Salah satu obyek yang
paling sering dipotret adalah manusia. Ketika berwisata
bersama keluarga, sekedar kumpul bareng teman, atau ketika lulus kuliah, kamera
menjadi alat utama untuk mengabadikan saat-saat kenangan. Di dinding rumah pun bisa jadi foto manusia yang banyak dipajang, dalam bentuk foto keluarga di
studio atau reuni teman-teman sekampus, sebagai misal.
Dalam data pribadi kerap kali dijumpai hobi difoto, untuk menyebut hobi-hobi
lain seperti membaca, jalan-jalan, dan nonton film. Bisa jadi yang sebenarnya
menjadi hobi adalah hobi melihat foto diri sendiri ketimbang difoto. Karena
untuk difoto sebenarnya tidak selalu semenyenangkan duduk sambil ngemil di depan TV atau membaca di kursi malas. Difoto, dalam arti serius, berarti wanita harus
menyiapkan rias wajah dan rambut, sementara pria harus tampil rapi dengan pakaian necis.
Semakin serius sebuah pemotretan, berarti semakin serius pula persiapannya.
Sebuah pemotretan model gaya ABG di studio-studio foto tentu tak seberat sesi
pemotretan model untuk iklan produk. Lebih serius lagi jikalau model yang di-casting
adalah model terkenal yang dibayar mahal. Bisa jadi sangat serius jika model foto
adalah pejabat tinggi negara atau pengusaha kaya yang hendak ditampilkan anggun,
gagah, berwibawa, chic dan mewah. Di luar itu semua, unsur fun tetap lebih banyak dan lebih dinikmati ketimbang peluh yang bercucuran untuk menyiapkan kostum dan
setting tempat. Terlebih lagi jika seluruh kru pemotretan dan model bisa berkomunikasi dengan akrab.
Segi Teknis Penting
Tentu saja, unsur-unsur teknis tetap tak bisa disepelekan. Karena sedap
tidaknya sebuah foto dipandang tetap dibangun oleh unsur-unsur teori dasar fotografi.
Tak perlu rumit-rumit, cukup dengan bermain-main dengan komposisi dan pencahayaan maka sebuah foto model bisa dibuat dengan benar. Selebihnya, tinggal bagaimana cara fotografer mengarahkan pose dan ekspresi sang model. Misalnya saja pada
foto close up Rahma Azhari. Dalam foto tersebut bisa dilihat penempatan titik Point
of Interest (POI) sesuai
dengan komposisi sepertiga (Rule of Third). Pencahayaan dibuat frontal
menggunakan reflektor, karena kondisi pemotretan aslinya adalah outdoor pada saat cahaya
matahari pada posisi top lighting. Sementara pada foto “Rahma in Blue” komposisi masih dibuat sesuai komposisi sepertiga tapi dalam format horisontal.
Masih dalam kaitan unsur teknis dasar fotografi, komposisi sepertiga juga
diterapkan pada foto “Main Air”. POI diletakkan pada sepertiga bagian sebelah kanan dengan
pose menghadap ke kiri untuk “mengisi” bagian kiri foto. Di sini ada unsur teknis lain yang
terlibat, yakni pemilihan ruang tajam (depth of field) yang sempit sehingga mem-blur-kan latar depan dan latar belakang. Ruang tajam yang sempit (shallow depth of
field) membantu fotografer mengarahkan perhatian pemirsa foto hanya pada model yang
menjadi POI, tanpa harus teralihkan perhatiannya dengan bebatuan di sekitar model.
Teknik dasar lain yang digunakan adalah freezing (membekukan gerak), dengan cara
memakai kecepatan rana tinggi, untuk merekam butir-butir air secara tajam.
Elemen-elemen yang ada di lokasi pemotretan, terutama pemotretan di luar ruangan, akan sangat
berguna jika dimanfaatkan secara cerdik.
Pose dan Ekspresi
Kemampuan model berpose dan berekspresi tetap menjadi unsur yang tak
terpisahkan dari keberhasilan sebuah foto model. Mengarahkan model yang bukan profesional lebih menantang daripada model profesional. Tapi, bisa jadi lebih menarik dan menantang jika memotret tokoh dalam pose-pose yang lain dari biasanya. Istilah gampangnya, tampil unik tapi menarik, nyeleneh tapi jenaka, pose tak biasa tapi
tetap sedap dipandang. Pose-pose tersebut membutuhkan kemampuan non-fotografis yang kental, seperti pendalaman pribadi, kedekatan emosional dan kemampuan
berkomunikasi. Resep utamanya adalah menggali hal unik yang menjadi pencerminan khas tokoh dan
model yang hendak difoto.
Ketika memotret Sheila on 7 (SO7), yang notabene kerap bertemu muka di sebuah radio di Yogyakarta, tetap menjadi tantangan tersendiri. Komunikasi yang
dibangun kerap kali menjadi bercanda yang kebablasan bercanda terus, atau malah
sebaliknya serius yang bablas menjadi kaku. Ketika itu sekitar tahun 1998, SO7 baru menyelesaikan
album pertama dan dipotret untuk kepentingan materi iklan sebuah perusahaan
t-shirt. Hari berikutnya, mereka ingin difoto untuk kepentingan manajemen mereka dan
koleksi pribadi. Jadilah, pose-pose yang nyeleneh, jenaka, dan unik yang tak
terencanakan
sebelumnya. Foto “Sheila on 7’s Free Style” akhirnya dihasilkan bermodal
komunikasi akrab. Ketika itu, kamera medium format fokus manual memaksa tangan terus
menerus melekat di gelang fokus lensa dan tombol pelepas rana agar momen ekspresi yang muncul hanya untuk beberapa detik tak luput dari rekaman.
Lain halnya dengan pose-pose yang tidak terlalu dinamis bergerak atau
berekspresi. Fotografer bisa dengan perlahan mengeset kamera dan pencahayaan serta
berhati-hati memilih angle. Misalnya saja pada foto “Terkulai” yang dibuat pada set indoor dengan pencahayaan artifisial dan sentuhan akhir di komputer untuk memberi
pewarnaan berkesankesan lembut dan hangat.
Perlu Pendekatan Personal
Keberhasilan merekam pose-pose menarik memang tak berhubungan langsung dengan segi teknis fotografi. Tapi, keberhasilan secara teknis fotografi tak ada
artinya dalam kancah memotret model dan tokoh tanpa pose yang sedap dipandang mata.
Terlebih lagi jika ingin mengekplorasi seorang tokoh dalam pose-pose yang unik dan
ekspresif. Bisa jadi pose-pose tersebut adalah pose-pose “apa adanya“ meski sebenarnya
diarahkan
oleh fotografer.
Ketika memotret seorang aktor teater dan seniman serba bisa Butet Kertarejasa, misalnya. Tak ada pembicaraan khusus sebelumnya, selain berbincang ringan di
ruang tunggu bandara pada suatu pagi. Lantas, niat untuk membuat suatu sesi foto
kemudian muncul yang dilanjutkan dengan beberapa perencanaan sederhana, seperti soal
lokasi dan kostum. Memang, adalah penting untuk membuat tokoh sebagai model tetap
nyaman
berpose di depan kamera dan berbagai perlengkapan pencahayaan. Dan memutuskan
kediaman pribadi tokoh itu sendiri sebagai lokasi pemotretan tentu bukanlah
suatu
syarat yang sulit.
Perencanaan yang cerdik dibutuhkan untuk berhasil membuat foto-foto bagus.
Mengenali diri seorang tokoh, berikut keseharian dan karir tokoh tersebut sama pentingnya
dengan merencanakan kostum yang hendak dikenakan. Pemanfaatan properti pun
jangan disepelekan demi menciptakan suasana yang mencerminkan pribadi sang tokoh.
Seperti dalam foto “Oom Pasikom Style”, sudah diketahui terlebih dahulu bahwa Butet
melakoni tokoh bernama sama dengan judul foto dalam sebuah sinetron di stasiun TV
swasta. Maka, kostumnya pun menjadi saling dukung-mendukung dengan pose, plus imbuhan properti mobil kuno koleksi pribadi Butet.
Lokasi dan Properti
Masih dalam mobil kunonya, Butet terlihat merasa sangat bebas dan nyaman,
didukung suasana penuh canda dan komunikasi yang berlangsung akrab. Jadilah pose jenaka pada foto “Butet in Expression” tercipta. Ini adalah pose yang tak muncul dalam
benak saya sebagai fotografer ketika merencanakan pemotretan Butet. Bisa dibilang, pose ini adalah
improvisasi yang berhasil.
Kebutuhan akan properti tak perlu berlebihan, dengan cara memanfaatkan properti
yang sudah ada di lokasi. Kebetulan Butet pernah menulis di Kompas perihal
koleksi kotak rokoknya. Maka, adalah pose yang wajar jika Butet kemudian difoto sambil merokok di depan koleksi kotak-kotak rokoknya, seperti pada foto “Butet dan
Koleksi Kotak Rokoknya”. Lantas, ada pula faktor keberuntungan dan kebetulan yang bisa menghasilkan foto candid. Ketika dalam pose merokok di depan lemari koleksi
kotak rokoknya, kebetulan ponsel Butet berdering dan saya persilakan untuk
menjawabnya. Tentu bukan tanpa alasan dan sama sekali tidak mengganggu sesi pemotretan,
karena pada saat itulah salah satu kesempatan emas muncul untuk merekam ekspresi Butet
yang paling tak dibuat-buat. Maka, terciptalah foto “Halo, Butet di Sini...”.
Mengukur Keberhasilan
Membuat foto model dan foto tokoh bisa disebut berhasil jika fotografer
berhasil mengkomunikasikan ide di benaknya kepada para pemirsa foto. Jika pemirsa foto mengernyitkan dahi pertanda bingung atau memicingkan mata pertanda tak nyaman memandang, maka bisa dibilang pemotretan belum berhasil sepenuhnya. Lain halnya
jika pemirsa foto mengangguk-angguk pertanda paham atau diam untuk merenung
lantaran berhasil meresapi makna dan rasa dari foto yang dilihatnya. Keberhasilan itu
menjadi lebih berguna lagi tatkala muncul inspirasi-inspirasi baru di benak pemirsa
foto setelah melihat karya-karya seorang fotografer.***
Sabtu, 10 Agustus 2013
Memotret Foto Berkualitas dengan Kamera Digital
Memotret dengan
menggunakan kamera analog ataupun digital secara prinsip fotografi tidak
berbeda. Bedanya, dengan kamera analog ada penggantian film, sementara kamera
digital tidak ada penggantian film tapi dengan sensor digital.
Namun kamera digital akhir-akhir ini lebih banyak disukai konsumen karena hasil akhirnya bisa langsung dilihat, dan diulang jika hasil fotonya kurang memuaskan. Bagaimana cara menghasilkan foto yang berkualitas lewat kamera digital? Simak beberapa tips berikut ini:
1. Atur kamera dengan mode ukuran gambar paling besar.
Keuntungan dari mode ini adalah memungkinkan Anda dapat mencetaknya dalam ukuran terbesar tanpa ancaman warna foto pecah. Selain itu Anda juga dapat memotong bagian yang tidak dikehendaki pada foto tersebut. Tidak ada gunanya jika Anda membeli kamera dengan resolusi 5, 6, atau 8 megapiksel, tapi Anda tetap memasang mode ukuran gambar standar, dan bukan maksimum.
2. Gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.
Banyak gambar hasil kamera digital memakai format JPEG. JPEG menghasilkan gambar yang buruk jika dikompresi berlebihan. Agar gambar Anda tampak seperti aslinya, gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.
3. Pakai tipe gambar JPEG.
JPEG, meskipun bersifat lossy (kurang jelas), bisa jadi merupakan pilihan terbaik. Pasalnya, ketika Anda mengambil gambar dengan format JPEG, keuntungan yang diperoleh juga berlipat karena Anda bisa mengolahnya lagi dengan Adobe Photoshop.
Kamera SLR biasanya memberikan pilihan apakah Anda ingin menggunakan format JPEG, TIF atau Raw. TIF biasa digunakan untuk reproduksi grafis yang berbau seni, misalnya pada majalah dan koran. Sementara Raw, menyimpan apa adanya tanpa pemrosesan gambar lebih lanjut.
Dibanding dengan TIF dan Raw, format JPEG lebih mudah dikelola dengan Photoshop. Kedua format tersebut (TIF dan Raw-red) hanya akan menambah pekerjaan Anda sewaktu akan diproses pada Photoshop.
4. Camkan bahwa Whitte Balance itu penting.
Untuk kebanyakan pengambilan gambar, dianjurkan agar dimulai dengan mode Auto white balance. Fungsinya agar kamera Anda bisa membaca pewarnaan dari cahaya yang ada disekitarnya dan secara otomatis mengatur dirinya sendiri untuk mengoptimalkan white balance.
Mode Daylight cocok untuk hari terang, sementara jika hari berawan, dianjurkan agar Anda memakai mode Cloudy. Untuk mengevaluasi pewarnaan dan pencahayaan, jangan lupa mengetesnya dengan mengambil satu atau dua gambar.
5. Jangan lupa mengatur "Low ISO Number" atau "Use Auto ISO".
Hasil gambar akan lebih jernih jika Anda menggunakan ISO rendah, namun sensitivitas kamera dalam menangkap cahaya menjadi lebih rendah. Sementara jika memakai ISO terlalu tinggi, seperti dilansir Dale laboratories, hanya akan menimbulkan noise pada gambar.
6. Optimalkan penggunaan Histogram.
Dengan menggunakan histogram Anda dapat melihat seberapa optimal sensitivitas sensor kamera dalam menangkap gambar.
7. Hindari menggunakan zoom secara digital.
Sebaiknya jangan menggunakan zoom secara digital karena hanya akan membuat kinerja chip yang mengatur tingkat resolusi (piksel) pada kamera menjadi boros. Coba gunakan zoom dari lensa saja, agar bisa menghemat penggunaan chip. Selain itu hasil bidikan, jika menggunakan zoom secara digital, tidak sebagus jika menggunakan zoom lensa.
8. Belilah kartu Memori berkualitas profesional.
Kecepatan rekam pengambilan gambar dengan memakai memori yang berkualitas tinggi dapat mengimbangi teknologi kamera Anda. Misalnya dengan kartu memori berkecepatan 40x, dapat merekam 3 dari 10 jepretan berturut-turut dalam 1 detik. Sementara dengan memori 4x, Anda hanya bisa merekam 1 gambar dalam 3 detik. Keuntungannya, dengan memori berkualitas tinggi Anda tidak perlu mengkhawatirkan terjadinya pergeseran warna dalam foto.
9. Backup hasil foto dalam CD atau DVD.
Menyiapkan payung sebelum hujan adalah lebih baik. Pastikan backup seluruh kreasi foto-foto Anda dalam CD atau DVD, sebagai antisipasi jika hard drive Anda rusak.
Namun kamera digital akhir-akhir ini lebih banyak disukai konsumen karena hasil akhirnya bisa langsung dilihat, dan diulang jika hasil fotonya kurang memuaskan. Bagaimana cara menghasilkan foto yang berkualitas lewat kamera digital? Simak beberapa tips berikut ini:
1. Atur kamera dengan mode ukuran gambar paling besar.
Keuntungan dari mode ini adalah memungkinkan Anda dapat mencetaknya dalam ukuran terbesar tanpa ancaman warna foto pecah. Selain itu Anda juga dapat memotong bagian yang tidak dikehendaki pada foto tersebut. Tidak ada gunanya jika Anda membeli kamera dengan resolusi 5, 6, atau 8 megapiksel, tapi Anda tetap memasang mode ukuran gambar standar, dan bukan maksimum.
2. Gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.
Banyak gambar hasil kamera digital memakai format JPEG. JPEG menghasilkan gambar yang buruk jika dikompresi berlebihan. Agar gambar Anda tampak seperti aslinya, gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.
3. Pakai tipe gambar JPEG.
JPEG, meskipun bersifat lossy (kurang jelas), bisa jadi merupakan pilihan terbaik. Pasalnya, ketika Anda mengambil gambar dengan format JPEG, keuntungan yang diperoleh juga berlipat karena Anda bisa mengolahnya lagi dengan Adobe Photoshop.
