COMMUNITY DEVELOPMENT
Salah satu
teknik kajian baru yang sering digunakan untuk melihat perkembangan dan potensi
masalah satu komunitas lingkunga adalah konsep community development yang
menitikberatkan pada ke-integralan komunitas yang terkait, dalam hal ini adalah
para pelaku industri tembakau. Penyelenggaraan pembangunan daerah tidak
semata-mata menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Ini merupakan tanggung
jawab semua pihak yang terkait termasuk perusahaan dalam kapasitasnya sebagai
pihak yang terkait.
Membahas
pengembangan komunitas (CD) tidak akan pernah mungkin sampai pada apa yang
secara umum dikenal oleh kebanyakan orang sebagai petunjuk teknis. Dengan kata
lain tidak mungkin menyusun petunjuk teknis pengembangan komunitas.Dua alasan
mengapa hal ini tidak mungkin adalah :
-
Tidak ada satu pun teknik yang dapat berlaku umu dan
dapat diterapkan persis di semua komunitas, karena masing-masing komunitas
memiliki karakteristik sendiri.
-
Sesuatu yang pernah berhasil diterapkan di dalam suatu
komunitas belum tentu akan berhasil jika diterapkan persis di komunitas lain
tanpa penyesuaian ke kondisi setempat.
Karena
tidak mungkin menyediakan suatu petunjuk teknis pengembangan komunitas, maka
ke-22 prinsip yang akan diuraiakan berikut ini hanya layak dinilai sebagai
sebuah rambu-ramub dalam pelaksanaan pengembangan komunitas.Prinsip-prinsip
pengembangan komunitas yang sebagaimana sudah disebut terdiri dari 22 prinsip
yaitu :
1.
Pembangunan Terpadu
Pembangunan sosial, ekonomi,
budaya,lingkungan hidup, kepribadian dan spiritual merupakan aspek penting
dalam kehidupan setiap komunitas. Karena itu, program pengembangan komunitas
hendaklah mencakup keseluruhan aspek pembangunan tersebut.Meskipun demikian,
sering ditemui bahwa suatu komunitas lebih menonjol di satu atau dua aspek
tertentu dari berbagai kebutuhan pembangunan yang disebut itu. Karenanya
aspek-aspek yang paling lemahlah yang lebih memperoleh prioritas perhatian
dalam program pengembangan komunitas. Aspek-aspek pembangunan prioritas
tersebut diatas harus selalu menjadi bahan pertimbangan sehingga keputusan
untuk lebih berkonsentrasi pada satu atau dua aspek tertentu (misalnya ekonomi
atau sosial saja) dilakukan secara sadar dan sedapatnya merupakan pilihan
komunitas sendiri, bukan keputusan yang ditetapkan oleh para perencana atau
pekerja pengembangan komunitas yang didasarkan pada sekedar asumsi sepihak.
Satu aspek pembangunan tertentu
juga sangat mungkin digunakan untuk mendorong kegiatan mencapai berbagai aspek
pembangunan lainnya. Misalnya program pengembangan komunitas yang
berkonsentrasi pada aspek ekonomi juga mingkin digunakan untuk mendorong kegiatan menuju tercapainya aspek
budaya dan pelayanan komunitas lainnya.
2.
Menangani Ketidakberuntungan
Struktural
Maksud utama kegiatan program
pengembangan komunitas adalah tercapainya keadilan sosial. Setiap hambatan
struktural seperti diskriminasi yang berbasis ras/etnik, agama, gender dsb
harus diperhitungkan. Dengan demikian upaya pengembangan komunitas harus selalu
dijaga agar tidak justru memperkokoh atau menciptakan hambatan-hambatan
struktural tersebut. Sebaliknya harus selalu diupayakan segala cara yang
mungkin dan cocok dilakukan untuk mengurangi atau meniadakannya.
3.
Menghargai Hak Asasi Manusia
Pemahaman dan tekad yang kuat
untuk melindungi dan melaksanakan hak asasi manusia menjadi basis penting bagi
pengembangan komunitas. Struktur upaya pengembangan komunitas harus dirancang
dengan sangat mempertimbangkan agar tidak melanggar prinsip-prinsip hak asasi
manusia.
4.
Keberlanjutan (Sustainability)
Sangat penting agar setiap
upaya pengembangan komunitas dilakukan berbasis pertimbangan keberlanjutan.
Jika tidak maka upaya tersebut hanya akan menghasilkan sesuatu yang bersifat
sementara bahkan darisudut pandang ekologis upaya pengembangan komunitas dapat
menjadi penyebab kerusakan lingkungan lebih parah. Keberlanjutan menuntut agar
penggunaan segala jenis sumberdaya tak terbarukan seminimal mungkin. Prinsip
ini mengandung implikasi praktis terhadap penggunaan lahan, gaya hidup,
perlindungan sumber daya alam dan sebagainya.
5.
Pemberdayaan (Ewpowerment)
Pemberdayaan haruslah menjadi
bagian yang menyatu dalam setiap upaya pengembangan komunitas. Pemberdayaan
berarti penyediaan sumber-sumber daya (source of power), kesempatan,
pengetahuan dan ketrampilan bagi komunitas agar mereka mampu meningkatkan
kapasitasnya untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan memberi warna
kehidupannya.
