan keinginan, memiliki sumber daya yang menarik pihak lain, serta bersedia dan mampu menawarkan sumber daya ini untuk ditukar dengan apa yang mereka diinginkan.
Pemasar dan Prospek
Jika satu pihak lebih aktif mencari pertukaran daripada pihak lain, dinamakan pihak pertama sebagai pemasar dan pihak kedua sebagai pembeli. Pemasar adalah seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli yang akan terlibat dalam pertukaran nilai. Calon pembeli adalah seseorang yang diidentifikasi oleh pemasar sebagai orang yang mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran nilai.

4. Manajemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan (Dharmmesta & Handoko, 1982).
Secara definisi, Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan (Kotler, 1980).
Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut “Konsep Pemasaran”.
Segala aktivitas haruslah dilandasi oleh falsafah. Falsafah pemasaran harus menjadi pedoman seluruh aktivitas pemasaran. Terdapat 5 falsafah/pedoman yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan aktivitas pemasaran, yaitu:
  • Production Concept
    Konsumen lebih menyukai produk yang tersedia secara luas dan murah harganya
  • Product Concept
    Konsumen menyukai produk produk yang menawarkan kualitas, dan kinerja terbaik, serta fitur fitur yang inovatif
  • Selling Concept
    Konsumen dan pebisnis hanya akan membeli produk yang melakukan usaha usaha pemasaran yang aktif. Konsumen tidak akan membeli jika tidak ada usaha pemasaran yang gencar
  • Marketing Concept
    Kunci pencapaian sasaran organisasi adalah seberapa efektif suatu perusahaan dalam menciptakan, menyampaikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang lebih superior kepada target pasarnya disbanding dengan pesaingnya
  • Holistic Marketing Concept
    Merupakan konsep menyeluruh atas relationship marketing, integrated marketing, internal marketing, social responsibility marketing.

5. Bauran Pemasaran
Kotler (2000) mendefinisikan bahwa “bauran pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran“.
  • Produk : Produk yang ditawarkan, kualitas produk, kondisi produk,variasi produk
  • Harga : tingkat harga yang ditawarkan, kesesuaian kualitas dengan harga
  • Distribusi : ketersediaan produk, kelengkapan produk
  • Promosi : informasi yang tersedia, periklanan, keramahan wiraniaga,personal selling, potongan harga.
  • Produk yang akan dinilai oleh responden adalah golongan Produk
Konsumtif Harian (Conveniance Goods), yaitu produk yang
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan harian, misalnya sabun mandi, obat nyamuk, mie instan, kopi, dan sebagainya.

6. Tujuan Sistem Pemasaran
  • Sistem pemasaran dengan saluran vertical
Pada sistem ini produsen, grosir, dan pengecer bertindak dalam satu keterpaduan. Tujuan dari sistem ini yaitu mengendalikan perilaku saluran dan mencegah perselisihan antara anggota saluran.
  • Sistem pemasaran dengan saluran horizontal
Pada sistem ini, ada suatu kerjasama antara dua atau lebih perusahaan yang bergabung untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul.
  • Sistem pemasaran dengan saluran ganda
Pada sistem ini beberapa gaya pengeceran dengan pengaturan fungsi distribusi dan manajemen digabungkan, kemudian dari belakang dipimpin secara sentral.

7. Pendekatan dalam Mempelajari Pemasaran
Pemasaran tujuan sistem pemasaran, memaksimumlan mutu hidup termasuk didalamnya kualitas, kuantitas, ketersedian, dan harga pokok barang. mutu lingkungan fisik dan mutu lingkungan kultur pendekatan dalam mempelajari pemasaran, pendekatan serba fungsi dari apa saja kegiatan pokok pemasaran yaitu : pembelian, pengangkutan, penjualan, penyimpanan, pembelanjaan, penanggungan resiko, standarnisasi dan grading pengumpulan informasi pasar pendeketan serba lembag. dilihat dari lembaga atau organisasi yang terlibat dalam pemasaran, misal : produsen, suplier, perantara dagang. dll. pemasaran pendekatan dalam mempelajari pemasaran, pendekatan serba sistem menyangkut elemen – elemen yang luas dalam sistem pemasaran termasuk pendekatan serba fungsi, manajemen, produk dan lembaga.