Kamera SLR biasanya memberikan pilihan apakah Anda ingin menggunakan format JPEG, TIF atau Raw. TIF biasa digunakan untuk reproduksi grafis yang berbau seni, misalnya pada majalah dan koran. Sementara Raw, menyimpan apa adanya tanpa pemrosesan gambar lebih lanjut.
Dibanding dengan TIF dan Raw, format JPEG lebih mudah dikelola dengan Photoshop. Kedua format tersebut (TIF dan Raw-red) hanya akan menambah pekerjaan Anda sewaktu akan diproses pada Photoshop.
4. Camkan bahwa Whitte Balance itu penting.
Untuk kebanyakan pengambilan gambar, dianjurkan agar dimulai dengan mode Auto white balance. Fungsinya agar kamera Anda bisa membaca pewarnaan dari cahaya yang ada disekitarnya dan secara otomatis mengatur dirinya sendiri untuk mengoptimalkan white balance.
Mode Daylight cocok untuk hari terang, sementara jika hari berawan, dianjurkan agar Anda memakai mode Cloudy. Untuk mengevaluasi pewarnaan dan pencahayaan, jangan lupa mengetesnya dengan mengambil satu atau dua gambar.
5. Jangan lupa mengatur "Low ISO Number" atau "Use Auto ISO".
Hasil gambar akan lebih jernih jika Anda menggunakan ISO rendah, namun sensitivitas kamera dalam menangkap cahaya menjadi lebih rendah. Sementara jika memakai ISO terlalu tinggi, seperti dilansir Dale laboratories, hanya akan menimbulkan noise pada gambar.
6. Optimalkan penggunaan Histogram.
Dengan menggunakan histogram Anda dapat melihat seberapa optimal sensitivitas sensor kamera dalam menangkap gambar.
7. Hindari menggunakan zoom secara digital.
Sebaiknya jangan menggunakan zoom secara digital karena hanya akan membuat kinerja chip yang mengatur tingkat resolusi (piksel) pada kamera menjadi boros. Coba gunakan zoom dari lensa saja, agar bisa menghemat penggunaan chip. Selain itu hasil bidikan, jika menggunakan zoom secara digital, tidak sebagus jika menggunakan zoom lensa.
8. Belilah kartu Memori berkualitas profesional.
Kecepatan rekam pengambilan gambar dengan memakai memori yang berkualitas tinggi dapat mengimbangi teknologi kamera Anda. Misalnya dengan kartu memori berkecepatan 40x, dapat merekam 3 dari 10 jepretan berturut-turut dalam 1 detik. Sementara dengan memori 4x, Anda hanya bisa merekam 1 gambar dalam 3 detik. Keuntungannya, dengan memori berkualitas tinggi Anda tidak perlu mengkhawatirkan terjadinya pergeseran warna dalam foto.
9. Backup hasil foto dalam CD atau DVD.
Menyiapkan payung sebelum hujan adalah lebih baik. Pastikan backup seluruh kreasi foto-foto Anda dalam CD atau DVD, sebagai antisipasi jika hard drive Anda rusak.
Membuat Background Blur - Dengan Photoshop 7.0
Bagi pengguna kamera
digital, terutama kelas consumer, di mana kamera menggunakan sensor yang lebih
kecil dan panjang lensa yang terbatas, sulit untuk mendapatkan DOF yang dangkal,
agar background terlihat blur, yang sering digunakan untuk mengisolasi /
menonjolkan obyek, terlebih umumnya kamera kelas ini bersifat serba otomatis
(Point & Shoot).
Dengan bantuan Photoshop, hal tsb mudah dilakukan, di sini diberikan cara yang agak rumit, sehingga hasilnya akan lebih baik:
Buat seleksi thd obyek yang ingin kita pertahankan ketajamannya (paling mudah dgn Magnetic Lasso), untuk memperhalus hasil seleksi, klik select-feather (ketikan nilainya antara 1-4) dan select-smooth (ketikan nilainya antara 2-6).
Buat layer baru hasil seleksi tsb (layer via copy, Ctrl+J), sembunyikan layer ini (layer1), dgn cara mengklik icon matanya pada palet layers.
Aktifkan / pilih layer background, gunakan Smudge Tool (letaknya pada tool box, satu group dgn blur / sharpen tool), lakukan penarikan pixel di sekitar seluruh tepi obyek ke arah dalam (menuju tepi obyek), agar cepat, pilih ukuran kuas tdk terlalu besar diameternya dan image dalam tampilan pembesaran yang tidak terlalu besar (mis: dalam Hand Tool, pilih tampilan Fit on Screen); tujuan penggunaan tool ini, adalah agar tidak terlihat “halo” pada tepi obyek, yang sering terlihat bila kita menggunakan cara sederhana (seleksi obyek, select-inverse, gaussian blur).
Kemudian pilih filter-blur-Gaussian Blur, ketikan nilainya, tergantung seberapa blur background yang kita inginkan (umumnya nilai antara 6-10 sudah cukup)..
Perlihatkan kembali layer baru hasil seleksi (layer 1) dengan cara mengklik kembali icon mata pada palet layersnya, kita akan melihat hasilnya, di mana pada tepi batas obyek, tidak terlihat halo. Bila kita merasa hasil seleksi kurang halus, bisa kita perbaiki pada layer 1 tsb, mis: dengan Eraser Tool, untuk menghapus kelebihan seleksi yang kita lakukan.
Terakhir, simpanlah (save) hasil kerja kita, bila kita merasa sudah puas dan tidak berencana untuk mengeditnya lagi, gabunglah layer tsb (flatten image), terutama bila image tsb akan disimpan dalam format JPEG.
Selamat mencoba.
Dengan bantuan Photoshop, hal tsb mudah dilakukan, di sini diberikan cara yang agak rumit, sehingga hasilnya akan lebih baik:
Buat seleksi thd obyek yang ingin kita pertahankan ketajamannya (paling mudah dgn Magnetic Lasso), untuk memperhalus hasil seleksi, klik select-feather (ketikan nilainya antara 1-4) dan select-smooth (ketikan nilainya antara 2-6).
Buat layer baru hasil seleksi tsb (layer via copy, Ctrl+J), sembunyikan layer ini (layer1), dgn cara mengklik icon matanya pada palet layers.
Aktifkan / pilih layer background, gunakan Smudge Tool (letaknya pada tool box, satu group dgn blur / sharpen tool), lakukan penarikan pixel di sekitar seluruh tepi obyek ke arah dalam (menuju tepi obyek), agar cepat, pilih ukuran kuas tdk terlalu besar diameternya dan image dalam tampilan pembesaran yang tidak terlalu besar (mis: dalam Hand Tool, pilih tampilan Fit on Screen); tujuan penggunaan tool ini, adalah agar tidak terlihat “halo” pada tepi obyek, yang sering terlihat bila kita menggunakan cara sederhana (seleksi obyek, select-inverse, gaussian blur).
Kemudian pilih filter-blur-Gaussian Blur, ketikan nilainya, tergantung seberapa blur background yang kita inginkan (umumnya nilai antara 6-10 sudah cukup)..
Perlihatkan kembali layer baru hasil seleksi (layer 1) dengan cara mengklik kembali icon mata pada palet layersnya, kita akan melihat hasilnya, di mana pada tepi batas obyek, tidak terlihat halo. Bila kita merasa hasil seleksi kurang halus, bisa kita perbaiki pada layer 1 tsb, mis: dengan Eraser Tool, untuk menghapus kelebihan seleksi yang kita lakukan.
Terakhir, simpanlah (save) hasil kerja kita, bila kita merasa sudah puas dan tidak berencana untuk mengeditnya lagi, gabunglah layer tsb (flatten image), terutama bila image tsb akan disimpan dalam format JPEG.
Selamat mencoba.
ISO Digital Kamera
Film
pada dasarnya digolongkan berdasarkan nomor yang disebut nomor ISO. ISO
singkatan dari International Standard Organization. Dulu kita mengenalnya
sebagai ASA (American Standard Association). Kata ISO sendiri tidak mengandung
arti kata khusus, kecuali ISO Speed. ISO Speed adalah nomor yang digunakan
untuk merepresentasikan International Standard Organization guna merating
sensitivitas film dan jumlah cahaya yang diperlukan kamera untuk menangkap
foto.
Jadi, semakin gelap kondisi pencahayaan obyek yang akan Anda ambil, semakin tinggi pula ISO Speed yang Anda butuhkan. Sebagai contoh, untuk pengambilan gambar di pantai pada tengah hari, Anda harus memilih film dengan ISO serendah mungkin. ISO 100 biasanya sudah cukup untuk berbagai kondisi. Film dengan ISO yang tinggi kita sebut sebagai film cepat. Sebaliknya, film dengan ISO rendah kita sebut sebagai film lambat.
Ada harga yang harus dibayar dengan ISO yang tinggi, yaitu gambar yang dihasilkan akan lebih grainy (grainnya tampak jelas) dan warnanya akan semakin redup/dull.
Film dibuat dengan lapisan plastik yang dilapisi butiran kimia yang peka terhadap cahaya - yang disebut grain. Semakin tinggi /cepat setting ISO film, semakin besar grainnya, sehingga kita bisa bekerja di kondisi pencahayaan yang rendah. Jadi, semakin besar Anda akan mencetak film, anda harus memilih film yang lebih lambat/lebih rendah ISOnya. Tapi, ini bukan jaminan utama untuk mendapatkan hasil cetak yang baik. Faktor utama dari kualitas percetakan adalah kecepatan Film dan tipe film, Exposure, Fokus dan Kualitas lensa. Semakin baik faktor ini, semakin baik gambar yang akan Anda dapat dan Anda cetak.
Bagaimana dengan Kamera Digital?
Pada dasarnya, prinsip kerja film tersebut sama. Bedanya, kita tidak lagi menggunakan media film. Jadi, yang bekerja di sini adalah amplifikasi dari sensitivitas sensor kamera digital terhadap cahaya. Semakin gelap kondisi ruangan, semakin tinggi smplifikasi sensitivitas sensor.
Sama dengan prinsip kerja film, semakin tinggi ISO kamera Digital, gambarnya akan semakin grainy dan intensitas warna pun turun. Pada ISO yang tinggi, di kamera digital akan menimbulkan efek samping yaitu Noise. Untunglah pada kamera digital High End, ada Noise Filter sehingga masalah ini bisa diatasi. Dengan semakin tingginya ISO, berarti jarak efektif fiash juga meningkat. Semakin jauh jangkauan Flash pada kamera digital anda.
Pada kamera digital yang menyediakan Option untuk Manual ISO (100,200, 400 dan seterusnya) dan Auto ISO, sebaiknya Anda pilih Manual ISO sesuai dengan kondisi pemotretan Anda. Karena, bila kita menggunakan Auto ISO bisa terjadi dua kemungkinan, yaitu ISO yang diset melebihi kebutuhan, atau sebaliknya, ISO yang diset justru kurang dari kebutuhan anda.
Untuk masalah mencetak ukuran yang besar, pada kamera digital hal ini lebih dipengaruhi oleh besar resolusi kamera digital. Semakin tinggi Resolusi kamera digital, semakin besar anda dapat mencetaknya. ISO pada kamera digital lebih cenderung mempengaruhi kualitas grain dan warna pada image digital.
Jadi, semakin gelap kondisi pencahayaan obyek yang akan Anda ambil, semakin tinggi pula ISO Speed yang Anda butuhkan. Sebagai contoh, untuk pengambilan gambar di pantai pada tengah hari, Anda harus memilih film dengan ISO serendah mungkin. ISO 100 biasanya sudah cukup untuk berbagai kondisi. Film dengan ISO yang tinggi kita sebut sebagai film cepat. Sebaliknya, film dengan ISO rendah kita sebut sebagai film lambat.
Ada harga yang harus dibayar dengan ISO yang tinggi, yaitu gambar yang dihasilkan akan lebih grainy (grainnya tampak jelas) dan warnanya akan semakin redup/dull.
Film dibuat dengan lapisan plastik yang dilapisi butiran kimia yang peka terhadap cahaya - yang disebut grain. Semakin tinggi /cepat setting ISO film, semakin besar grainnya, sehingga kita bisa bekerja di kondisi pencahayaan yang rendah. Jadi, semakin besar Anda akan mencetak film, anda harus memilih film yang lebih lambat/lebih rendah ISOnya. Tapi, ini bukan jaminan utama untuk mendapatkan hasil cetak yang baik. Faktor utama dari kualitas percetakan adalah kecepatan Film dan tipe film, Exposure, Fokus dan Kualitas lensa. Semakin baik faktor ini, semakin baik gambar yang akan Anda dapat dan Anda cetak.
Bagaimana dengan Kamera Digital?
Pada dasarnya, prinsip kerja film tersebut sama. Bedanya, kita tidak lagi menggunakan media film. Jadi, yang bekerja di sini adalah amplifikasi dari sensitivitas sensor kamera digital terhadap cahaya. Semakin gelap kondisi ruangan, semakin tinggi smplifikasi sensitivitas sensor.
Sama dengan prinsip kerja film, semakin tinggi ISO kamera Digital, gambarnya akan semakin grainy dan intensitas warna pun turun. Pada ISO yang tinggi, di kamera digital akan menimbulkan efek samping yaitu Noise. Untunglah pada kamera digital High End, ada Noise Filter sehingga masalah ini bisa diatasi. Dengan semakin tingginya ISO, berarti jarak efektif fiash juga meningkat. Semakin jauh jangkauan Flash pada kamera digital anda.
Pada kamera digital yang menyediakan Option untuk Manual ISO (100,200, 400 dan seterusnya) dan Auto ISO, sebaiknya Anda pilih Manual ISO sesuai dengan kondisi pemotretan Anda. Karena, bila kita menggunakan Auto ISO bisa terjadi dua kemungkinan, yaitu ISO yang diset melebihi kebutuhan, atau sebaliknya, ISO yang diset justru kurang dari kebutuhan anda.
Untuk masalah mencetak ukuran yang besar, pada kamera digital hal ini lebih dipengaruhi oleh besar resolusi kamera digital. Semakin tinggi Resolusi kamera digital, semakin besar anda dapat mencetaknya. ISO pada kamera digital lebih cenderung mempengaruhi kualitas grain dan warna pada image digital.
Indoor - Outdoor Flash dan Bounce/Diffuse
Penggunaan Flash sangat
membantu apabila kita pemotret pada ruangan yang kondisi cahaya gelap. Tapi
apabila kita tidak tepat mengatur setting untuk penggunaan flash, maka hasil
foto tidak akan maksimum, terkadang masih kurang terang atau bahkan terlalu
terang. Untuk itu artikel lanjutan ini akan menjelaskan bagaimana penggunaan
indoor flash dan juga bagaimana outdoor flash digunakan serta penjelasan
tentang bounce dan diffuse flash. (Artikel ini adalah sambungan dari artikel
Blitz for Dummies)
Indoor Flash
Blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik menggunakan slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapi biasanya hal ini menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita menggunakan blitz.
Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas. Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil maksimal.
Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal untuk obyek yang agak dekat.
Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan terekam beku (freeze).
Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar tidak langsung mengenai mata.
Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight. Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna (kompensasi under 1 – 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin dipotret tersebut.
Bounce/Diffuse
Flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point & shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail tertentu lenyap.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya tersebut:
Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce).
Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse).
Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe, maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping atau memegangnya dengan posisi demikian. Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah fotografer/flash dan obyek. Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah:
Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut. Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1 stop dan pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop. Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan.
Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan jadi percuma.
Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut.
Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya. Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul.
Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita.
Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya gunakan flash diffuser. Flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash berbeda-beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan bermacam-macam alat. Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang kita gunakan adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa kompensasi aperture yang kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan angka yang pas untuk kompensasi yang diperlukan kali lainnya.
Outdoor Flash
Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. Flash sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:
Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.
Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.
Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan.
Indoor Flash
Blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik menggunakan slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapi biasanya hal ini menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita menggunakan blitz.
Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas. Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil maksimal.
Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal untuk obyek yang agak dekat.
Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan terekam beku (freeze).
Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar tidak langsung mengenai mata.
Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight. Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna (kompensasi under 1 – 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin dipotret tersebut.
Bounce/Diffuse
Flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point & shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail tertentu lenyap.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya tersebut:
Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce).
Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse).
Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe, maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping atau memegangnya dengan posisi demikian. Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah fotografer/flash dan obyek. Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah:
Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut. Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1 stop dan pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop. Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan.
Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan jadi percuma.
Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut.
Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya. Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul.
Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita.
Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya gunakan flash diffuser. Flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash berbeda-beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan bermacam-macam alat. Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang kita gunakan adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa kompensasi aperture yang kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan angka yang pas untuk kompensasi yang diperlukan kali lainnya.
Outdoor Flash
Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. Flash sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:
Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.
Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.
Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan.
Digital Imaging Tips
Sebelum mengolah foto,
Anda harus terlebih dahulu memasukkannya ke dalam komputer. Cara yang mudah
yaitu mengambil foto dengan kamera digital dan pindahkan langsung ke komputer.
Alternatifnya,
Video klip dengan kamera digital ambil foto dengan kamera biasa lalu hasil cetaknya discan dengan scanner. Kedua cara ini akan dibahas bersama.
1. KUALITAS GAMBAR
Membuat foto untuk cetak poster
Kamera digital menyimpan foto dalam format yang berbeda-beda. Selain format terkompresi JPEG, ada pula format TIFF. Dalam format TIFF foto tidak akan dikompresi atau dikompresi seminimal mungkin. Format ini membutuhkan ruang penyimpanan yang lebih besar. Untuk mencetak poster dibutuhkan data gambar dan warna seasli mungkin. Jadi, format TIFF lebih cocok untuk keperluan ini.
2. KUANTITAS GAMBAR
Menghemat ruang penyimpanan
Problema dalam fotografi digital adalah ruang penyimpanan yang terbatas. Dengan media penyimpanan 8 Megabyte pada kamera beresolusi 2 Megapixel setidaknya hanya mampu memuat 5 foto dengan resolusi tertinggi. Agar Anda dapat mengambil foto lebih banyak lagi, kurangi resolusi foto yang akan diambil dan pilih JPEG sebagai formatnya.
3. PENGAMBILAN GAMBAR
Video klip dengan kamera digital
Banyak kamera digital tidak hanya menghasilkan foto saja. Bahkan beberapa model yang murah dengan harga mulai dari 1 juta rupiah saja sudah dilengkapi dengan fungsi movie yang menjadikan kamera digital sebagai kamera video. Hasilnya adalah video berdurasi pendek yang dapat membuat koleksi foto liburan menjadi semakin menarik. Pilih resolusi maksimal 640x480 pixel hanya jika kamera punya media penyimpan sebesar 64 Megabyte atau lebih. Apabila tidak, kapasitas media penyimpan cepat penuh dan tidak akan ada ruang lagi untuk menyimpan foto.
4. MEDIA PENYIMPANAN
Memutuskan media yang tepat
Format dari media penyimpanan yang sudah umum adalah Compact Flash, Smart Media, dan Memory Stick. Kebanyakan kamera digital hanya dapat menggunakan satu jenis format saja. Kamera dengan Compact Flash dapat menggunakan media penyimpanan Microdrive, sebuah format dari IBM berupa hard disk mini dengan kapasitas sampai dengan 1 Gigabyte. Cukup untuk kebutuhan dokumentasi liburan panjang Anda.
5. MEMASANG SCANNER
Hemat waktu dengan koneksi cepat
Scanner beresolusi tinggi akan menghasilkan data gambar cukup besar. Agar proses transfer data berlangsung lebih cepat, pilihlah scanner dengan interface USB 2.0 atau Firewire. Dengan interface ini data gambar akan ditransfer lebih cepat dibandingkan interface USB 1.1 yang masih menjadi standar umum. Komputer model lama yang hanya memiliki interface serial dan paralel akan memerlukan card USB 2.0 atau Firewire tambahan.
6. PROSES DIGITALISASI
Foto-foto dalam Photo CD
Sekarang sudah banyak laboratorium foto yang melayani permintaan mendigitalkan foto dari film negatif biasa dan dimuat ke dalam Photo CD. Hal yang praktis bila Anda tidak memiliki scanner. Prosesnya juga cepat karena fotonya akan langsung discan dari film negatif. Photo CD akan menjadi pemetaan langsung film negatif milik Anda yang disimpan dalam resolusi yang tinggi. Sebuah Photo CD dapat dipesan beserta pencucian film negatifnya dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Hal yang menyenangkan dari komputer adalah Anda tidak hanya bisa mengarsip dan mencetak gambar digital saja, melainkan juga memberi sentuhan kosmetik dan mengoptimalkan kualitas gambar. Berikut ini akan dibahas langkah-langkah yang umum dalam mengolah foto dengan bantuan software Paint Shop Pro. Namun jangan khawatir, program pengolah gambar lainnya juga menawarkan hal yang serupa. Jika Anda bekerja dengan program lain, gunakan fungsi help untuk mencari menu atau fungsi yang sama.
7. PAINT SHOP PRO
Menghilangkan pola moire
Siapa pun yang pernah menscan sebuah gambar dari kertas bertekstur, buku, atau koran tentu tahu efek moire. Anda akan melihat permukaan latar foto dengan pola seperti sebuah kain bermotif kotak-kotak. Dengan bantuan image editor, Anda dapat menghilangkan moire tersebut. Bukalah file gambar dalam Paint Shop Pro kemudian klik menu Effects | Enhance Photo | Moire pattern removal. Perbesar nilai Fine details hingga pola moire yang mengganggu ini menghilang. Konfirmasikan perubahan yang telah dibuat dengan mengklik OK.
8. PAINT SHOP PRO
Membuat bingkai (frame)
Anda bisa menghiasi foto dengan bingkai. Caranya dengan fungsi Picture frame dari menu “Image”. Dalam menu ini terdapat kumpulan bingkai dengan efek berlian, air, atau fantasi. Anda juga bisa menggunakan motif bingkai buatan sendiri dengan cara memilih gambar motif tersebut dari menu “Edit paths”.
9. PAINT SHOP PRO
Mewarnai foto hitam putih
Gambar hitam putih dalam komputer mungkin mengesankan kehampaan saja. Agar lebih menarik, Anda harus menambahkan nuansa warna seperti biru. Caranya, buka foto hitam putih Anda lalu klik pada menu Colors | Increase color depth | Curves | 16 Million colors (24 Bit). Jika Anda tidak mengklik perintah ini, maka gambar secara otomatis ditampilkan dalam mode warna 24 Bit. Sekarang klik Colors | Adjust | Channel mixer. Pilihlah salah satu warna di bawah menu Source channels yang ingin dinuansakan pada gambar Anda. Geser tombol pengatur warna sampai Anda mendapatkan warna yang diinginkan. Terakhir tinggal klik OK.
10. PAINT SHOP PRO
Foto sebagai background di monitor
Ingin menggunakan foto favorit sebagai gambar latar atau background desktop Windows? Ubahlah format foto tersebut ke dalam format Windows compatible BMP. Sebaiknya gunakan resolusi gambar sekecil mungkin agar tidak memakan banyak memori Windows. Buka foto tersebut, klik menu Image | Resize. Pilihlah Pixel size dan berikan nilai 1024 pixel untuk lebarnya (width) dan 768 pixel untuk tingginya (height). Dengan mengaktifkan opsi Maintain aspect ratio maka dimensi gambar akan tetap terjaga. Klik OK dan simpan gambar tadi sebagai Windows Bitmap (.bmp). Tutup program lalu klik kanan pada desktop. Pilih Properties dan di tab Background klik Browse. Pilih gambar yang telah Anda olah sebelumnya dan klik OK.
11. PAINT SHOP PRO
Menyamakan warna pada monitor
Setiap pemula dalam mengolah gambar tentu kenal masalah ini: Setelah bersusah payah mengoptimalkan warna dan kontras pada monitor, tetapi ketika dicetak hasilnya tidak seperti yang terlihat pada monitor. Warnanya tampak lebih kusam. Problemnya adalah tidak adanya kalibrasi antara monitor dan printer. Beberapa program gambar menawarkan manajemen warna otomatis. Namun, Anda juga bisa mengkalibrasinya sendiri. Cetaklah sebuah gambar dan bandingkan tampilan warna hasil cetakan dengan tampilan pada monitor. Anda harus mengatur warna dan kontras hingga mendekati kondisi yang ideal.
12. PAINT SHOP PRO
Filter efek yang mengesankan
Filter efek akan mengubah foto Anda menjadi karya seni dalam sekejap! Kebanyakan program pengolah gambar sudah dilengkapi dengan sederet filter efek yang menawan, seperti efek kilat, kristal, atau tekstur cat minyak. Fasilitas ini masih bisa ditambahkan lagi dengan plugin dari PhotoShop. Setelah instalasi, efek tambahan ini akan dikelompokkan dalam sebuah menu khusus plugin. Dalam program Paint Shop Pro, Anda dapat menemukannya dalam menu “Effects”.
13. PAINT SHOP PRO
Kembali ke versi terakhir
Apabila Anda merasa gambar asli masih lebih baik daripada perubahan yang telah dibuat, atau secara tidak sengaja Anda memberi efek atau warna yang salah, Anda dapat mengembalikan gambar ke kondisi sebelumnya. Dalam Paint Shop Pro cukup dengan klik pada menu Edit | Undo atau tombol “Ctrl + Z”.
14. PAINT SHOP PRO
Menempatkan teks dan grafik
Apabila Anda ingin menghias foto dengan tambahan teks, garis berwarna, atau objek lain, maka Anda butuh fasilitas layer (lapisan). Teks dan gambar lain akan dikerjakan pada lapisan yang terpisah dari gambar asli. Buka menu layer dengan menekan tombol L. Foto Anda akan ditampilkan sebagai Background. Dengan mengklik simbol kertas, akan ditempatkan satu layer baru di atas gambar asli Anda.
15. PAINT SHOP PRO
Membebaskan dari latarbelakang
Apabila Anda inginkan, foto pacar Anda dapat dimasukkan dalam foto baru seolah pacar Anda ada pada saat tersebut. Anda perlu memisahkan sang pacar dari foto dahulu. Akan lebih mudah jika latar belakangnya hanya satu warna, semisal ia berdiri di depan tembok putih. Klik pada tool Magic wand dan klik pada bidang tembok putih. Bidang baru ini akan dibatasi dengan garis putus-putus. Klik menu “Selections | Invert”. Sekarang gambar pacar Anda dapat dicopy dan dimasukkan (paste) ke dalam foto lain, di mana Anda menginginkan kehadirannya. Jika hard disk sudah terlalu penuh dan Anda kesulitan menemukan foto yang dicari, hal ini dapat diatasi dengan beberapa tip penyortiran dan pengarsipan.
16. WINDOWS EXPLORER
Membuat direktori khusus gambar
Simpanlah foto-foto pada folder yang sesuai dengan temanya. Klik menu Start | Programs” dan bukalah program Windows Explorer. Klik pada folder khusus di mana foto akan disimpan, misalnya di C:My DocumentsMy Pictures. Buat folder baru di dalamnya dengan menu Files | New | Folder. Sekarang klik kanan pada folder baru tersebut, pilih opsi Rename dan berikan nama baru yang sesuai dengan tema foto-foto Anda, misalnya Liburan ke Bali.
17. WINDOWS EXPLORER
Melihat foto-foto dengan sekejap
Untuk melihat foto-foto digital Anda dengan cepat, lihat langsung saja dalam Windows Explorer. Kliklah menu View” dan aktifkan opsi “as web page”. Gambar akan ditampilkan di pinggir jendela folder.
18. IRFANVIEW
Membuat tampilan yang lebih besar
Tampilan gambar dari Windows Explorer memang kecil (ukuran thumbnail). Untuk penyortiran gambar yang lebih baik, gunakan image viewer seperti Irfanview. Jalankan Irfanview langsung dari folder tempat Anda menginstall. Aktifkan jendela thumbnail dengan tombol T lalu buka folder foto Anda. Untuk mengubah ukuran thumbnail, klik menu Options | Set thumbnail options. Ubah setting pada Thumbnail size dari 80x80 pixel menjadi 100x100 pixel atau lebih.
19. IRFANVIEW
Menyortir foto secara kronologis
Bagi Anda yang mempunyai koleksi foto di dalam komputer dari beberapa kali liburan, Anda dapat mengurutkannya berdasarkan tanggal pemotretan. Buka program Irfanview, tekan tombol T, klik pada folder foto yang dimaksud, lalu klik Options | Sort thumbnails dan pilih opsi by Date. Foto akan tersortir berdasarkan kronologis waktu pemotretan.
20. IRFANVIEW
Menyimpan gambar hemat tempat
Album foto dapat memakan banyak tempat dalam hard disk. Sebuah foto dalam format TIFF dengan resolusi 1600x1200 pixel butuh ruang 5 Megabyte. Agar lebih hemat tempat, ubahlah formatnya menjadi format terkompresi JPEG. Dengan Irfanview Anda dapat mengonversi banyak gambar berformat TIFF menjadi JPEG hanya dalam satu langkah saja. Jalankan program dan tekan B untuk Batch conversion. Pilih folder dalam Look in dan klik ganda pada setiap file yang ingin dikonversikan. Pilih tempat baru tempat menyimpan data gambar di opsi Output directory. Pilih JPEG sebagai output format. Klik Start maka foto-foto akan otomatis dikonversikan. Isi folder baru ini kemudian bisa Anda buat menjadi photo CD untuk lebih menghemat tempat pada hard disk.
21. IRFANVIEW
Membuat gambar yang lebih kecil
Tidak hanya untuk penghematan arsip, foto dengan ukuran yang kecil akan lebih cepat dikirim bila Anda menyisipkannya dalam email. Kapasitas email juga tidak dalam email. Kapasitas email juga tidak dapat diubah dengan Irfanview. Jalankan program dan buka gambar. Klik menu “Image | Resize/resample. Tentukan ukuran yang baru pada menu “Set new size” atau pilih ukuran standar yang sudah disediakan di jendela menu bagian kanan. Jangan lupa agar opsi Preserve aspect ratio sudah aktif. Klik OK maka ukuran gambar Anda sudah diperkecil. Tibalah saatnya untuk mencetak foto. Agar semua detail dan warna bisa keluar, Anda membutuhkan kertas foto yang berkualitas dan printer yang memadai. Tak hanya itu, beberapa trik mencetak berikut pasti akan sangat berguna.
22. MEMPERBAIKI KESALAHAN
Menghilangkan bingkai putih di foto
Mencetak foto digital dengan kertas foto jarang yang sesuai harapan. Seringkali hasilnya terdapat bingkai putih pada cetakan foto. Untung hal ini sudah dapat diatasi oleh printer-printer keluaran baru. Anda hanya perlu mengaktifkan opsi borderless pada software pengendali printernya. Namun, terkadang Anda harus mengoreksi sendiri batasan gambar atau foto dengan image editor.
23. KUALITAS FOTO
Tergantung resolusinya
Anda bisa langsung mencetak foto digital dalam ukuran yang berbeda-beda di laboratorium foto digital. Namun, tentunya tidak semua foto dapat dicetak dengan ukuran sebesar poster karena datanya harus sesuai. Untuk ukuran cetak relatif sebesar 30x45 cm dibutuhkan resolusi foto 3 juta pixel sebagai syarat utama. Sebuah kamera digital kelas menengah saja belum tentu bisa memadainya. Cetaklah dengan ukuran yang lebih sesuai. Untuk ukuran 15x20 cm diperlukan gambar 1,2 juta pixel, dan untuk ukuran 9x13 cm dibutuhkan gambar 0,4 juta pixel saja.
24. MENAMPILKAN FOTO
Mengatur printer dari kamera
Ada kemungkinan Anda akan bingung jika hendak mencetak foto dari media penyimpan yang sudah penuh. Mana yang harus dicetak, dan yang mana yang tidak perlu? Pada kebanyakan kamera digital terdapat menu untuk dapat memilih terlebih dahulu foto mana yang akan dicetak oleh printer dan berapa banyak yang diperlukan. Untuk hal tersebut maka kamera digital dan printer foto harus sudah mendukung standar DPOF (Digital Printer Order Format).
25. MENAMPILKAN FOTO
Mencetak foto tanpa komputer
Semakin banyak printer foto yang dilengkapi dengan slot untuk membaca format media penyimpan yang sudah umum seperti Compact Flash, Smart Media atau Memory Stick. Contohnya adalah printer Canon S530D. Bahkan Anda bisa menghubungkan kamera digital ke printer ini untuk langsung mencetak. Pada display printer Anda dapat mengatur berapa jumlah dan ukuran foto yang akan dicetak. Umumnya printer model baru seperti ini juga sudah bisa mencetak semua foto dalam media penyimpan pada satu lembar kertas foto saja. Anda juga bisa mengontrol bagaimana foto akan dicetak pada kertas foto kualitas tinggi dengan ukuran penuh.