6.
Peningkatan
Kesadaran Pada Hubungan Interaksi Antara Individu Dengan Proses Politik
Pengembangan komunitas
merupakan potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kesadaran politik para
anggota komunitas. Hal ini merupakan juga langkah awal paling kritis dalam peningkatan
kesadaran (consiousness raising) yang menjadi salah satu instrumen dalam rangka
pemberdayaan. Tanpa peningkatan pemahaman komunitas tentang hubungan antara
pribadi dengan politik dan sebaliknya, maka upaya pengembangan komunitas
mustahil berhasil.
7.
Basis Kepemilikan (Asset-Base) Dan
Peningkatan Rasa Memiliki (Sense Of Belonging)
Pengembangan komunitas juga
harus menekankan pada pengembangan basis kepemilikan dan rasa memiliki
komunitas dan atau menyediakannya jika belum ada. Basis kepemilikan dalam konteks
ini dapat dilihat dari dua konsep yaitu: kepemilikan material dan kepemilikan
atas struktur dan proses yang dilakukan dalam komunitas.Memperluas(meningkatkan
basis kepemilikan komunitas adalah aspek penting dalam pembangunan komunitas
karena hal itu akan meningkatkan jatidiri, menjadi alasan bagi komunitas untuk
terlibat dalam pengelolaandan perolehan manfaat atas sesuatu yang menjadi milik
bersama tersebut dan akan meningkatkan efisiensi pemanfaata sumber daya.
Basis kepemilikan dan rasa
kepemilikan atas struktur dan proses dalam komunitas sangat berkaitan dengan
pengorganisasian komunitas. Untuk itu prasyarat utama adalah desentralisasi
selain diperlukan upaya untuk meningkatkan sumber daya, ketrampilan dan
peningkatan rasa percaya diri.
8.
Kemandirian (Keswadayaan)
Kemandirian menginginkan agar sedapat mungkin menggunakan
sumber daya yang tersedia dari dalam komunitas itu sendiri dan meminimalisasi
penggunaan sumber daya dari luar.. Prinsip ini berlaku untuk setiap sumberdaya
dari luar yang mungkin diperlukan oleh komunitas (finansial, teknologi, alam,
dan sumberdaya manusia).
9.
Independensi
(Dalam Hubungan Komunitas Dengan Pemerintah)
Prinsip kemandirian ini erat
kaitannya dengan hubungan komunitas pemerintah dan pihak lainnya diluar mereka
sendiri. Sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa upaya-upaya pengembangan
komunitas yan disponsori oleh Pemerintah bukan memandirikan dan memberdayakan
komunitas tetapi malah sebaliknya menciptakan ketergantungan dan pelemahan.
Sulit menemukan rumusan yagn
tepat untuk bagaimana seharusnya Pemerintah terlibat dalam upaya pengembangan
komunitas. Karena itu sementara dapat disebutkan bahwa dukungan Pemerintah
dalam pengembangan komunitas hanya diperlukan sebagai pemulai (starter).
10.
Keselarasan
Antara Pencapaian Tujuan Jangka Pendek Dengan Visi Masa Depan.
Seolah-olah selalu ada
pertentangan antara keinginan untuk segera mencapai tujuan jangka pendek yang
nyata dan terukur dengan tujuan ideal jangka panjang ke masa depan yaitu suatu
komunitas dan masyarakat yang lebih baik.
Memfokuskan lebih banyak
energi pada pencapaian tujuan jangka pendek semata akan menggagalkan pencapaian
tujuan jangka panjang. Sebaliknya, mengerahkan sebagian besar energi untuk
mencapai tujuan jangka panjang akan mengundang keputus-asaan karena seolah-olah
tidak pernah menghasilkan sesuatu. Tidak jarang
bahwa komunitas itu sendiri yang berkeinginan hanya untuk mencapai
tujuan jangka pendek yang segera dapat dirasakan. Komunitas sering tidak sabar
melakukan proses-proses yang sedikit lebih panjang untuk mencapai hasil yang
berkelanjutan.
11.
Pendekatan Pembangunan Yang Organik.
Pembangunan yang organik
adalah kebalikan dari pembangunan yang sentralistik dan mekanistik. Komunitas
lebih bersifat organik seperti tumbuhan daripada bersifat mekanistik seperti mesin.
Karenanya, upaya-upaya pengembangan komunitas tidakdapat diatur dan
dikendalikan dengan rumus-rumus teknis sebab-akibat sederhana tetapi lebih
merupakan suatu proses dinamika yang kompleks. Pengembangan komunitas lebih
merupakan wilayah seni ketimbang wilayah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Komunitas memiliki kapasitas
terpasang internal (inheren) untuk mengembangkan potensinya sendiri, dan karena
itu upaya pengembangan komunitas lebih pada menyediakan kondisi yang tepat yang
memungkinkan pengembangan pengembangan potensi tersebut dapat berlangsung
dengan baik.+
12.