Senin, 03 Desember 2012

TINJAUAN PUSTAKA PEMASARAN


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
2.1. Pengecer (Retailing)
2.1.1. Pengertian Pengecer (Retailing)
            Aktivitas pemasaran tentunya tidak terlepas dari aktivitas transaksi atau pertukaran baik barang maupun jasa, dimana prosesnya meliputi lembaga-lembaga pemasaran seperti produsen, distribiutor, dan pengecer (Retailer), sebelum akhirnya sampai ketangan konsumen akhir. Retailing merupakan aktivitas paling akhir dari rangkaian perjalanan produk dari produsen ke konsumen akhir.
            Adapun yang dimaksud dengan perdagangan eceran menurut Kotler (2000:592) adalah :
“ Usaha eceran (Retailing) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis”.
Berdasarkan pandangan yang dikemukakan oleh Kotler, Buchari Alma (2004:54) menyimpulkan bahwa :
“ Perdagangan eceran adalah suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Ini merupakan mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dan jasa. Penghasilan utama ritel ini adalah menjual secara eceran ke konsumen akhir”.

2.1.2. Jenis-jenis Pedagang Eceran (Retailer)
            Organisasi-organisasi pengecer sangat beragam, dan bentuk-bentuk baru terus bermunculan. Menurut Kotler (2000:592) ada pengecer toko (store retailers), penjualan eceran tanpa toko (non-store retailer) dan berbagai organisasi eceran. Disini penelitian difokuskan pada pengecer toko (store retailers).
            Menurut Kotler (2000:593) jenis-jenis pengecer toko utama dapat dibedakan menjadi :
1.      Toko Khusus (Specialy Store), yaitu toko yang menjual lini produk yang sempit dengan ragam pilihan yang dalam, seperti toko pakaian, toko alat-alat olah raga, toko bunga dan toko buku.
2.      Toko Serba Ada (Departement Store), yaitu toko yang menjual beberapa lini produk (biasanya pakaian dan perlengkapan rumah tangga), dan tiap lini produk tersebut beroperasi sebagai department tersendiri yang dikelola oleh pembeli spesialis atau padagang khusus.
3.      Pasar Swalayan (Supermarket), yaitu toko dimana usaha/operasi penjualan yang dilakukan relatif besar, berbiaya rendah, bermargin rendah, bervolume tinggi, swalayan, yang dirancang untuk melayani semua kebutuhan konsumen seprti makanan, pencucian dan produk perawatan rumah tangga. Pasar swalayan ini memperoleh laba operasi hanya sekitar 1% dari penjualan dan 10% dari nilai kekayaan bersihnya.
4.      Toko Kelontong, kebutuhan sehari-hari (Convinience Store), yaitu toko yang relatif kecil dan terletak didaerah pemukiman, memiliki jam buka yang panjang selama tujuh hari dalam seminggu, dan menjual lini produk bahan yang terbatas dengan tingkat perputaran tinggi.
5.      Toko Diskon (Discount store), yaitu toko yang menjual barang-barang standar dengan harga lebih murah karena mengambil margin yang lebih rendah dan menjual dengan volume tinggi.
6.      Pengecer Potongan Harga (Off-Price Retailer), yaitu toko dimana membeli dengan harga yang lebih rendah daripada harga pedagang besar dan menetapkan harga untuk konsumen lebih rendah daripada harga eceran. Seiring merupakan barang sisa, berlebih dan tidak regular, yang diperoleh dengan harga lebih rendah dari produsen atau pengecer lain. Pengecer potongan harga dapat dibedakan menjadi :
a.       Toko Pabrik (Factory Outlet), dimiliki dan dioperasikan oleh produsen dan biasanya menjual barang yang berlebih, tidak diproduksi lagi atau tidak regular.
b.      Pengecer Potongan Harga Independen (Independent off-price retailers), dimiliki dan dijalankan oleh pengusaha atau divisi dari perusahaan pengecer besar.
c.       Klub Gudang/Klub Grosir (Warehouse clubs/Wholesale clubs), menjual dengan pilihan yang terbatas tentang produk makanan yang bermerek, perlengkapan rumah tangga, pakaian dan beragam barang lain dengan diskon besar bagi anggota yang membayar iuran tahunan. Toko ini melayani usaha kecil dan para anggota kelompok dari lembaga pemerintah, organisasi nirlaba, serta beberapa perusahaan besar. Klub gudang ini beroperasi dalam bangunan seperti gudang yang besar, berbiaya rendah, dan hanya sedikit hiasan. Mereka menawarkan harga yang jauh lebih rendah, biasanya 20% sampai 40% dibawah harga pasar swalayan dan toko diskon.
7.      Toko Super (Super Store), adalah toko yang rata-rata memiliki ruang jual yang luas, bertujuan untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen akan produk makanan dan bukan minuman yang dibeli secara rutin. Biasanya toko ini menawarkan pelayanan seperti binatu, penguangan cek dan pembayaran tagihan. Toko super dapat dibedakan menjadi :
  1. Toko Kombinasi (Combination Depot), merupakan diversifikasi usaha pasar swalayan kebidang obat-obatan.
  2. Pasar Hyper (Hypermarket), adalah toko yang menggabungkan prinsip-prinsip pasar swalayan, toko diskon serta pengeceran gudang. Ragam produknya lebih dari sekedar barang-barang yang rutin dibeli tetapi meliputi mebel, peralatan besar dan kecil, pakaian dan berbagai jenis lainnya. 
8.      Ruang Pameran, untuk penjualan dengan banyak pilihan produk bermerek, margin tinggi, perputaran cepat, dengan harga diskon, pelanggan memesan barang dari katalog diruang pamer, kemudian mengambil barang tersebut dari suatu area pengambilan barang ditoko itu.    