26. MENAMPILKAN FOTO
Menampilkan foto sebagai slideshow
Alternatif selain mencetak: Perlihatkan foto-foto liburan Anda kepada rekan-rekan dengan sebuah CD slideshow. Hal ini tentunya terasa lebih nyaman dibandingkan memperlihatkan cetakan foto yang berukuran kecil. Untuk keperluan ini Anda juga tidak butuh proyektor. Anda bisa menyimpan foto-foto dalam sebuah VCD (Video CD) kemudian perlihatkan di televisi dengan bantuan VCD player atau nikmati langsung dari layar komputer. Penambahan teks serta musik latar akan lebih mempesona tentunya. Anda membutuhkan program seperti WinOnCD, Nero Burning ROM, atau Instant CD/DVD yang memiliki kemampuan untuk membuat sebuah CD slideshow.
Video klip dengan kamera digital ambil foto dengan kamera biasa lalu hasil cetaknya discan dengan scanner. Kedua cara ini akan dibahas bersama.
1. KUALITAS GAMBAR
Membuat foto untuk cetak poster
Kamera digital menyimpan foto dalam format yang berbeda-beda. Selain format terkompresi JPEG, ada pula format TIFF. Dalam format TIFF foto tidak akan dikompresi atau dikompresi seminimal mungkin. Format ini membutuhkan ruang penyimpanan yang lebih besar. Untuk mencetak poster dibutuhkan data gambar dan warna seasli mungkin. Jadi, format TIFF lebih cocok untuk keperluan ini.
2. KUANTITAS GAMBAR
Menghemat ruang penyimpanan
Problema dalam fotografi digital adalah ruang penyimpanan yang terbatas. Dengan media penyimpanan 8 Megabyte pada kamera beresolusi 2 Megapixel setidaknya hanya mampu memuat 5 foto dengan resolusi tertinggi. Agar Anda dapat mengambil foto lebih banyak lagi, kurangi resolusi foto yang akan diambil dan pilih JPEG sebagai formatnya.
3. PENGAMBILAN GAMBAR
Video klip dengan kamera digital
Banyak kamera digital tidak hanya menghasilkan foto saja. Bahkan beberapa model yang murah dengan harga mulai dari 1 juta rupiah saja sudah dilengkapi dengan fungsi movie yang menjadikan kamera digital sebagai kamera video. Hasilnya adalah video berdurasi pendek yang dapat membuat koleksi foto liburan menjadi semakin menarik. Pilih resolusi maksimal 640x480 pixel hanya jika kamera punya media penyimpan sebesar 64 Megabyte atau lebih. Apabila tidak, kapasitas media penyimpan cepat penuh dan tidak akan ada ruang lagi untuk menyimpan foto.
4. MEDIA PENYIMPANAN
Memutuskan media yang tepat
Format dari media penyimpanan yang sudah umum adalah Compact Flash, Smart Media, dan Memory Stick. Kebanyakan kamera digital hanya dapat menggunakan satu jenis format saja. Kamera dengan Compact Flash dapat menggunakan media penyimpanan Microdrive, sebuah format dari IBM berupa hard disk mini dengan kapasitas sampai dengan 1 Gigabyte. Cukup untuk kebutuhan dokumentasi liburan panjang Anda.
5. MEMASANG SCANNER
Hemat waktu dengan koneksi cepat
Scanner beresolusi tinggi akan menghasilkan data gambar cukup besar. Agar proses transfer data berlangsung lebih cepat, pilihlah scanner dengan interface USB 2.0 atau Firewire. Dengan interface ini data gambar akan ditransfer lebih cepat dibandingkan interface USB 1.1 yang masih menjadi standar umum. Komputer model lama yang hanya memiliki interface serial dan paralel akan memerlukan card USB 2.0 atau Firewire tambahan.
6. PROSES DIGITALISASI
Foto-foto dalam Photo CD
Sekarang sudah banyak laboratorium foto yang melayani permintaan mendigitalkan foto dari film negatif biasa dan dimuat ke dalam Photo CD. Hal yang praktis bila Anda tidak memiliki scanner. Prosesnya juga cepat karena fotonya akan langsung discan dari film negatif. Photo CD akan menjadi pemetaan langsung film negatif milik Anda yang disimpan dalam resolusi yang tinggi. Sebuah Photo CD dapat dipesan beserta pencucian film negatifnya dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Hal yang menyenangkan dari komputer adalah Anda tidak hanya bisa mengarsip dan mencetak gambar digital saja, melainkan juga memberi sentuhan kosmetik dan mengoptimalkan kualitas gambar. Berikut ini akan dibahas langkah-langkah yang umum dalam mengolah foto dengan bantuan software Paint Shop Pro. Namun jangan khawatir, program pengolah gambar lainnya juga menawarkan hal yang serupa. Jika Anda bekerja dengan program lain, gunakan fungsi help untuk mencari menu atau fungsi yang sama.
7. PAINT SHOP PRO
Menghilangkan pola moire
Siapa pun yang pernah menscan sebuah gambar dari kertas bertekstur, buku, atau koran tentu tahu efek moire. Anda akan melihat permukaan latar foto dengan pola seperti sebuah kain bermotif kotak-kotak. Dengan bantuan image editor, Anda dapat menghilangkan moire tersebut. Bukalah file gambar dalam Paint Shop Pro kemudian klik menu Effects | Enhance Photo | Moire pattern removal. Perbesar nilai Fine details hingga pola moire yang mengganggu ini menghilang. Konfirmasikan perubahan yang telah dibuat dengan mengklik OK.
8. PAINT SHOP PRO
Membuat bingkai (frame)
Anda bisa menghiasi foto dengan bingkai. Caranya dengan fungsi Picture frame dari menu “Image”. Dalam menu ini terdapat kumpulan bingkai dengan efek berlian, air, atau fantasi. Anda juga bisa menggunakan motif bingkai buatan sendiri dengan cara memilih gambar motif tersebut dari menu “Edit paths”.
9. PAINT SHOP PRO
Mewarnai foto hitam putih
Gambar hitam putih dalam komputer mungkin mengesankan kehampaan saja. Agar lebih menarik, Anda harus menambahkan nuansa warna seperti biru. Caranya, buka foto hitam putih Anda lalu klik pada menu Colors | Increase color depth | Curves | 16 Million colors (24 Bit). Jika Anda tidak mengklik perintah ini, maka gambar secara otomatis ditampilkan dalam mode warna 24 Bit. Sekarang klik Colors | Adjust | Channel mixer. Pilihlah salah satu warna di bawah menu Source channels yang ingin dinuansakan pada gambar Anda. Geser tombol pengatur warna sampai Anda mendapatkan warna yang diinginkan. Terakhir tinggal klik OK.
10. PAINT SHOP PRO
Foto sebagai background di monitor
Ingin menggunakan foto favorit sebagai gambar latar atau background desktop Windows? Ubahlah format foto tersebut ke dalam format Windows compatible BMP. Sebaiknya gunakan resolusi gambar sekecil mungkin agar tidak memakan banyak memori Windows. Buka foto tersebut, klik menu Image | Resize. Pilihlah Pixel size dan berikan nilai 1024 pixel untuk lebarnya (width) dan 768 pixel untuk tingginya (height). Dengan mengaktifkan opsi Maintain aspect ratio maka dimensi gambar akan tetap terjaga. Klik OK dan simpan gambar tadi sebagai Windows Bitmap (.bmp). Tutup program lalu klik kanan pada desktop. Pilih Properties dan di tab Background klik Browse. Pilih gambar yang telah Anda olah sebelumnya dan klik OK.
11. PAINT SHOP PRO
Menyamakan warna pada monitor
Setiap pemula dalam mengolah gambar tentu kenal masalah ini: Setelah bersusah payah mengoptimalkan warna dan kontras pada monitor, tetapi ketika dicetak hasilnya tidak seperti yang terlihat pada monitor. Warnanya tampak lebih kusam. Problemnya adalah tidak adanya kalibrasi antara monitor dan printer. Beberapa program gambar menawarkan manajemen warna otomatis. Namun, Anda juga bisa mengkalibrasinya sendiri. Cetaklah sebuah gambar dan bandingkan tampilan warna hasil cetakan dengan tampilan pada monitor. Anda harus mengatur warna dan kontras hingga mendekati kondisi yang ideal.
12. PAINT SHOP PRO
Filter efek yang mengesankan
Filter efek akan mengubah foto Anda menjadi karya seni dalam sekejap! Kebanyakan program pengolah gambar sudah dilengkapi dengan sederet filter efek yang menawan, seperti efek kilat, kristal, atau tekstur cat minyak. Fasilitas ini masih bisa ditambahkan lagi dengan plugin dari PhotoShop. Setelah instalasi, efek tambahan ini akan dikelompokkan dalam sebuah menu khusus plugin. Dalam program Paint Shop Pro, Anda dapat menemukannya dalam menu “Effects”.
13. PAINT SHOP PRO
Kembali ke versi terakhir
Apabila Anda merasa gambar asli masih lebih baik daripada perubahan yang telah dibuat, atau secara tidak sengaja Anda memberi efek atau warna yang salah, Anda dapat mengembalikan gambar ke kondisi sebelumnya. Dalam Paint Shop Pro cukup dengan klik pada menu Edit | Undo atau tombol “Ctrl + Z”.
14. PAINT SHOP PRO
Menempatkan teks dan grafik
Apabila Anda ingin menghias foto dengan tambahan teks, garis berwarna, atau objek lain, maka Anda butuh fasilitas layer (lapisan). Teks dan gambar lain akan dikerjakan pada lapisan yang terpisah dari gambar asli. Buka menu layer dengan menekan tombol L. Foto Anda akan ditampilkan sebagai Background. Dengan mengklik simbol kertas, akan ditempatkan satu layer baru di atas gambar asli Anda.
15. PAINT SHOP PRO
Membebaskan dari latarbelakang
Apabila Anda inginkan, foto pacar Anda dapat dimasukkan dalam foto baru seolah pacar Anda ada pada saat tersebut. Anda perlu memisahkan sang pacar dari foto dahulu. Akan lebih mudah jika latar belakangnya hanya satu warna, semisal ia berdiri di depan tembok putih. Klik pada tool Magic wand dan klik pada bidang tembok putih. Bidang baru ini akan dibatasi dengan garis putus-putus. Klik menu “Selections | Invert”. Sekarang gambar pacar Anda dapat dicopy dan dimasukkan (paste) ke dalam foto lain, di mana Anda menginginkan kehadirannya. Jika hard disk sudah terlalu penuh dan Anda kesulitan menemukan foto yang dicari, hal ini dapat diatasi dengan beberapa tip penyortiran dan pengarsipan.
16. WINDOWS EXPLORER
Membuat direktori khusus gambar
Simpanlah foto-foto pada folder yang sesuai dengan temanya. Klik menu Start | Programs” dan bukalah program Windows Explorer. Klik pada folder khusus di mana foto akan disimpan, misalnya di C:My DocumentsMy Pictures. Buat folder baru di dalamnya dengan menu Files | New | Folder. Sekarang klik kanan pada folder baru tersebut, pilih opsi Rename dan berikan nama baru yang sesuai dengan tema foto-foto Anda, misalnya Liburan ke Bali.
17. WINDOWS EXPLORER
Melihat foto-foto dengan sekejap
Untuk melihat foto-foto digital Anda dengan cepat, lihat langsung saja dalam Windows Explorer. Kliklah menu View” dan aktifkan opsi “as web page”. Gambar akan ditampilkan di pinggir jendela folder.
18. IRFANVIEW
Membuat tampilan yang lebih besar
Tampilan gambar dari Windows Explorer memang kecil (ukuran thumbnail). Untuk penyortiran gambar yang lebih baik, gunakan image viewer seperti Irfanview. Jalankan Irfanview langsung dari folder tempat Anda menginstall. Aktifkan jendela thumbnail dengan tombol T lalu buka folder foto Anda. Untuk mengubah ukuran thumbnail, klik menu Options | Set thumbnail options. Ubah setting pada Thumbnail size dari 80x80 pixel menjadi 100x100 pixel atau lebih.
19. IRFANVIEW
Menyortir foto secara kronologis
Bagi Anda yang mempunyai koleksi foto di dalam komputer dari beberapa kali liburan, Anda dapat mengurutkannya berdasarkan tanggal pemotretan. Buka program Irfanview, tekan tombol T, klik pada folder foto yang dimaksud, lalu klik Options | Sort thumbnails dan pilih opsi by Date. Foto akan tersortir berdasarkan kronologis waktu pemotretan.
20. IRFANVIEW
Menyimpan gambar hemat tempat
Album foto dapat memakan banyak tempat dalam hard disk. Sebuah foto dalam format TIFF dengan resolusi 1600x1200 pixel butuh ruang 5 Megabyte. Agar lebih hemat tempat, ubahlah formatnya menjadi format terkompresi JPEG. Dengan Irfanview Anda dapat mengonversi banyak gambar berformat TIFF menjadi JPEG hanya dalam satu langkah saja. Jalankan program dan tekan B untuk Batch conversion. Pilih folder dalam Look in dan klik ganda pada setiap file yang ingin dikonversikan. Pilih tempat baru tempat menyimpan data gambar di opsi Output directory. Pilih JPEG sebagai output format. Klik Start maka foto-foto akan otomatis dikonversikan. Isi folder baru ini kemudian bisa Anda buat menjadi photo CD untuk lebih menghemat tempat pada hard disk.
21. IRFANVIEW
Membuat gambar yang lebih kecil
Tidak hanya untuk penghematan arsip, foto dengan ukuran yang kecil akan lebih cepat dikirim bila Anda menyisipkannya dalam email. Kapasitas email juga tidak dalam email. Kapasitas email juga tidak dapat diubah dengan Irfanview. Jalankan program dan buka gambar. Klik menu “Image | Resize/resample. Tentukan ukuran yang baru pada menu “Set new size” atau pilih ukuran standar yang sudah disediakan di jendela menu bagian kanan. Jangan lupa agar opsi Preserve aspect ratio sudah aktif. Klik OK maka ukuran gambar Anda sudah diperkecil. Tibalah saatnya untuk mencetak foto. Agar semua detail dan warna bisa keluar, Anda membutuhkan kertas foto yang berkualitas dan printer yang memadai. Tak hanya itu, beberapa trik mencetak berikut pasti akan sangat berguna.
22. MEMPERBAIKI KESALAHAN
Menghilangkan bingkai putih di foto
Mencetak foto digital dengan kertas foto jarang yang sesuai harapan. Seringkali hasilnya terdapat bingkai putih pada cetakan foto. Untung hal ini sudah dapat diatasi oleh printer-printer keluaran baru. Anda hanya perlu mengaktifkan opsi borderless pada software pengendali printernya. Namun, terkadang Anda harus mengoreksi sendiri batasan gambar atau foto dengan image editor.
23. KUALITAS FOTO
Tergantung resolusinya
Anda bisa langsung mencetak foto digital dalam ukuran yang berbeda-beda di laboratorium foto digital. Namun, tentunya tidak semua foto dapat dicetak dengan ukuran sebesar poster karena datanya harus sesuai. Untuk ukuran cetak relatif sebesar 30x45 cm dibutuhkan resolusi foto 3 juta pixel sebagai syarat utama. Sebuah kamera digital kelas menengah saja belum tentu bisa memadainya. Cetaklah dengan ukuran yang lebih sesuai. Untuk ukuran 15x20 cm diperlukan gambar 1,2 juta pixel, dan untuk ukuran 9x13 cm dibutuhkan gambar 0,4 juta pixel saja.
24. MENAMPILKAN FOTO
Mengatur printer dari kamera
Ada kemungkinan Anda akan bingung jika hendak mencetak foto dari media penyimpan yang sudah penuh. Mana yang harus dicetak, dan yang mana yang tidak perlu? Pada kebanyakan kamera digital terdapat menu untuk dapat memilih terlebih dahulu foto mana yang akan dicetak oleh printer dan berapa banyak yang diperlukan. Untuk hal tersebut maka kamera digital dan printer foto harus sudah mendukung standar DPOF (Digital Printer Order Format).