2.1.3. Tipe-tipe Pengecer (Retailer)
            Konsumen sekarang sangat manja, dan mereka dapat dilayani oleh berbagai tipe toko eceran dengan persediaan aneka macam barang, untuk memenuhi berbagai needs dan wants. Toko eceran tumbuh sangat cepat dalam bentuk :
1.      Pengecer Toko (Store Retailers)
Store retailers tumbuh sangat pesat seperti Specialy store, Departemen store, Supermarket, Convenience store, Discount Store, Off-price Retailers (Factory Outlets, Independent off-price retailers, Warehouse clubs/wholesale clubs), Superstore, Catalog Shoeroom.
2.      Pengecer bukan toko (Nonstore Retailers)
Nonstore Retailers ini terdapat 4 (empat) macam, yaitu :
Direct Selling, penjualan ini dilakukan dari pintu ke pintu, Penjualan ditempat pertemuan misalnya ibu-ibu arisan, perkantoran. Ada beberapa bentuk direct selling yaitu one-to one selling, yaitu mengarahkan penjualannya kesatu pembeli potensial dan One to many/party selling, seorang wiraniaga mengunjungi suatu kelompok calon konsumen seperti di arisan ibu-ibu atau tempat pesta, atau diperkantoran kemudian mendemonstrasikan produk tertentu kemudian menerima pesanan.
Direct Marketing, ini berasal dari kegiatan direct-mail dan penyebaran katalog, termasuk kedalamnya kegiatan telemarketing dengan menggunakan media televisi dan elektronik shopping melalui internet.
Automatic vending, digunakan untuk menjual barang-barang yang dibeli secara impulse atau emotional buying motive, seperti rokok, permen, Koran, soft drink, dan sebagainya. Mesin bekerja 24 jam sehari.
Buying Service, usaha ini tidak memiliki toko, dan melayani anggota langganan khusus, seperti karyawan sebuah perkantoran, dan kelompok lainnya yang membeli dan mendapat diskon. 
3.      Organisasi eceran (Retail Organizations)
Walaupun kebanyakan toko eceran ini milik perorangan yang mandiri, namun bertumbuh pula toko eceran yang dikelola oleh organisasi perusahaa. Perusahaan toko eceran ini memperoleh berbagai keuntungan secara ekonomis, daya belinya kuat, tenaga pelayanannya cukup terlatih. Bentuk utama dari corporate retailing ini ialah chain store, voluntary chain stores, retailer cooperatives, waralaba dan sebagainya.
Cooperatives chain store memiliki karakteristik dua atau lewnih toko berada dibawah satu kepemilikan, mengadakan pembelian secar sentral/terpusat, menjual jenis barang yang sama, seperti department store, Food store, drugs store, shoe store, women’s clothing.
Voluntary chain, dalam hal ini grosir mensponsori grup yang mandiri, mereka mengadakan pembelian dalam jumlah besar, kemudian dibagikan ke rantai anggota, dengan harga lebih murah.

2.2. Suasana Lingkungan (Atmosphere) Toko
2.2.1. Pengertian Suasana Lingkungan (Atmosphere) Toko
            Melalui suasana lingkungan, sebuah retailer/pengecer dapat memberikan informasi mengenai harga barang yang ditawarkan, kualitas serta ragam barang kepada konsumen seperti yang dikemukakan Levy & Weitz (1995:378) bahwa :
“ The atmosphere communication information about the store’s service pricing fashionability of merchandise “. 
            Sementara menurut Djaslim Saladin (2003:33), selain memberikan informasi mengenai suatu toko, lingkungan atau atmosfir suatu eceran akan membawa pengaruh kepada keputusan kepada keputusan pembelian konsumen. Lingkungan eceran tersebut terdiri dari tata ruang toko, ruang lorong, penempatan dan bentuk peraga, warna, penyinaran, dan pengaturan temperature dalam ruangan toko.
            Terdapat beberapa referensi mengenai pengertian suasana lingkungan (atmosphere) toko, yaitu :
            Menurut Berman & Revans yang dikutip oleh Buchari Alma (2004:60) mengemukakan suasana lingkungan sebagai berikut :
For a store based retailer, atmosphere refers to the store physical   characteristic that are use to develop image and to draw customers. For a non            store based firm, the physical characteristic of a such strategi-mix factor as catalogs, vending machines, and website affect its image .

            Russell W. Belk, yang dikemukakan oleh Djaslim Saladin (2003:32) berpendapat bahwa suasana lingkungan toko adalah :
“ Suasana lingkungan toko merupakan sifat nyata situasi konsumen, meliputi lokasi geografis, dekor, suara, penyinaran, cuaca, dan konfigurasi yang terlihat dari barang dagangan atau barang lain yang mengelilingi objek stimulus “.
             Sementara Sutisna (2003:164) mengemukakan tentang suasana lingkungan (atmosphere) toko yaitu :
Atmosphere lebih luas dari sekedar layout toko, tetapi meliputi hal-hal yang bersifat luas seperti tersedianya pengaturan udara (AC), tata ruang toko, penggunaan warna cat, penggunaan jenis karpet, warna karpet, bahan-bahan rak penyimpanan barang, bentuk rak dan lain-lain “.
            Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa atmosfir toko merupakan kegiatan merancang dan mendesain lingkungan pembelian yang nyaman sesuai dengan karakteristik toko tersebut yang akan menciptakan atmosfir toko yang baik serta menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan bagi konsumen sehingga mempengaruhi keputusan pembelian mereka saat berada ditoko.
            Setiap toko harus memiliki atmosfir yang berbeda dengan toko yang lain, hal ini akan menjadikannya tampil lebih menonjol dibandingkan dengan toko-toko yang ada disekitarnya. Berdasarkan pasar sasaran yang hendak dicapai, pihak manajemen toko harus dapat menentukan bagaimana bentuk tampilan atmosfir toko tersebut agar dapat menarik konsumen yang menjadi sasarannya. Cara tersebut dapat dilakukan melalui jenis barang, musik, poster, kebersihan serta kenyamanan.

2.2.2. Elemen-Elemen dari Suasana Lingkungan Toko
            Berman & Revans (1998:552) yang dikutip oleh Buchari Alma (2004:60-61), berpendapat bahwa suasana lingkungan tidak lain adalah kegiatan merancang lingkungan pembelian yaitu melalui penataan barang dan fasilitas pendukung lainnya.
Lebih jauh dijelaskan bahwa terdapat beberapa elemen dalam penataan dari atmosphere toko, diantaranya :
1)      Exterior (Bagian Luar Toko)
·        Bangunan  toko (desain, warna, style)
·        Papan nama dan logo perusahaan
·        Sarana parkir
2)      General Interior (Bagian Dalam Toko)
·        Sistem Pencahayaan
·        Kebersihan Toko
·        Musik
·        Temperatur Udara dan aroma ruangan
·        Wiraniaga
3)      Store Layout (Penataan Barang Pajangan)
·        Pengelompokan dan penataan barang
·        Media Pembungkus
·        Poster dan Gambar
·        Fasilitas Umum