25. MENAMPILKAN FOTO
Mencetak foto tanpa komputer
Semakin banyak printer foto yang dilengkapi dengan slot untuk membaca format media penyimpan yang sudah umum seperti Compact Flash, Smart Media atau Memory Stick. Contohnya adalah printer Canon S530D. Bahkan Anda bisa menghubungkan kamera digital ke printer ini untuk langsung mencetak. Pada display printer Anda dapat mengatur berapa jumlah dan ukuran foto yang akan dicetak. Umumnya printer model baru seperti ini juga sudah bisa mencetak semua foto dalam media penyimpan pada satu lembar kertas foto saja. Anda juga bisa mengontrol bagaimana foto akan dicetak pada kertas foto kualitas tinggi dengan ukuran penuh.
26. MENAMPILKAN FOTO
Menampilkan foto sebagai slideshow
Alternatif selain mencetak: Perlihatkan foto-foto liburan Anda kepada rekan-rekan dengan sebuah CD slideshow. Hal ini tentunya terasa lebih nyaman dibandingkan memperlihatkan cetakan foto yang berukuran kecil. Untuk keperluan ini Anda juga tidak butuh proyektor. Anda bisa menyimpan foto-foto dalam sebuah VCD (Video CD) kemudian perlihatkan di televisi dengan bantuan VCD player atau nikmati langsung dari layar komputer. Penambahan teks serta musik latar akan lebih mempesona tentunya. Anda membutuhkan program seperti WinOnCD, Nero Burning ROM, atau Instant CD/DVD yang memiliki kemampuan untuk membuat sebuah CD slideshow.
DASAR PENCAHAYAAN (UNTUK PEMULA)
Orang
suka membedakan antar teknik pemotretan outdoor dgn indoor. Padahal semuanya
sama. Pada dasarnya ada main light (Sumber cahaya utama) dan ada fill in light
(Sumber cahaya pengisi).
Kalau di outdoor main light nya adalah matahari dan fill in nya adalah pantulan cahaya matahari yg tdk langsung mantul melalui tanah, langit, batu, laut dll. Kalau di indoor juga sama. Harus ada main light dan kemudian fill in nya bisa 1 atau lebih tergantung efek yg mau diangkat.Perbedaan kekuatan pencahayaan antara main light dan fill in yg akan menimbulkan contrast.
Matahari pagi langsung dimana unsur UVnya masih rendah dgn sudut sinar yg miring ditambah dgn pantulan cahaya dr sekitarnya membuat sudut pencahayaan yg menarik dgn tingkat contrast yg tinggi. Matahari yg terlindung awan mengakibatkan mainlight yg dihasilkan tdk jauh berbeda dgn fill in hasil pantulan sekitarnya menimbulkan efek flat / tanpa dimensi yg teduh. Di Indoor hal ini juga bisa dibuat; sudut datangnya sinar, tingkat kekontrasan, tingkat kekesasan dll.
Perbedaan utama antara outdoor dan indoor terletak pada factor kendali. Kalau outdoor kendali ada pada alam. Manusia hanya memanfaatkan / mengoptimumkan kondisi yg sedang terjadi. Di indoor manusia yg pegang kendali. Sudut sinar, efek keras / halus, kekontrasan, dll bisa di set sesuai keinginan.
Kalau di outdoor main light nya adalah matahari dan fill in nya adalah pantulan cahaya matahari yg tdk langsung mantul melalui tanah, langit, batu, laut dll. Kalau di indoor juga sama. Harus ada main light dan kemudian fill in nya bisa 1 atau lebih tergantung efek yg mau diangkat.Perbedaan kekuatan pencahayaan antara main light dan fill in yg akan menimbulkan contrast.
Matahari pagi langsung dimana unsur UVnya masih rendah dgn sudut sinar yg miring ditambah dgn pantulan cahaya dr sekitarnya membuat sudut pencahayaan yg menarik dgn tingkat contrast yg tinggi. Matahari yg terlindung awan mengakibatkan mainlight yg dihasilkan tdk jauh berbeda dgn fill in hasil pantulan sekitarnya menimbulkan efek flat / tanpa dimensi yg teduh. Di Indoor hal ini juga bisa dibuat; sudut datangnya sinar, tingkat kekontrasan, tingkat kekesasan dll.
Perbedaan utama antara outdoor dan indoor terletak pada factor kendali. Kalau outdoor kendali ada pada alam. Manusia hanya memanfaatkan / mengoptimumkan kondisi yg sedang terjadi. Di indoor manusia yg pegang kendali. Sudut sinar, efek keras / halus, kekontrasan, dll bisa di set sesuai keinginan.
Blitz for Dummies
Blitz atau flash
diterjemahkan secara bebas menjadi lampu kilat. Ini merupakan satu asesori yang
sangat luas dipakai dalam dunia fotografi. Fungsi utamanya adalah untuk
meng-illuminate (mencahayai/menerangi) obyek yang kekurangan cahaya agar
terekspos dengan baik. Tetapi belakangan penggunaannya mulai meluas untuk
menghasilkan foto-foto artistik. Bagaimanapun juga, flash photography adalah
satu hal yang perlu dipelajari. Sebagian besar dari pembaca tentunya sudah
sering menggunakan flash dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik juga,
tetapi tulisan ini akan membahas dasar-dasar pengetahuan yang diperlukan untuk
menggunakan flash dengan benar. Benar dalam artian secara teori dapat diterima
dan benar dalam artian menggunakan suatu dasar yang dapat dijelaskan secara
ilmiah.
Menggunakan lampu kilat bukan hanya sekedar menyalakan lampu kilat tersebut, mengarahkan kamera kemudian klik dan jadilah satu foto yang terang serta indah, tetapi ada hal-hal yang perlu kita ketahui demi mendapat karya foto yang baik dan benar tersebut. Baik kita memandang kamera digital sebagai seni atau teknologi, flash tetap adalah satu sarana mempermudah, mengoptimalkan, dan meningkatkan kreativitas.
Meter, Aperture, dan Shutter Speed
Fotografi secara ringkas sering didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan menggunakan cahaya. Pada fotografi konvensional menggunakan film, kita ‘melukis’ dengan cahaya pada lapisan film. Istilahnya adalah membakar secara permanen film tersebut dengan menggunakan cahaya dengan intensitas tertentu. Intensitas cahaya yang masuk mengenai film atau CCD/CMOS pada kamera digital ini harus tepat. Pencahayaan berlebih akan menyebabkan hasil foto washed-out (lazim disebut over-exposure/OE) dan pencahayaan kurang akan menyebabkan hasil foto gelap (lazim disebut under-exposure/UE). Lalu bagaimana mendapatkan cahaya yang tepat?
Kita mengenal apa yang disebut lightmeter dalam dunia fotografi. Lightmeter ada yang built-in di dalam bodi kamera dan ada pula yang handheld. Yang biasa kita gunakan adalah lightmeter built-in tersebut. Kita menggunakan lightmeter untuk mengukur cahaya reflektif yang masuk ke dalam lensa kita (kalau TTL) dan prosesor kamera akan menentukan apakah sudah sesuai dengan jenis film yang terpasang dalam kamera kita. Pada modus auto atau programmed auto, secara otomatis kamera akan mencarikan kombinasi yang tepat antara f/stop dan shutter speed (penjelasan menyusul). Pada modus aperture priority (A/Av) kamera akan menggunakan f/stop yang kita pilih dan menentukan shutter speed yang cocok. Sebaliknya, pada modus shutter speed priority (S/Tv) kamera akan menggunakan shutter speed yang kita pilih dan menentukan aperture yang tepat. Pada modus manual (M) kita akan harus menentukan kombinasi yang tepat dipandu oleh meter kamera tersebut.
Aperture atau bukaan rana merupakan lebarnya lubang yang dibuka oleh kamera untuk mengizinkan cahaya masuk. Biasanya disimbolkan dengan angka f/stop. Angka ini sebenarnya merupakan hasil kelipatan dari sqrt(2). Yang lazim digunakan biasanya dimulai dari 1.4, 2, 2.8, 4, 5.6, 8, 11, 16, 22, dst. Yang perlu diingat, semakin besar angkanya semakin kecil bukaannya. Karena itu biasa ditulis sebagai penyebut pecahan seperti f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, dst. Aperture ini juga berkaitan dengan DoF (Depth of Field) atau ruang tajam yang bisa kita definisikan sebagai ruangan di depan dan belakang obyek yang masih masuk dalam jangkauan focus. DoF ini sendiri dipengaruhi oleh 3 hal yaitu:
f/stop dimana f/ yang lebih besar akan memberikan DoF yang lebih lebar (semakin banyak daerah focus).
Jarak obyek dimana obyek yang focus lebih jauh akan menyebabkan DoF juga semakin lebar.
Penggunaan lensa dimana lensa tele akan memberikan DoF lebih sempit daripada lensa sudut lebar (wide angle).
Shutter speed atau kecepatan rana adalah lamanya tirai rana dibuka untuk mengizinkan cahaya masuk. Angka ini disimbolkan dengan satuan detik dan kenaikan/penurunan dalam bentuk kelipatan ½. Contoh: 30s, 15s, 8s, 4s, 2s, 1s, 1/2s, 1/4s, 1/8s, 1/15s, 1/30s, 1/60s, 1/125s, 1/250s, 1/500s, 1/1000s, 1/2000s, 1/4000s, dst. Semakin lambat maka cahaya yang masuk semakin banyak.
Yang diukur oleh meter kamera itulah intensitas cahaya yang masuk itu. Jika meter menunjukkan kekurangan cahaya maka kita bisa memperkecil f/stop atau memperlambat shutter speed. Sebaliknya jika meter menunjukkan kelebihan cahaya maka kita bisa memperbesar f/stop atau mempercepat shutter speed. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa semakin lambat shutter speed maka semakin besar peluang obyek kabur karena gerakan tangan, getaran kamera, atau gerakan obyek itu sendiri.
Blitz dan GN
Untuk membagi/mengklasifikasikan blitz, ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan. Yang pertama, berdasarkan ketersediaan dalam kamera maka blitz dibagi menjadi built-in flash dan eksternal. Flash built-in berasal dari kameranya sendiri sedangkan blitz eksternal adalah blitz tambahan yang disambung menggunakan kabel atau hot shoe ke kamera. Selain itu, kita juga dapat membaginya berdasarkan tipe/merk kamera. Kita mengenal dedicated flash dan non-dedicated flash. Dedicated flash adalah flash yang dibuat khusus untuk menggunakan fitur-fitur tertentu dalam suatu kamera spesifik. Biasanya produsen kamera mengeluarkan blitz yang spesifik juga untuk jajaran kameranya dan dapat menggunakan fitur-fitur seperti TTL, slow sync atau rear sync, dll. Sedangkan blitz non-dedicated memiliki fungsi-fungsi umum saja dari kebanyakan kamera dan bisa digunakan terlepas dari tipe/merk kamera. Flash jenis inilah yang biasanya membutuhkan banyak perhitungan karena flash yang sudah dedicated sudah mendapat informasi pencahayaan dari kamera sehingga tidak membutuhkan setting tambahan lagi. Ada juga flash yang kekuatan outputnya (GN) bisa diatur dan ada juga yang tidak bisa (fixed GN). Kita akan cenderung lebih banyak membicarakan tentang flash yang non-dedicated, non-TTL, dan fixed GN.
Dalam fotografi menggunakan blitz, kita tidak akan lepas dari kalkulasi-kalkulasi yang berkaitan dengan intensitas cahaya yang terefleksi balik dari obyek yang kita cahayai. Karena itu, kita akan berjumpa dengan apa yang sering disebut GN (Guide Number) atau kekuatan flash. Secara singkat kita dapat katakan kalau flashnya berkekuatan besar, maka akan dapat mencahayai satu obyek dengan lebih terang dan bisa menjangkau obyek yang lebih jauh.
GN pada dasarnya merupakan perhitungan sederhana kekuatan flash. Kita mengenal 2 macam penulisan GN yaitu dengan menggunakan perhitungan satuan yang berbeda yaitu m (meter) dan feet (kaki). Lazimnya di Indonesia kita menggunakan hitungan dengan m. Ini merupakan salah satu pertimbangan juga karena untuk flash dengan kekuatan sama, angka GN m dan feet berbeda jauh. Selain itu, umumnya GN ditulis untuk pemakaian film dengan ISO/ASA 100 dan sudut lebar (35mm/24mm/20mm).
GN merupakan hasil kali antara jarak dengan bukaan (f/ stop atau aperture) pada kondisi tertentu (ISO/ASA 100/35mm/m atau ISO/ASA 100/35mm/feet). Sebagai contoh, jika kita ingin menggunakan flash untuk memotret seseorang yang berdiri pada jarak 5m dari kita menggunakan lensa 35mm dan kita ingin menggunakan f/2.8 maka kita memerlukan flash ber-GN 14. Penghitungan yang biasa digunakan biasanya justru mencari aperture tepat untuk blitz tertentu. Misalnya, dengan blitz GN 28 maka untuk memotret obyek berjarak 5m tersebut kita akan menggunakan f/5.6.
GN ini hanya merupakan suatu panduan bagi fotografer. Bukan harga mati. Yang mempengaruhinya ada beberapa. Salah satunya adalah ISO/ASA yang digunakan. Setiap peningkatan 1 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah sebesar sqrt(2) atau sekitar 1,4 kali (atau jarak terjauh dikali 1.4) dan peningkatan 2 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah 2 kali (atau jarak terjauh dikali 2).
Film SLRs vs. Prosumer Digital Camera vs. DSLRs
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kamera film dan kamera digital berbeda. Di dalam kamera digital sendiri, ada perbedaan antara kamera poket (dalam hal ini yang biasanya bisa menggunakan flash tambahan adalah PDC/Prosumer Digital Camera)) dan Digital SLR (DSLR). Perbedaan pertama tentu saja dalam hal perbandingan ukuran sensor/film dengan lensa. Karena sensor kamera digital lebih kecil daripada film 35mm, maka kita akan terjebak pada perbandingan panjang lensa yang berbeda. Untuk mendapatkan suatu sudut yang sama misalnya 35mm, maka pada kamera dengan sensor 1/1.8” akan menggunakan lensa sekitar 7.5mm, D100 akan menggunakan lensa 24mm dan 10D akan menggunakan lensa 20mm. Inilah panjang lensa efektif untuk mulai perhitungan menggunakan GN flash tersebut.
Kedua, zooming. Pada PDC, zooming akan menyebabkan perubahan f/stop menjadi lebih lambat (angka besar) dan demikian juga dengan pemakaian zoom konsumer pada SLR/DSLR. Sebagai contoh, kita mengenal lensa 35-70 f/3.3-f.5. Artinya, bukaan terbesar pada 35mm adalah f/3.3 dan bukaan terbesar pada 70mm adalah f/4.5. Ini tentunya akan berpengaruh pada obyek yang ingin difoto.
Penggunaan zoom pada kamera biasanya dibarengi dengan penggunaan zoom head pada flash. Lensa tele/zoom akan mempersempit sudut cakupan lensa dan zoom head pada flash akan mempersempit dispersi cahaya flash itu yang dengan kata lain menambah intensitasnya sehingga bisa menjangkau lebih jauh. Zoom head pada posisi tele dan lensa pada posisi wide akan menyebabkan ada bagian foto yang tidak mendapat cahaya atau kita kenal dengan istilah vignet. Zoom head pada posisi wide dan lensa pada posisi tele akan menyebabkan cahaya flash tidak bisa menjangkau obyek yang jauh (after all, ini gunanya lensa tele kan? Untuk memotret obyek yang jauh?). Selain itu ini juga yang akan terjadi jika lensa 35mm kita pasangkan pada DSLR kemudian kita melakukan penghitungan flash tetap dengan menggunakan perhitungan untuk SLR biasa karena sudutnya sebenarnya sudah setara 50mm atau lebih (tergantung faktor pengalinya). Sebenarnya tidak ada masalah berarti yang muncul, tetapi kita ‘menghamburkan’ cahaya tersebut secara sia-sia saja.
Menggunakan lampu kilat bukan hanya sekedar menyalakan lampu kilat tersebut, mengarahkan kamera kemudian klik dan jadilah satu foto yang terang serta indah, tetapi ada hal-hal yang perlu kita ketahui demi mendapat karya foto yang baik dan benar tersebut. Baik kita memandang kamera digital sebagai seni atau teknologi, flash tetap adalah satu sarana mempermudah, mengoptimalkan, dan meningkatkan kreativitas.
Meter, Aperture, dan Shutter Speed
Fotografi secara ringkas sering didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan menggunakan cahaya. Pada fotografi konvensional menggunakan film, kita ‘melukis’ dengan cahaya pada lapisan film. Istilahnya adalah membakar secara permanen film tersebut dengan menggunakan cahaya dengan intensitas tertentu. Intensitas cahaya yang masuk mengenai film atau CCD/CMOS pada kamera digital ini harus tepat. Pencahayaan berlebih akan menyebabkan hasil foto washed-out (lazim disebut over-exposure/OE) dan pencahayaan kurang akan menyebabkan hasil foto gelap (lazim disebut under-exposure/UE). Lalu bagaimana mendapatkan cahaya yang tepat?
Kita mengenal apa yang disebut lightmeter dalam dunia fotografi. Lightmeter ada yang built-in di dalam bodi kamera dan ada pula yang handheld. Yang biasa kita gunakan adalah lightmeter built-in tersebut. Kita menggunakan lightmeter untuk mengukur cahaya reflektif yang masuk ke dalam lensa kita (kalau TTL) dan prosesor kamera akan menentukan apakah sudah sesuai dengan jenis film yang terpasang dalam kamera kita. Pada modus auto atau programmed auto, secara otomatis kamera akan mencarikan kombinasi yang tepat antara f/stop dan shutter speed (penjelasan menyusul). Pada modus aperture priority (A/Av) kamera akan menggunakan f/stop yang kita pilih dan menentukan shutter speed yang cocok. Sebaliknya, pada modus shutter speed priority (S/Tv) kamera akan menggunakan shutter speed yang kita pilih dan menentukan aperture yang tepat. Pada modus manual (M) kita akan harus menentukan kombinasi yang tepat dipandu oleh meter kamera tersebut.
Aperture atau bukaan rana merupakan lebarnya lubang yang dibuka oleh kamera untuk mengizinkan cahaya masuk. Biasanya disimbolkan dengan angka f/stop. Angka ini sebenarnya merupakan hasil kelipatan dari sqrt(2). Yang lazim digunakan biasanya dimulai dari 1.4, 2, 2.8, 4, 5.6, 8, 11, 16, 22, dst. Yang perlu diingat, semakin besar angkanya semakin kecil bukaannya. Karena itu biasa ditulis sebagai penyebut pecahan seperti f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, dst. Aperture ini juga berkaitan dengan DoF (Depth of Field) atau ruang tajam yang bisa kita definisikan sebagai ruangan di depan dan belakang obyek yang masih masuk dalam jangkauan focus. DoF ini sendiri dipengaruhi oleh 3 hal yaitu:
f/stop dimana f/ yang lebih besar akan memberikan DoF yang lebih lebar (semakin banyak daerah focus).
Jarak obyek dimana obyek yang focus lebih jauh akan menyebabkan DoF juga semakin lebar.
Penggunaan lensa dimana lensa tele akan memberikan DoF lebih sempit daripada lensa sudut lebar (wide angle).
Shutter speed atau kecepatan rana adalah lamanya tirai rana dibuka untuk mengizinkan cahaya masuk. Angka ini disimbolkan dengan satuan detik dan kenaikan/penurunan dalam bentuk kelipatan ½. Contoh: 30s, 15s, 8s, 4s, 2s, 1s, 1/2s, 1/4s, 1/8s, 1/15s, 1/30s, 1/60s, 1/125s, 1/250s, 1/500s, 1/1000s, 1/2000s, 1/4000s, dst. Semakin lambat maka cahaya yang masuk semakin banyak.
Yang diukur oleh meter kamera itulah intensitas cahaya yang masuk itu. Jika meter menunjukkan kekurangan cahaya maka kita bisa memperkecil f/stop atau memperlambat shutter speed. Sebaliknya jika meter menunjukkan kelebihan cahaya maka kita bisa memperbesar f/stop atau mempercepat shutter speed. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa semakin lambat shutter speed maka semakin besar peluang obyek kabur karena gerakan tangan, getaran kamera, atau gerakan obyek itu sendiri.
Blitz dan GN
Untuk membagi/mengklasifikasikan blitz, ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan. Yang pertama, berdasarkan ketersediaan dalam kamera maka blitz dibagi menjadi built-in flash dan eksternal. Flash built-in berasal dari kameranya sendiri sedangkan blitz eksternal adalah blitz tambahan yang disambung menggunakan kabel atau hot shoe ke kamera. Selain itu, kita juga dapat membaginya berdasarkan tipe/merk kamera. Kita mengenal dedicated flash dan non-dedicated flash. Dedicated flash adalah flash yang dibuat khusus untuk menggunakan fitur-fitur tertentu dalam suatu kamera spesifik. Biasanya produsen kamera mengeluarkan blitz yang spesifik juga untuk jajaran kameranya dan dapat menggunakan fitur-fitur seperti TTL, slow sync atau rear sync, dll. Sedangkan blitz non-dedicated memiliki fungsi-fungsi umum saja dari kebanyakan kamera dan bisa digunakan terlepas dari tipe/merk kamera. Flash jenis inilah yang biasanya membutuhkan banyak perhitungan karena flash yang sudah dedicated sudah mendapat informasi pencahayaan dari kamera sehingga tidak membutuhkan setting tambahan lagi. Ada juga flash yang kekuatan outputnya (GN) bisa diatur dan ada juga yang tidak bisa (fixed GN). Kita akan cenderung lebih banyak membicarakan tentang flash yang non-dedicated, non-TTL, dan fixed GN.
Dalam fotografi menggunakan blitz, kita tidak akan lepas dari kalkulasi-kalkulasi yang berkaitan dengan intensitas cahaya yang terefleksi balik dari obyek yang kita cahayai. Karena itu, kita akan berjumpa dengan apa yang sering disebut GN (Guide Number) atau kekuatan flash. Secara singkat kita dapat katakan kalau flashnya berkekuatan besar, maka akan dapat mencahayai satu obyek dengan lebih terang dan bisa menjangkau obyek yang lebih jauh.
GN pada dasarnya merupakan perhitungan sederhana kekuatan flash. Kita mengenal 2 macam penulisan GN yaitu dengan menggunakan perhitungan satuan yang berbeda yaitu m (meter) dan feet (kaki). Lazimnya di Indonesia kita menggunakan hitungan dengan m. Ini merupakan salah satu pertimbangan juga karena untuk flash dengan kekuatan sama, angka GN m dan feet berbeda jauh. Selain itu, umumnya GN ditulis untuk pemakaian film dengan ISO/ASA 100 dan sudut lebar (35mm/24mm/20mm).
GN merupakan hasil kali antara jarak dengan bukaan (f/ stop atau aperture) pada kondisi tertentu (ISO/ASA 100/35mm/m atau ISO/ASA 100/35mm/feet). Sebagai contoh, jika kita ingin menggunakan flash untuk memotret seseorang yang berdiri pada jarak 5m dari kita menggunakan lensa 35mm dan kita ingin menggunakan f/2.8 maka kita memerlukan flash ber-GN 14. Penghitungan yang biasa digunakan biasanya justru mencari aperture tepat untuk blitz tertentu. Misalnya, dengan blitz GN 28 maka untuk memotret obyek berjarak 5m tersebut kita akan menggunakan f/5.6.
GN ini hanya merupakan suatu panduan bagi fotografer. Bukan harga mati. Yang mempengaruhinya ada beberapa. Salah satunya adalah ISO/ASA yang digunakan. Setiap peningkatan 1 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah sebesar sqrt(2) atau sekitar 1,4 kali (atau jarak terjauh dikali 1.4) dan peningkatan 2 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah 2 kali (atau jarak terjauh dikali 2).
Film SLRs vs. Prosumer Digital Camera vs. DSLRs
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kamera film dan kamera digital berbeda. Di dalam kamera digital sendiri, ada perbedaan antara kamera poket (dalam hal ini yang biasanya bisa menggunakan flash tambahan adalah PDC/Prosumer Digital Camera)) dan Digital SLR (DSLR). Perbedaan pertama tentu saja dalam hal perbandingan ukuran sensor/film dengan lensa. Karena sensor kamera digital lebih kecil daripada film 35mm, maka kita akan terjebak pada perbandingan panjang lensa yang berbeda. Untuk mendapatkan suatu sudut yang sama misalnya 35mm, maka pada kamera dengan sensor 1/1.8” akan menggunakan lensa sekitar 7.5mm, D100 akan menggunakan lensa 24mm dan 10D akan menggunakan lensa 20mm. Inilah panjang lensa efektif untuk mulai perhitungan menggunakan GN flash tersebut.
Kedua, zooming. Pada PDC, zooming akan menyebabkan perubahan f/stop menjadi lebih lambat (angka besar) dan demikian juga dengan pemakaian zoom konsumer pada SLR/DSLR. Sebagai contoh, kita mengenal lensa 35-70 f/3.3-f.5. Artinya, bukaan terbesar pada 35mm adalah f/3.3 dan bukaan terbesar pada 70mm adalah f/4.5. Ini tentunya akan berpengaruh pada obyek yang ingin difoto.
Penggunaan zoom pada kamera biasanya dibarengi dengan penggunaan zoom head pada flash. Lensa tele/zoom akan mempersempit sudut cakupan lensa dan zoom head pada flash akan mempersempit dispersi cahaya flash itu yang dengan kata lain menambah intensitasnya sehingga bisa menjangkau lebih jauh. Zoom head pada posisi tele dan lensa pada posisi wide akan menyebabkan ada bagian foto yang tidak mendapat cahaya atau kita kenal dengan istilah vignet. Zoom head pada posisi wide dan lensa pada posisi tele akan menyebabkan cahaya flash tidak bisa menjangkau obyek yang jauh (after all, ini gunanya lensa tele kan? Untuk memotret obyek yang jauh?). Selain itu ini juga yang akan terjadi jika lensa 35mm kita pasangkan pada DSLR kemudian kita melakukan penghitungan flash tetap dengan menggunakan perhitungan untuk SLR biasa karena sudutnya sebenarnya sudah setara 50mm atau lebih (tergantung faktor pengalinya). Sebenarnya tidak ada masalah berarti yang muncul, tetapi kita ‘menghamburkan’ cahaya tersebut secara sia-sia saja.
BEDAH TRIK: AIR MENETES
Terinspirasi dari
berbagai karya FN-ers yang mengandung air, dan umumnya bukan menggunakan kamera
jenis Point & Shoot, sehingga bagi saya yang memiliki jenis tersebut,
tertantang untuk berbuat hal yang sama dengan segala keterbatasan yang ada pada
kamera (digital) jenis P & S ini.
Karya saya terkait dengan air akan saya bahas disini, seperti Air Menetes , S.p.l.a.s.h ! , Tetesan Air maupun Tetes Air
Air Menetes, Tetesan Air dan Tetes Air
Kebutuhan :
- Kamera digital P & S (sebaiknya resolusi minimal 2 MP, lebih baik lagi bila memiliki kemampuan makro)
- Tripod, monopod atau benda yang dapat difungsikan sebagai dudukan kamera.
- Senter atau benda yang mengkilat seperti sendok, digunakan untuk pre-focus.
- Ruangan dengan pencahayaan tidak terlalu terang (kira-kira seterang ruangan berukuran 4 x 4 dengan lampu PLC 9 s/d 13 W).
- Sumber tetesan air (keran, selang, sedotan atau yang lainnya) dengan tetesan sekitar 2 atau 3 tetes per detik.
Proses pengambilan gambar :
- Atur tetesan air sekitar 2 sampai 3 tetes setiap detiknya. Banyaknya tetesan setiap detik ini tergantung dari keinginan fotografer, bebas bereksperimen.
- Lakukan setting kamera pada makro bila ada, dan aktifkan fill-in flash (bukan auto flash).
- Arahkan kamera pada air yang menetes, lakukan pre-focus (menekan tombol shutter setengah). Bila tidak dapat fokus, dekatkan benda mengkilat pada posisi air yang menetes untuk membantu pre-focus, bila masih belum fokus, bantu dengan senter. Ini merupakan langkah kritis untuk mendapatkan hasil optimal dari air yang menetes supaya jelas dan tajam.
- Setelah fokus didapat melalui pre-focus, tunggu sampai tetesan air yang terbaik muncul, ambil gambar dengan timing yang pas. Sebaiknya dilakukan berkali-kali, agar nantinya bisa dipilih yang terbaik.
- Kondisi di atas tidak mengikat, lakukan eksperimen dengan berbagai lighting atau angle.
S.p.l.a.s.h !
Kebutuhan:
- Kamera digital P & S (sebaiknya resolusi minimal 2 MP, lebih baik lagi bila memiliki kemampuan makro)
- Botol kecil berisi air
Proses pengambilan gambar:
- Setting flash digicam pada posisi fill-in.
- Pegang kamera dengan tangan kanan (atau kiri)
- Pegang botol berisi air dengan tangan kiri (atau kanan)
- Lakukan pre-focus (lihat artikel di atas)
- Lakukan gerakan cepat terhadap botol seolah kan menumpahkan air di dalamnya secara sekaligus.
- Pada timing yang pas, tekan tombol shutter sepenuhnya.
- Sama seperti sebelumnya, lakukan berkali-kali untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Demikian sedikit sharing pengetahuan, semoga bermanfaat dan selamat berkesperimen.
Karya saya terkait dengan air akan saya bahas disini, seperti Air Menetes , S.p.l.a.s.h ! , Tetesan Air maupun Tetes Air
Air Menetes, Tetesan Air dan Tetes Air
Kebutuhan :
- Kamera digital P & S (sebaiknya resolusi minimal 2 MP, lebih baik lagi bila memiliki kemampuan makro)
- Tripod, monopod atau benda yang dapat difungsikan sebagai dudukan kamera.
- Senter atau benda yang mengkilat seperti sendok, digunakan untuk pre-focus.
- Ruangan dengan pencahayaan tidak terlalu terang (kira-kira seterang ruangan berukuran 4 x 4 dengan lampu PLC 9 s/d 13 W).
- Sumber tetesan air (keran, selang, sedotan atau yang lainnya) dengan tetesan sekitar 2 atau 3 tetes per detik.
Proses pengambilan gambar :
- Atur tetesan air sekitar 2 sampai 3 tetes setiap detiknya. Banyaknya tetesan setiap detik ini tergantung dari keinginan fotografer, bebas bereksperimen.
- Lakukan setting kamera pada makro bila ada, dan aktifkan fill-in flash (bukan auto flash).
- Arahkan kamera pada air yang menetes, lakukan pre-focus (menekan tombol shutter setengah). Bila tidak dapat fokus, dekatkan benda mengkilat pada posisi air yang menetes untuk membantu pre-focus, bila masih belum fokus, bantu dengan senter. Ini merupakan langkah kritis untuk mendapatkan hasil optimal dari air yang menetes supaya jelas dan tajam.
- Setelah fokus didapat melalui pre-focus, tunggu sampai tetesan air yang terbaik muncul, ambil gambar dengan timing yang pas. Sebaiknya dilakukan berkali-kali, agar nantinya bisa dipilih yang terbaik.
- Kondisi di atas tidak mengikat, lakukan eksperimen dengan berbagai lighting atau angle.
S.p.l.a.s.h !
Kebutuhan:
- Kamera digital P & S (sebaiknya resolusi minimal 2 MP, lebih baik lagi bila memiliki kemampuan makro)
- Botol kecil berisi air
Proses pengambilan gambar:
- Setting flash digicam pada posisi fill-in.
- Pegang kamera dengan tangan kanan (atau kiri)
- Pegang botol berisi air dengan tangan kiri (atau kanan)
- Lakukan pre-focus (lihat artikel di atas)
- Lakukan gerakan cepat terhadap botol seolah kan menumpahkan air di dalamnya secara sekaligus.
- Pada timing yang pas, tekan tombol shutter sepenuhnya.
- Sama seperti sebelumnya, lakukan berkali-kali untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Demikian sedikit sharing pengetahuan, semoga bermanfaat dan selamat berkesperimen.