2.2.3. Sifat Fisik dan Pengaruh Suasana Lingkungan (Atmosphere) Toko
            Sifat fisik dari lingkungan eceran, kerap dijadikan acuan sebagai “ A Store Atmosphere “.  Hal ini sangat menarik bagi para pemasar karena dua alasan mendasar, yaitu :
1.      Berbeda dengan banyak pengaruh situasi diluar kendali
2.      Pengaruh ini diberikan kepada konsumen tepat ditempat yang benar didalam toko.
            Dari pengaruh perspektif pemasar, suasana lingkungan suatu toko dapat mempunyai sejumlah efek yang diharapkan pada konsumen, adapun efek-efek tersebut adalah (Kotler, 1974:48-65) :
·              Suasana lingkungan toko dapat membantu membentuk arah durasi perhatian konsumen, sehingga meningkatkan kemungkinan pembelian.
·              Suasana lingkungan toko dapat mengekspresikan berbagai aspek mengenai toko kepada konsumen, seperti khalayak yang dimaksud dan penempatan yang akhirnya latar dan sebuah atmosfir toko yang mendatangkan reaksi emosi tertentu dari konsumen.
            Menurut Sutisna (2003:164) atmosfir pada suatu toko akan berpengaruh terhadap:
1.      Tindakan Pembelian
Atmosfir akan mempengaruhi persepsi konsumen melalui mekanisme penglihatan, pendengaran, penciuman dan sentuhan. Stimuli seperti warna, pencahayaan, musik, pengaturan suhu dan objek lain mempengaruhi terhadap keputusan pembelian.
2.      Citra Toko
Apabila atmosfir dalam suatu toko sangat buruk seperti udara yang panas, ruangan yang sesak, aroma yang bau, produk yang dipajang tidak tertata rapi, lantai tidak bersih maka hal itu akan menimbulkan atmosfir yang akan mencitrakan toko sebagai toko yang buruk. Namun sebaliknya, bila atmosfir ditoko tersebut sangat baik maka akan menimbulkan citra toko yang baik pula.
3.      Keadaan Emosi Pembeli
Atmosfir akan berpengaruh terhadap keadaan emosi pembeli yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan, baik yang muncul dari psikologikal ataupun keinginan yang bersifat mendadak (impulse).
            Sementara menurut Engel (1995:799) pengaruh dari pelaksanaan suasana lingkungan toko adalah :
  • Membantu mengarahkan dan menarik perhatian konsumen
  • Memperlihatkan siapa konsumen sasaran dan positioning yang dilakukan
  • Mampu menggerakkan reaksi emosi konsumen seperti parasaan senang dan suka yang mana perasaan itu mampu mempengaruhi jumlah uang dan waktu yang dihabiskan konsumen. 

2.3. Keputusan Pembelian Konsumen
2.3.1. Pengertian keputusan Pembelian
            Pemahaman mengenai keputusan pembelian konsumen meliputi bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan tidak menggunakan barang atau jasa. Memahami konsumen tidaklah mudah karena setiap konsumen memutuskan pembelian tertentu yang berbeda-beda dan sangat bervariasi. Keputusan pembelian menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh dan Ronny A. Rusly (2002:204), adalah :
“ Keputusan pembelian adalah keputusan yang diambil oleh seorang calon pembeli yang menyangkut kepastian akan membeli atau tidak”.

2.3.2. Jenis-jenis Perilaku Pembelian
            Pengambilan keputusan konsumen bervariasi dengan jenis keputusan pembelian. Pembelian yang kompleks dan mahal mungkin melibatkan banyak pertimbangan pembeli dan lebih banyak peserta. Henry Assael yang dikutip oleh Djaslim Saladin (2003:17) mengemukakan 4 (empat) jenis perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen, antara lain :
1.      Perilaku Pembelian Kompleks (Complex Buying Behavior)
Konsumen mengalami keterlibatan yang tinggi dalam melaksanakan pembelian suatu produk apabila suatu produk tersebut harganya mahal, jarang dibeli, memilikiresiko yang tinggi, dan mencerminkan ekspresi diri yang tinggi. Konsumen mengalami keterlibatan yang tinggi dalam membeli sustu produk dengan berbagai perbedaan yang nyata diantara berbagai merek produk yang ada.
2.      Perilaku Pembelian yang mengurangi ketidakcocokan (Dissonance-reducing buying behavior)
Konsumen mengalami pembelian untuk mengurangi ketidakcocokan, pada saat mereka memiliki keterlibatan yang tinggi dalam pembelian sebuah produk, tetapi tidak melihat adanya perbedaan yang nyata diantara berbagai merek produk yang ada.
3.      Perilaku pembelian berdasarkan kebiasaan (Habitual buying behavior)
Keterlibatan konsumen rendah sekali dan tidak adanya perbedaan yang nyata dalam berbagai merek. Dalam hal ini konsumen tidak aktif mencari informasi mengenai merek, ataupun dalam mengevaluasi karakteristik produk tersebut. Pembelian dilakukan pada dasarnya melalui kebiasaan, yang menimbulkan loyalitas pada suatu merek.
4.      Perilaku pembelian yang mencari keragaman (Variety-seeking buying behavior)
Keterlibatan konsumen rendah, tetapi dihadapkan pada berbagai pelihan merek  produk yang akan dibelinya. Dalam hal ini konsumen memilih salah satu merek produk diantara berbagai merek. Namun pada suatu saat konsumen membeli merek produk lainnya dengan berbagai alasan (misalnya bosan).

2.3.3. Tahapan Keputusan Pembelian
            Dalam menghadapi keputusan pembelian konsumen, seorang pemasar harus melihat hal-hal yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan membuat suatu ketetapan bagaimana konsumen membuat keputusan pembeliannya.
             Kotler (diterjemahkan oleh Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli, 2002:204) mengemukakan prose pembelian tersebut melalui lima tahapan. Tahapan pembelian konsumen tersebut antara lain adalah : 
1.      Pengenalan masalah (Problem recognition)
Proses pembelian diawali dengan adanya masalah atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi saat ini guna membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.
2.      Pencarian informasi (Information search)
Setelah konsumen merasakan adanya kebutuhan sesuatu barang atau jasa, selanjutnya konsumen mencari informasi baik yang disimpan dalam ingatan (internal) maupun informasi yang didapat dari lingkungan (eksternal). Sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari :
a.       Sumber Pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b.      Sumber niaga/komersial : iklan, tenaga penjual, kemasan dan pemajangan.
c.       Sumber umum : media massa dan organisasi konsumen.
d.      Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.

3.      Evaluasi alternatif (Evaluation of alternative)
Setelah informasi diperoleh, konsumen mengevaluasi berbagai alternatif pilihan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk menilai alternatif pilihan konsumen terdapat 5 (lima) konsep dasar yang dapat digunakan, yaitu :
a.       Sifat-sifat produk (Product atributes)
Apa yang menjadi ciri-ciri khusus dan perhatian konsumen terhadap produk tersebut.
b.      Nilai kepentingan (Importance weight)
Kecenderungan konsumen untuk lebih memperhatikan nilai kepentingan yang berbeda-beda pada setiap atribut produk yang dianggapnya lebih menonjol untuk diperhatikan.
c.       Kepercayaan terhadap merek (Brand belief)
Kecenderungan konsumen untuk lebih memperhatikan pada merek suatu produk yang memang menonjol menurut pandangannya, sehingga menciptakan brand image pada konsumen tersebut.
d.      Fungsi kegunaan (Utility function)
Bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan atas produk, yang bervariasi pada tingkatan pilihan untuk setiap produk.
e.       Tingkat kesukaan (Preference attitudes)
Bagaimana konsumen memberikan sikap preferensi (tingkat kesukaan) terhadap merek-merek alternatif melalui prosedur penilaian yang dilakukan konsumen.