Baterai dan Perilakunya
Baterai adalah salah satu dari sumber energi dan sangat penting bagi penggunaan kamera digital. Produsen kamera digital mengunakan berbagai macam jenis baterai yang berpengaruh terhadap harga, ukuran serta kemampuan kamera tersebut. Untuk jenis yang paling banyak digunakan saat ini, adalah baterai type Lithium dan type AA. Untuk type AA biasanya digunakan baterai Alkaline. Berbeda dengan baterai AA biasa, jenis Alkaline mempunyai kapasitas lebih besar yang pada kamera digital digunakan untuk LCD dan Flash. Namun, penggunaan baterai Alkaline sebenarnya lebih disarankan untuk diganti dengan jenis NiMH yang mempunyai kapasitas lebih besar lagi dibanding Alkaline dan mempunyai kemampuan untuk di isi ulang. Sedangkan jenis baterai Lithium lebih menguntungkan dari segi berat dan ukuran, karena kamera yang menggunakan baterai type Lihtium biasanya didesign lebih compact dan lebih ringan dibanding kamera dengan baterai type AA.
Jika diperhatikan pada baterai Alkaline kemungkinan tidak terlihat berapa besar kapasitas yang tertulis pada baterai, sedangkan pada NiMH terlihat jelas berapa besar kapasitas yang dapat disimpan oleh baterai tersebut. Ketika baterai memberaikan power kepada peralatan elektronik yang memerlukan energi yang besar seperti kamera digital, peralatan komputer, portable music player sebuah baterai Alkaline hanya akan memberikan sebagian dari kapasitasnya. Sedangkan pada baterai NiMH atau NiCd, baterai tersebut memberikan lebih banyak kapasitasnya dan besarnya mendekati kapasitas maksimum pada peralatan elektronik yang rakus energi. Itu berarti pada kamera digital, sebuah NiMH dengan kapasitas 1800 mAh dapat memberikan lebih banyak foto dibanding sebuah baterai Alkaline yang mempunyai kapasitas 2800 mAh.
Baterai recharger NiCD, NiMH dan Lithioum (Li-ion)
Tipe baterai isi ulang dibagi dalam tiga kategori umum: nickel cadmium (NiCd), nickel metal-hydride (NiMH), dan lithium-ion (Li-ion). Ada juga tipe lithium polymer (Li-poly) yang supertipis, namun mahal dan jarang ada di pasaran.
Baterai NiCd merupakan jenis tertua, paling tahan banting, namun berat dan volumenya paling besar. Baterai jenis ini sudah tidak lagi banyak digunakan pada kamera karena dianggap tidak praktis. Baterai NiCad sangat rentan efek memori. Maksudnya, baterai hanya mengisi ke tingkat dimana baterai terakhir di-discharge, akibat proses akumulasi gas yang terperangkap dalam plat sel baterai. Jika baterai di-discharge hingga 30 persen dan di recharge, maka baterai hanya akan mengisi energi yang terpakai tadi (30 persen) yang dilanjutkan dengan penyusutan volume "gas" yang terperangkap. Cara terbaik untuk menghilangkan efek memori dan membuang sisa gas terperangkap adalah dengan melakukan "burping", atau mengkondisikannya. Maksudnya, menghabiskan seluruh isi baterai pada kamera hingga benar-benar kamerea mati dan melakukan re-charging.
NiMH merupakan pengembangan dari NiCd, dibanding NiCd dengan volume sama, kapasitasnya jauh lebih besar. Namun, seperti halnya NiCd, NiMH juga rawan terhadap memory effect meski tidak sebesar NiCd. Beberapa produsen baterai bahkan menyatakan NiMH produknya bebas memory effect. Fenomena ini muncul saat baterai yang belum habis dipakai sudah di-charge ulang. Bila dilakukan berkali-kali baterai dapat kehilangan kapasitasnya dan hanya mampu menampung sedikit daya saja sebelum dengan cepat habis. Memory effect dapat dihilangkan dengan mengosongkan baterai sampai habis sebelum mengisi ulang.
Li-ion (Lithium) merupakan teknologi terbaru dalam baterai kering isi ulang, lebih ringan dan lebih besar kapasitasnya dari NiMH. Ia juga tidak akan mengalami memory effect hingga Anda bebas mengisi baterai jenis ini kapan saja dan di mana saja. Namun, ia juga paling rentan dengan berbagai macam masalah.
Kata mAh merupakan satuan kapasitas baterai isi ulang. 500 mAh berarti bila baterai dibebani 125 mA (mili amper), ia dapat bertahan 4 jam. Atau 1 jam pada 500mA. Makin besar nilai mAh sebuah baterai berarti ia akan dapat dipakai lebih lama sebelum perlu di-charge ulang. Angka 1.2 V menyatakan besarnya voltase baterai. Pastikan voltase baterai ini sama dengan spesifikasi kamera Anda.
Untuk battery baru, disarankan untuk melakukan proses charging (isi) dan discharging (membuang) setrum 2 sampai 5 kali hingga battery mencapai kapasitas maksimalnya. Cara melakukan discharging dengan menggunakan baterai tersebut sampai tidak bisa digunakan lagi dikamera. Pada alat charger tertentu, disediakan fasilitas untuk discharge baterai. Biasanya fasilitas yang disediakan pada alat ini cukup aman, karena proses pengosongan hanya terjadi sampai batas yang aman.
Setiap 10-15 kali siklus isi ulang baterai NiMH, kosongkanlah baterai hingga habis sama sekali sebelum mengisi ulang. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan "bibit-bibit" memory effect yang mungkin timbul.
Jangan sekali-kali mengosongkan baterai dengan bola lampu dan kabel hingga lampu mati. Ini akan dapat merusak sel baterai yang paling lemah (reversal effect), dan pada gilirannya merusak semua sel. Sisakan setidaknya 1V per sel baterai, pantaulah terus-menerus karena voltase baterai akan turun dengan tiba-tiba. Bila Anda tidak memiliki alat untuk itu, lebih baik jangan lakukan. Mengosongkan dengan kamera adalah cara terbaik, karena ambang batas aman pasti tidak kelebihan.
Beberapa produsen baterai NiMH menyatakan bahwa baterainya bisa di recharge lebih dari 500 kali, namun
bila baterai NiMH telah mencapai 400 kali siklus isi ulang, perlu dipersiapkan untuk penggantian baterai tersebut, karena walaupun masih bisa digunakan, biasanya kapasitasnya sudah menurun dan berarti masa pakai sebelum diisi ulang sudah berkurang.. Baterai Li-ion dapat rusak dengan mendadak jika rangkaian di dalamnya rusak.
Untuk membuang baterai yang sudah tidak digunakan, sebaiknya berhati-hati karena kandungan kadmiumnya bisa mencemari tanah.
Self Discharge
Salah satu yang perlu diperhatikan pada penggunaan baterai charge NiCad dan NiMH adalah 'self discharge', yaitu berkurangnya kapasitas yang terdapat pada battery walaupun tidak digunakan. Jumlah/persentasi self discharge pada masing-masing baterai berbeda-beda, tapi bisa diperkirakan sekitar beberapa persen (1 sampai 3%) perhari dari kapasitas maksimumnya dan pada suhu 70 derajat Fahrenheit.
Penempatan baterai NiMH pada temperator yang lebih rendah akan sedikit membantu mengurangi efek self discharge. Ada yang menyebutkan apabila baterai NiMH dibekukan (dingin) dalam 1 bulan sisa kapasitas baterai masih ada 90% sejak terakhir di recharge. Tapi sebelum digunakan, baterai NiMH yang dibekukan tersebut harus dikembalikan dulu pada suhu ruangan yang normal. Jadi setelah kita men-charge baterai NiMH, sebaiknya disimpan pada suhu yang dingin untuk mengurangi efek self dischargenya.
Disarankan untuk me-recharge lagi baterai yang sudah disimpan dalam jangka waktu yang lama sebelum di gunakan.
Berbeda dengan baterai Alkaline, jika baterai Alkaline disimpan pada suhu ruang normal, efek self discharge yang terjadi kurang dari 2% per tahun. Sehingga walaupun disimpan dalam jangka waktu yang lama, kapasitas baterai Alkaline nyaris tidak akan berkurang dari semula. Sebagai catatan, jika baterai Alkaline disimpan pada suhu 85 derajat Fahrenheit, efek self discharge hanya sekitar 5% pertahun, tapi pada 100 derajat Fahrenheit, efek self discharge baterai Alkalin sekitar 25% pertahun. Jadi apabila kita tinggal pada lokasi yang cuacanya sangat panas, disarankan untuk menyimpan baterai Alkalin pada ruang pendingin untuk menghindari efek selft discharge, walaupun persentasinya sangat kecil sekali dibandingkan efek self discharge pada baterai NiMH dalam kondisi suhu yang sama.
Baterai Lithium juga hampir sama dengan baterai Alkaline, efek self dischargenya sangat kecil dibandingkan dengan baterai NiMH, sehingga jika kita charge penuh dan disimpan pada suhu ruang normal pada waktu yang lama, kapasitanya juga tidak akan banyak berkurang. Tapi sampai saat ini untuk ketiga jenis baterai tersebut (Alkaline, NiMH, dan Lithium) baterai NiMH harganya memang lebih murah dibanding yang lainnya. Jadi dipertimbangkan saja menggunakan baterai jenis yang mana dan disesuaikan dengan peralatan yang akan digunakan.
Charging Time
Ada berbagai macam jenis alat charger yang digunakan untuk mengisi ulang baterai NiMH atau NiCd yang kapasitasnya habis. Alat-alat tersebut mempunyai berbagai macam sensor untuk membatasi kelebihan kapasitas (overcharge) yang dapat mengakibatkan sel baterai tersebut rusak dan kemampuan penyimpanannya berkurang. Sensor dalam bentuk timer, biasanya ini sudah disesuaikan satu paket dengan jenis baterainya, sehingga dari awal charging sampai waktu tertentu, alat charger ini dapat menghentikan pengisian sehingga menghindari overcharge. Ada juga dalam bentuk microprocessor yang biasanya disebut oleh produsen sebagai smart rapid charger, yaitu dapat menghitung dengan tepat berapa sisa kapasitas baterai sebelum alat tersebut berhenti men-charge baterai. Kadang alat ini juga dilengkapi dengan detektor suhu baterai yang berfungsi juga untuk membantu mengendalikan charging baterai. Trickle charge, adalah kemampuan alat charger untuk memberikan ampere secara sedikit-sedikit ke baterai NiMH akibat dari efek self discharge (keterangan tentang self discharger diatas). Kemampuan ini berguna untuk menjaga agar baterai selalu dalam kondisi penuh dan siap pakai, walaupun dibiarkan dalam jangka waktu yang lama di alat charger.
Terdapat juga alat charge yang manual, untuk alat ini sebenarnya hampir sama dengan alat charge yang menggunakan sensor, tapi bedanya perlu diperhitungkan dengan tepat sehingga tidak terjadi overcharge, karena alat ini akan men-charge terus selama belum dimatikan, jadi tidak ada indikator baterai sudah penuh. Namun apabila charging timenya tepat dan tidak melebihi hitungan maksimum, maka penggunaan alat ini cukup aman, tapi biasanya arus yang diberikan cukup kecil (untuk menghindari overcharge) sehingga diperlukan waktu lama agar baterai bisa terisi penuh.
Untuk charging Time pada masing-masing jenis alat charge sebenarnya mempunyai perhitungan dasar yang dapat dihitung dengan rumus ideal sebagai berikut :
mahB = Kapasitas Maksimum Baterai
mAhC = Bersarnya Amper perjam yang diberikan charger
th = Total Waktu dalam Jam
th = mAhB / mAhC
Jadi, jika baterai 1800 mAh dan Ampre Chargernya 100 mAh, berarti :
1800 / 100 = 18 jam
Waktu yang diperlukan untuk chargingnya pada kondisi ideal adalah 18 jam.
Penting !
Hindari untuk membawa baterai AA NiMH / NiCd dan disimpan pada kantong baju atau celana (atau dibawa dengan sembarangan), pada keadaan tertentu baterai tersebut dapat berhubungan singkat satu dengan yang lain dan itu dapat menyebabkan panas dan bahkan menyulut api didalam kantong.
12 Tips Jitu Menjepret Foto Candid
Dalam
fotografi, kita mengenal istilah candid camera. Ini berarti bahwa subjek yang
kita potret tidak dalam kondisi berpose atau 'sadar' kamera. Hasilnya pun
terlihat lebih natural, spontan, dan tidak dibuat-buat.
Untuk candid camera, kita tidak perlu dipusingkan dengan berbagai macam teknik yang rumit. Meski demikian, untuk mendapatkan hasil jepretan yang memikat, ada kiat-kiat khususnya. Berikut 12 tips jitunya :
1. Bawa kamera kemana pun Anda pergi. Siap-siaplah untuk menjepret setiap saat, karena momen menarik bisa hadir di depan mata kapan saja.
2. Perhatikan kondisi sekitar Anda. Hal-hal sederhana bisa menjadi objek menarik untuk dibidik dengan kamera Anda. Misalnya, pemilik toko yang tengah melamun, orang yang sedang menunggu kereta api, lansia yang duduk di sebelah Anda, dua
sejoli yang sedang berpacaran dan sebagainya.
3. Sigaplah untuk siap membidik, karena tidak mudah mendapatkan kesempatan untuk mengambil gambar secara candid. Jadi ketika ada momen bagus, jangan ragu untuk langsung menjepret.
4. Jangan terlalu memusingkan teknik-teknik lighting yang rumit. Berfokuslah pada teknik yang sederhana, dan gunakan fitur otomatis kamera. Ini akan memudahkan Anda. Berbagai masalah teknis, seperti gambar terlalu terang atau gelap dapat disiasati dengan editing komputer.
5. Setinglah kamera pada ISO 400, sehingga kamera menggunakan shutter speed yang cepat. Hal ini memungkinkan Anda untuk menangkap momen dengan tepat meski Anda sedang bergerak.
6. Anda tidak perlu selalu memotret dengan kamera pada posisi mata. Mungkin, Anda bisa meletakkan kamera di pinggang saat mengambil gambar. Di sini memang dibutuhkan pengalaman dan keberuntungan untuk mendapatkan gambar yang bagus.
7. Gunakan lensa zoom paling maksimal sehingga Anda dapat menjaga jarak dari subjek jepretan Anda saat memotret.
8. Jangan pernah mengambil foto punggung orang, ini akan menghasilkan gambar yang membosankan.
9. Cobalah untuk meng-convert gambar ke posisi 'Black and White' untuk mendapatkan hasil yang lebih emosional.
10. Momen 'orang sedang melakukan sesuatu' akan menjadi foto candid yang bagus. Misalnya, atlet, pedagang, petani. Cobalah untuk meng-capture inti dari pekerjaan orang tersebut. Misalnya, meng-capture tukang ledeng yang sedang berkutat memperbaiki pipa bocor atau yang lainnya.
11. Jika Anda berada di tempat umum, sah-sah saja memotret orang. Jika Anda merasa tidak enak untuk mengambil gambar orang tanpa sepengetahuannya, tak ada salahnya Anda meminta izin. Mintalah subjek untuk tidak berpose, bersikap senatural mungkin dan tetap melanjutkan aktivitasnya.
12. Jangan pernah bosan untuk berlatih dan mencoba terus-menerus. Cobalah berbagai macam angle, tempat dan scene yang berbeda-beda. Anda juga bisa mencari inspirasi dari foto candid orang lain. Latihan terus menerus akan mengasah kemampuan Anda.
Untuk candid camera, kita tidak perlu dipusingkan dengan berbagai macam teknik yang rumit. Meski demikian, untuk mendapatkan hasil jepretan yang memikat, ada kiat-kiat khususnya. Berikut 12 tips jitunya :
1. Bawa kamera kemana pun Anda pergi. Siap-siaplah untuk menjepret setiap saat, karena momen menarik bisa hadir di depan mata kapan saja.
2. Perhatikan kondisi sekitar Anda. Hal-hal sederhana bisa menjadi objek menarik untuk dibidik dengan kamera Anda. Misalnya, pemilik toko yang tengah melamun, orang yang sedang menunggu kereta api, lansia yang duduk di sebelah Anda, dua
sejoli yang sedang berpacaran dan sebagainya.
3. Sigaplah untuk siap membidik, karena tidak mudah mendapatkan kesempatan untuk mengambil gambar secara candid. Jadi ketika ada momen bagus, jangan ragu untuk langsung menjepret.