4.      Keputusan pembelian (Purchase decision)
Konsumen yang telah melakukan pilihan terhadap berbagai alternatif biasanya membeli produk yang paling disukai, yang membentuk suatu keputusan untuk membeli. Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan timbulnya keputusan untuk membeli, yaitu :
  1. Sikap orang lain : tetangga, teman, orang kepercayaan, keluarga, dll.
  2. Situasi tak terduga : harga, pendapatan keluarga, manfaat yang diharapkan.
  3. Faktor yang dapat diduga : faktor situasional yang dapat diantisipasi oleh konsumen.
5.      Perilaku pasca pembelian (Post purchase behavior)
Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen atas suatu produk akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian selanjutnya. Jika konsumen puas kemungkinan besar akan melakukan pembelian ulang dan begitu juga sebaliknya. Ketidakpuasan konsumen akan terjadi jika konsumen mengalami pengharapan yang tidak terpenuhi. Ketidakpuasan akan sering terjadi jika terdapat jurang antara pengharapan dan prestasi. Konsumen yang merasa tidak puas akan menghentikan pembelian produk yang bersangkutan dan kemungkinan akan menyebarkan berita buruk tersebut keteman-teman mereka. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha memastikan tercapainya kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian.
2.4. Hubungan Suasana Lingkungan (Atmosphere) Toko dengan Keputusan Pembelian Konsumen
            Setiap usaha memerlukan strategi pemasaran yang baik dalam memasarkan produknya. Salah satu strategi pemasaran yang paling sensitif terhadap keputusan konsumen untuk melakukan pembelian terutama untuk barang eceran adalah suasana lingkungan toko. Suasana lingkungan toko merupakan salah satu faktor penting dalam bisnis eceran karena dalam melakukan pembeliannya, konsumen tidak hanya memberikan respon terhadap barang dan jasa yang ditawarkan tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan pembelian yang diciptakan oleh toko tersebut. Kegiatan berbelanja tidak hanya sebagai kegiatan fungsional untuk membeli barang-barang apa saja tapi juga sebagai kegiatan pengisi waktu, rekreasi, hiburan atau bahkan pelepas stress.
            Banyaknya usaha yang bergerak dalam bidang retail menyebabkan para pengusaha harus  mampu mengatur strategi agar dapat bersaing dan mempertahankan posisi mereka pada pasar. Strategi pemasaran dapat dilakukan dengan menciptakan desain toko yang lebih menarik sehingga mempengaruhi perhatian konsumen serta berkeinginan untuk berkunjung dan diharapkan melakukan pembelian. Yaitu dengan menampilkan suasana lingkungan (atmosphere) yang baik dan kreatif yang merupakan paduan dari unsur-unsur tampilan di dalam maupun di luar toko dengan segala suasananya, diharapkan konsumen akan  datang dan tidak beralih pada pesaing.
            Dari suasana lingkungan yang telah dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat menghasilkan suatu tanggapan dari konsumen dan konsumen tertarik untuk melakukan pembelian karena suasana lingkungan sangat berperan sebagai penentu utama dari pilihan pembeli.  Atmosfir toko, seperti telah dibuktikan dalam penelitian, mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya pembelian (Sutisna, 2003:164). Dengan menciptakan suasana lingkungan toko yang lebih menarik diharapkan dapat mempengaruhi perhatian konsumen serta berkeinginan untuk berkunjung dan diharapkan untuk melakukan pembelian.
             Keputusan yang dilakukan oleh konsumen salah satunya dipengaruhi oleh faktor suasana lingkungan toko. Dalam menghadapi persaingan, pengusaha perlu manampilkan suasana lingkungan toko yang baik dan kreatif yang merupakan paduan dari unsur-unsur tampilan didalam maupun diluar toko. Dengan segala suasananya, diharapkan konsumen akan datang dan tidak beralih pada pesaing.
            Tugas dari para pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli mulai dari adanya rangsangan hingga munculnya keputusan pembelian. Keputusan pembelian konsumen ini melalui tahap-tahap tertentu, dimana setiap satu tahapan harus selalu diperhatikan guna mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembeliannya.

Pembelajaran Luas juring d`n Tembereng Menggunakan Model Siklus Belajar dengan Teknik Empiris Induktif


     Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Matematika sekolah yang merupakan bagian dari matematika yang dipilih atas dasar kepentingan pengembangan kemampuan dan kepribadian peserta didik serta perkembangan ilmu dan teknologi perlu dapat selalu sejalan dengan tuntutan kepentingan peserta didik menghadapi kehidupan masa depan (Soedjadi, 2000:138).

     Kualitas pendidikan matematika di Indonesia pada saat ini masih merupakan salah satu bahan yang menjadi perhatian para ahli pendidikan matematika sekolah. Salah satu faktor penyebab rendahnya pendidikan matematika saat ini adalah model pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Dalam pembelajaran konvensional, pendidik terlalu mendominasi siswa. Dengan kata lain guru menjadi pusat seluruh kegiatan di dalam kelas (teacher oriented). Hal ini dapat menghambat majunya dunia pendidikan, karena guru yang lebih aktif dalam kegiatan belajr mengajar sedangkan siswa terbatas pada mendengar, mencatat, dan mematuhi perintah guru. Dalam kondisi seperti ini siswa bukan lagi dipandang sebagi subjek belajar melainkan objek pembelajaran. Sehingga siswa menjadi kurang serius dalam memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan pengajar. Padahal, siswa seharusnya dituntut aktif mengembangkan segala hasil olahan informasi yang diterima dalam pikirannya selama proses pembelajaran. 