4. Jangan terlalu memusingkan teknik-teknik lighting yang rumit. Berfokuslah pada teknik yang sederhana, dan gunakan fitur otomatis kamera. Ini akan memudahkan Anda. Berbagai masalah teknis, seperti gambar terlalu terang atau gelap dapat disiasati dengan editing komputer.
5. Setinglah kamera pada ISO 400, sehingga kamera menggunakan shutter speed yang cepat. Hal ini memungkinkan Anda untuk menangkap momen dengan tepat meski Anda sedang bergerak.
6. Anda tidak perlu selalu memotret dengan kamera pada posisi mata. Mungkin, Anda bisa meletakkan kamera di pinggang saat mengambil gambar. Di sini memang dibutuhkan pengalaman dan keberuntungan untuk mendapatkan gambar yang bagus.
7. Gunakan lensa zoom paling maksimal sehingga Anda dapat menjaga jarak dari subjek jepretan Anda saat memotret.
8. Jangan pernah mengambil foto punggung orang, ini akan menghasilkan gambar yang membosankan.
9. Cobalah untuk meng-convert gambar ke posisi 'Black and White' untuk mendapatkan hasil yang lebih emosional.
10. Momen 'orang sedang melakukan sesuatu' akan menjadi foto candid yang bagus. Misalnya, atlet, pedagang, petani. Cobalah untuk meng-capture inti dari pekerjaan orang tersebut. Misalnya, meng-capture tukang ledeng yang sedang berkutat memperbaiki pipa bocor atau yang lainnya.
11. Jika Anda berada di tempat umum, sah-sah saja memotret orang. Jika Anda merasa tidak enak untuk mengambil gambar orang tanpa sepengetahuannya, tak ada salahnya Anda meminta izin. Mintalah subjek untuk tidak berpose, bersikap senatural mungkin dan tetap melanjutkan aktivitasnya.
12. Jangan pernah bosan untuk berlatih dan mencoba terus-menerus. Cobalah berbagai macam angle, tempat dan scene yang berbeda-beda. Anda juga bisa mencari inspirasi dari foto candid orang lain. Latihan terus menerus akan mengasah kemampuan Anda.
Selasa, 23 Juli 2013
ANALISA KUALITAS LAYANAN SEBAGAI PENGUKUR LOYALITAS PELANGGAN HOTEL DENGAN PEMASARAN RELASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
ANALISA
KUALITAS LAYANAN SEBAGAI PENGUKUR LOYALITAS PELANGGAN HOTEL DENGAN PEMASARAN RELASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
A.
PENDAHULUAN.
Dalam dunia usaha dikenal
tiga jenis perusahan yaitu perusahaan dagang, perusahaan manufaktur
dan perusahaan jasa. Perusahaan jasa dikenal memiliki berbagai macam
usaha seperti usaha jasa salon, usaha jasa pengiriman barang serta
masih banyak lagi macam usaha jasa yang kian marak bermunculan
diberbagai kota hingga pelosok di Indonesia seperti sekarang.
Perusahaan yang bergerak
dibidang pelayanan seperti hotel yang kegiatan usahanya yaitu
menyewakan kamar, memberikan pelayanan dan menyediakan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki untuk memenuhi kepuasan setiap
pengunjung yang menginap, termasuk kedalam perusahaan jasa. Maka
sebelum kita mengenal tentang hotel, berikut penjelasan atas
pengertian dan karakteristik jasa.
Menurut Valarie A.
Zethamil dan Mary Jo Bitner yang
diterjemahkan oleh Buchari Alma dalam bukunya Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran Jasa, menjelaskan bahwa pengertian jasa
sebagai berikut :
“Jasa adalah suatu
kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan
dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambahan (seperti
kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak
berwujud”.(2000:204)
Hotel termasuk kedalam
jasa servis yang merupakan sarana pelayanan kepada para konsumen.
Hotel dapat dikenal oleh konsumen dilihat dari fasilitas serta
pelayanan yang diberikan yang akan membuat konsumen atau pelanggan
merasa nyaman dan tertarik untuk datang kembali. Berikut penjelasan
dari pengertian hotel, klasifikasi hotel dan layanan hotel.
Menurut Agus Nawar
dalam bukunya Operasional Tatagraha Hotel menjelaskan
mengenai pengertian dari hotel adalah sebagai berikut :
“Hotel adalah suatu
jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan
untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan, minum, serta jasa
lain bagi umum dikelola secara komersial serta memenuhi persyaratan
tertentu yang ditetapkan didalam keputusan menteri pariwisata, pos
dan telekomunikasi”. (2000:13)
B.
ANALISIS.
Pemasaran relasional
menekankan rekrutmen dan pemeliharaan (mempertahankan) pelanggan
melalui peningkatan hubungan perusahaan dengan pelanggan.
Mempertahankan pelanggan jauh lebih murah daripada mencari pelanggan
baru, menurut penelitian diperlukan biaya lima kali lipat untuk
mendapat satu orang konsumen baru daripada mempertahankan satu orang
yang sudah menjadi pelanggan.
- Penekanan dari fokus berorientasi transaksi menjadi hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
- Pemasaran relasional berfokus pada kualitas, customer service, dan aktifitas pemasaran. (Lupiyoadi, 2001:16-17)
Istilah Relationship
Marketing diperkenalkan pada dekade 1980-an dan merupakan konsep yang
relatif baru dan terus berkembang. Sebuah definisi diberikan Leonard
Berry tentang Relationship Marketing adalah merupakan upaya menarik,
mempertahankan dan … dalam organisasi multi jasa … meningkatkan
hubungan pelanggan
Dan
untuk meningkatkan kualitas pelayanannya, Hotel
menerapkan program pemasaran relasional. Penerapan program pemasaran
relasional ini diharapkan mampu membuat pelanggan menjadi setia
sehingga hubungan yang terjadi tidak hanya hubungan antar penjual dan
pembeli, tapi lebih mengarah pada suatu hubungan sebagai mitra.
Program
pemasaran relasional yang dijalankan Hotel yaitu
privilege card.
pelaksanaan program pema-saran relasional dirasakan kurang efektif.
Masalah yang banyak terjadi adalah banyak tamu hotel yang merupakan
pemegang privilege card pada
saat menginap, mereka tidak mengetahui adanya manfaat yang dapat
mereka peroleh sebagai pemegang privilege
card. Selain itu, tidak adanya
pemeliharaan hubungan antar pemegang privilege
card dengan staf departemen
marketing.
Dampaknya adalah staf departemen marketing
tidak mengetahui apakah pemegang
kartu telah menggunakan fasilitas yang tersedia atau belum.
Kualitas pelayanan
terutama untuk sector jasa selalu diidentikkan dengan mutu usaha itu
sendiri. Semakin baik dan memuaskan tingkat pelayanannya maka akan
semakin bermutu usaha tersebut begitu pula sebaliknya. Sehingga usaha
untuk meningkatkan pelayanan selalu dilakukan agar dapat
memaksimalkan kualitas jasa.
Kepuasan
pelanggan didefinisikan sebagai semua sikap berkenaan dengan barang
atau jasa setelah diterima dan dipakai, dengan kata lain bahwa
kepuasan (satisfaction) adalah pilihan
setelah evaluasi
penilaian dari sebuah transakasi yang spesifik (Cronin & Taylor,
1992). Cronin dan Taylor (1994) dalam penelitiannya berhasil
membuktikan bahwa kepuasan pelanggan ditentukan oleh penilaian
pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
Pemahaman terhadap
kualitas layanan memberikan arti penting bagi terwujudnya suatu
layanan yang unggul. Dengan demikian banyak para ahli yang berusaha
menggali dimensi-dimensi yang membangun suatu konstruk kualitas
layanan secara utuh.
Lima dimensi kualitas
jasa (Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1988; Zeithaml et al, 1996)
yang dipergunakan untuk memahami harapan dan persepsi konsumen
terhadap kualitas jasa tersebut adalah :
1.
Keandalan (Reliability)
Kemampuan untuk
melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.
2.
Ketanggapan (Responsiveness)
Kemauan perusahaan untuk
membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
3.
Keyakinan (Assurance)
Pengetahuan dan
keramahtamahan para karyawan serta kemampuan mereka untuk
menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
4.
Empati (Empathy)
Syarat untuk peduli,
memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
5.
Berujud (Tangibles)
Karakteristik
dan Implikasi Manajemen
Karakteristik
|
Implikasi
Manajemen
|
Intengibility
|
|
Inseparability
|
|
Heterogeneity
|
|
Perishability
|
|
Dalam sebuah usaha jasa
perhotelan yang paling diutamakan untuk meningkatkan kualitas
perusahaannya agar tetap maju dan berkembang pesat adalah pelayanan
dengan ramah tamah dan dengan banyak senyum yang harus dipunyai dan
dilakukan oleh setiap karyawan disebuah hotel karena akan sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas perusahaan.
Menurut Wyckof
yang diterjemahkan oleh Fandy Tjiptono dalam bukunya Manajemen Jasa
adalah sebagai berikut :
“Kualitas
Pelayanan Jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan”. (2001:59)
Berdasarkan
kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan merupakan
suatu pencapaian harapan yang unggul yang diharapkan untuk memenuhi
keinginan pelanggan. Menurut Buchari Alma dalam bukunya Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran Jasa, layanan jasa yang ditawarkan khusus
oleh bidang perhotelan adalah sebagai berikut:
- Fasilitas penyediaan atau penyewaan kamar.
- Fasilitas penyediaan ruang konferensi atau ruang sidang.
- Menyediakan penukaran valuta asing.
- Menjual makanan dan minuman.
Kualitas
layanan dengan dimensinya yang berupa tangible,
reliability, responsiveness, assurance,dan
empathy digambarkan
berpengaruh tidak langsung terhadap loyalitas. Dalam hal ini
relationship, Pemasaran relasional, yaitu;
a.
Harmony
Adalah
adanya pemeliharaan hubungan yang terjalin dengan baik melalui
program privilege card antara
staf departemen marketing Hotel dengan konsumennya.
Acceptance
Konsumen
yang bermalam mengetahui ada-nya program privilege
card Hotel serta
memahami keuntungan yang diperolehnya
c.
Participation Simplicity
Adalah
kemudahan prosedur yang dirasakan oleh konsumen bila berminat menjadi
peme-gang privilege card.
Kemudian
pemasaran relasional yang kuat dengan dimensinya yang berupa harmony,
accep-tation, dan participation
simplicity yang didukung dengan
adanya program privilege card yagn
digambarkan berpengaruh langsung terhadap loyalitas pelanggan. Dari
hal ini dapat disimpulkan bahwa baik pemasaran relasional berpengaruh
langsung terhadap loyalitas pelanggan.
Pemasaran
relasional dengan dimensinya harmony,
acceptance, dan participation
simplicity yang didukung dengan
adanya privilege card yang
digambarkan berpengaruh langsung terhadap loyalitas. Dari hal ini
dapat disimpulkan bahwa baik pemasaran relasional berpengaruh
langsung terhadap loyalitas pelanggan. Kualitas layanan dengan
dimensinya yang berupa tangible,
reliability, responsiveness, assurance,dan
empathy digambarkan
berpengaruh tidak langsung terhadap loyalitas. Dalam hal ini
relationship marketing diposisikan sebagai variabel antara atau
intervening karena berhubungan secara tidak langsung antara kualitas
layanan dan loyalitas pelanggan. Kualitas layanan yang baik akan
menimbulkan pemasaran relasional yang kuat berpengaruh positif pada
loyalitas pelanggan.
Untuk
mengentahui apakah Kualitas layanan yang baik akan menimbulkan
pemasaran relasional yang kuat berpengaruh positif pada loyalitas
pelanggan. Kita bisa menggunakan metodologi penelitian yang Yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan Hotel yang dalam jangka waktu 1 tahun terakhir melakukan
kunjungan sebanyak 1-5 kali dan menggunakan fasilitas pelayanan kamar
(menginap di hotel). Dengan kata lain, kualitas layanan berpengaruh
pada loyalitas melalui pema-saran relasional sebagai variabel
intervening.
Dan Variabel independennya adalah Kualitas layanan, Tangibles,
Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy sedangkan
Pemasaran relasional, yaitu; Harmony,
Acceptance, Participation Simplicity Sedangkan
variabel dependennya adalah: Loyalitas pelanggan, dengan indikator
empirik sebagai berikut:. Say
positive things, Recommend friends, Continue purchasing.
Dalam
penelitian ini akan digunakan alat analisa berupa:
1.
Stasistik deskriptif
Merupakan
alat statistik yang memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari rata-rata, stantar deviasi, varian,
range, kurtosis, skweness (Gozali,
2001, p. 19).
2.
Analisa faktor
Analisa
faktor mendefinisikan struktur suatu data matrik dan menganalisa
faktor yang saling berhubungan antar sejumlah besar variabel. Dengan
teknik ini peneliti dapat menentukan dimensi suatu struktur. Jadi
analisa faktor ingin meringkas informasi dari variabel asli menjadi
suatu set dimensi baru dalam bentuk variabel.
3.
Analisa regresi
Merupakan
suatu studi ketergantungan dari variabel dependen terhadap variabel
independen, dengan tujuan mengestimasi atau memprediksi rata-rata
nilai variabel dependen berdasar nilai variabel independen yang
diketahui. Hasil regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing
variabel independen, yang akan digunakan untuk memprediksi variabel
dependen dalam suatu persamaan.
C. KESIMPULAN
Pemasaran relasional ini
merupakan suatu kegiatan yang memiliki tingkat kepentingan yang
tinggi, karena dalam perhotelan interaksi antara wisatawan dengan
pelaku di destinasi sangat tinggi (excessive contact).
Pemasaran relasional bermanfaat bagi perusahaan untuk bertahan pada
lingkungan persaingan dan membentuk keunggulan bersaing. Dengan
demikian, untuk menjamin keberlangsungan usaha ditengah lingkungan
yang penuh dengan ketidakpastian dibutuhkan pembelajaran bagi
perusahaan untuk mengetahui cara membina hubungan yang kuat dengan
konsumen.
Kepuasan
konsumen telah menjadi konsep sentral dalam teori dan aplikasi
pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan esensial bagi aktifitas
bisnis. Fakta yang menunjukkan bahwa menarik konsumen baru lebih
mahal daripada mempertahankan, Faktor utama yang menentukan kepuasan
konsumen adalah persepsi konsumen terhadap kualitas jasa. Sementara
itu, kepuasan pelanggan merupakan prediktor yang mempengaruhi
loyalitas pelanggan (Dabholkar and Walls 1999; McDougall and Levesque
2000). Kepercayaan (Trust) merupakan
sarana menuju
komitmen dan hubungan
yang lebih jauh yang bermanfaat penting bagi kedua belah pihak yang
saling percaya (Morgan & Hunt, 1994).
Dalam
konteks yang lebih spesifik dari hubungan penjual dan pembeli, Antara
kepercayaan pelanggan dan loyalitas pelanggan terdapat hubungan yang
erat. Konsumen yang telah memilki kepercayaan akan memiliki loyalitas
pula. Penelitian Chow and Holden(1997) yang bermaksud melihat
keterkaitan antara kepercayaan dan loyalitas, menunjukkan
bahwa kepercayaan mempunyai pengaruh positif yang kuat terhadap
loyalitas.
Konsumen
yang loyal merupakan aset tak ternilai bagi perusahaan karena
karakteristik atau tingkatan bagi konsumen yang loyal menurut Griffin
(2005:32) mempunyai ciri sebagai berikut :
- Melakukan pembelian berulang yang teratur (repeat purchase).
- Pembelian Antarlini Produk dan Jasa (purchase across product lines) .
- Mereferensikan ke orang lain (referrals).
- Menunjukkan kekebalan terhadap Tarikan Pesaing (tidak mudah terpengaruh oleh daya tarik produk sejenis dari pesaing) (retention).
Dari
analisa deskriptif mengindikasikan bahwa sebagian besar responden
cenderung puas pada layanan yang diberikan oleh Hotel,
serta menilai netral pada penilaian mereka terhadap kinerja program
pemasaran relasional yang dijalankan oleh pihak hotel. Selain itu
responden juga menilai netral untuk tingkat loyalitas mereka terhadap
hotel.
Langganan:
Postingan (Atom)