     Penggunaan metode dan media yang tepat dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keberhasilan dan kegagalan dalam belajar khususnya matematika sangat bergantung pada proses pembelajaran matematika itu dilaksanakan. Oleh karena itu guru matematika hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada sisiwa untuk berpartisipasi aktif, baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

     Salah satu bentuk pengembangan pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif adalah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme ini memandang bahwa siswa sendirilah yang aktif membangun pengetahuannya. Seperti yang dinyatakan oleh Renick bahwa seseorang yang belajar itu membentuk pengertian-pengertian (dalam Suparno, 2001:11). Dalam hal ini siswa tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan, melainkan menciptakan pengertian. Pengetahuan ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka. Hal ini berarti bahwa peserta didiklah yang harus aktif berfikir, merumuskan konsep dan mengambil makna. Sedangkan peran guru adalah membantu proses konstruksi itu berjalan sehingga siswa dapat membentuk pengetahuannya. Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan konstruktivisme adalah penggunaan siklus belajar (Heron dalam dahar, 1991:164). Salah satu teknik penggunaan siklus belajar ini adalah dengan teknik Empiris Induktif.

     Pola pikir dalam matematika sebagai ilmu adalah deduktif. Akan tetapi tidaklah demikian dalam matematika sekolah. Meskipun siswa pada akhirnya tetap diharapkan mampu berpikir deduktif, namun dalam proses pembelajaran matematika, khususnya jenjang SD dan SLTP masih sangat diperlukan pola pikir induktif. Pola pikir induktif yang digunakan ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa (Soedjadi, 2000:45).

     Siklus belajar dengan teknik Empiris Induktif terdiri dari tiga fase yaitu fase eksploitasi, fase pengenalan konsep dan fase aplikasi konsep. Sedangkan penyampaian pesan dilakukan secara induktif berdasarkan pengalaman atau pengamatan yang telah dilakukan oleh siswa. Dalam fase eksploitasi siswa belajar melalui aksi dan reaksi mereka dalam suatu situasi baru. Fase pengenalan konsep dimulai dengan memperkenalkan suatu konsep yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki. Selanjutnya siswa menggunakan atau mengaplikasikan konsep tersebut untuk mengadakan penyelidikan lebih lanjut untuk menyelesaikan masalah. Seperti yang dinyatakan oleh Lawson (dalam Dahar, 1991:164) bahwa dalam teknik Empiris Induktif siswa menemukan dan memeriksa suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus. Selanjutnya mereka mengemukan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya pola itu.

     Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dengan penggunaan model siklus belajar dengan teknik Empiris Induktif ini siswa dapat lebih memahami konsep-konsep matematika dan penerapannya dalam menyelesaikan masalah sehingga hasil evaluasi pelajaran matematika meningkat.

     Di jenjang Sekolah Dasar siswa sudah mengenal konsep luas dan keliling lingkaran. Akan tetapi pada umumnya luas dan keliling lingkaran yang mereka peroleh bersifat hafalan, dengan kata lain guru langsung menunjukkan rumus keliling dan luas lingkaran dan siswa langsung menerapkannya dalam menyelesaikan soal. Padahal dalam pembelajaran luas juring dan tembereng ini merupakan pengembangan dan perluasan dari pemahaman mengenai keliling dan luas lingkaran sebagai dasarnya. Sehingga untuk memperdalam pengetahuan dan implementasi dari jenjang pendidikan sebelumnya dari konsep luas dan keliling lingkaran yang mereka peroleh bersifat hafalan tersebut untuk dipandang perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk banyak melakukan eksperimen. 

     Harapan dari pola pikir induktif ini, siswa dapat menemukan rumus luas Luas juring dan Tembereng secara empiris berdasarkan pengalaman dan eksperimen yang dilakukannya. Melalui model Siklus Belajar dengan teknik Empiris Induktif, siswa diajak secara aktif untuk membentuk sendiri konsep Luas juring dan Tembereng melalui pengamatan secara langsung terhadap objek yang sedang dipelajari. Dengan kegiatan ini siswa dirangsang supaya mampu melahirkan gagasan-gagasan mereka dan membangun pengetahuan sesuai dengan konsep yang telah dimilikinya.