Pemilihan Ritme Pembangunan
Konsekuensi pembangunan yang organik adalah komunitas
sendirilah yang sebaiknya menentukan ritme pembangunan yang akan dilaksanakan
sesuai dengna dinamika mereka. Pemaksaan
kegiatan pengembangan komunitas akan menghasilkan kompromi berlebihan terhadap
proses yang mestinya dilakukan. Ini dapat memupus komitmen komunitas untuk
tetap berpartisipasi dalam pelaksanaan. Keberhasilan pengembangan komunitas
hanya akan tercapai jika kecepatan & percepatan pembangunan dilakukan
sesuai dengan ritme yang ada di komunitas itu sendiri. Keberhasilan setiap
pekerja pengembangan komunitas lebih ditentukan oleh kemampuannya
menimbang-nimbang hal itu.
Proses pembangunan dapat
dstimulasi dan didorong tetapi tidak dapat dipaksa, dipercepat atau
diperlambat. Kondisi ini sering mengakibatkan para perencana, pengelola,
pekerja pengembangan komunitas, politikus, dan birokrat yang berkeinginan
segera melihat hasil nyata dan terukur menjadi putus asa. Inilah yang
menyebabkan mengapa model pembangunan yang birokratis menjadi tidak sesuai
untuk melaksanakan pengembangan komunitas.
Pengembangan komunitas adalah
proses belajar bagi komunitas itu sendiri. Sementara itu, seorang pekerja
pengembangan komunitas dapat saja sangat tergoda untuk mempercepat proses
dengan menggurui komunitas tentang apa yang harus dilakukan atau dengna cara
yang sopan mengajukan saran-saran persuasif.
13.
Pasokan
(Supply) Pakar Dan Kepakaran Dari Luar.
Jawaban spesifik atas suatu masalah,
struktur atau proses dari luar komunitas kadang-kadang berguna. Tetapi yang
lebih sering terjadi adalah bahawa solusi dari luar komunitas tidak dapat
digunakan secara efektif. Karenanya, sesuatu yang bertumpu kepada komunitas
selalu merupakan alternatif prioritas.
Tidak ada satu cara yang selalu tepat diberlakukan pada satu
komunitas. Dalam pengembangan komunitas prinsip paling penting adalah ‘jangan
pernah percaya sepenuhnya pada struktur dan solusi dari luar komunitas’ betatapun
struktur dan solusi itu ditawarkan dengan maksud baik. Upaya Pemerintah
menetapkan satu kebijakan pengembangan komunitas yang mengatur bagaimana
sesuatu harus dilakukan adalah sia-sia dan justru bertentangan dengan
prinsip-prinsip pengembangan komunitas. Pemerintah dapat membantu dengan
penyediaan sumber daya, komunikasi, dukungan dan jaringan kerja, tetapi tidak
dengan menentukan tatacara pelaksanaan pekerjaan pengembangan komunitas. Semua
teknik, ketrampilan, keahlian proses dan struktur yang diterapkan disuatu komunitas dengan
hasil prima berlaku khusus untuk komunitas itu, tidak dapat digunakan secara
universal disembarang komunitas.
14.
Pentingnya Pembangunan Komunitas
Pembangunan komunitas terdiri dari penguatan interaksi sosial
di dalam komunitas, membangun kebersamaan, membantu komunitas berkomunikasi
satu dengan yang lain dalam cara yang mendorong terciptanya dialog yang
efektif, saling memahami menuju terlaksananya kegiatan-kegiatan dan tujuan
bersama.
Hilangnya nilai-nilai pentig suatu komunitas telah
mengakibatkan terjadinya fragmentasi, isolasi dan individualisme dan karenanya
pembangunan komunitas menjadi penting untuk merubah keadaan menjadi sebaliknya.
Pengembangan komunitas yang baik selalu berupaya mempersatukan
komunitas dan menjamin agar setiap kegiatan komunitas diarahkan untuk membangun
komunitas itu dengna mencari upaya agar semakin banyak anggota komunitas yang
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Hal
ini akan memberi peluang bagi semua untuk berinteraksi baik secara formal
maupun informal. Suasana informal sering lebih disukai. Dengan demikian,
pembangunan komunitas tidaklah sesederhana mengumpulkan orang-orang, tetapi
mencakup upaya-upaya mendorong dan menyediakan kondisi yang sesuai untuk
bekerjasama, menyediakan struktur, mekanisme saling membutuhkan dalam melakukan
kegiatan bersama, dimana setiap orang dapat memberi sumbangan dan menghargai
sumbangan orang lain.
15.
Keselarasan
Antara Proses Dan Hasil
Proses dan hasil sering
dpertentangkan. Pendekatan pragmatis dalam pengembangan komunitas lebih
mengutamakan hasil (output dan outcomes), sementara proses diabaikan. Apa yang
di pandang lebih penting adalah hasil yang dicapai, tetapi dengan cara
bagaimana hasil itu dicapai menjadi
kurang penting. Sebaliknya, terlalu mengutamakan pada proses saja dapat menjauhkan
pengembangan komunitas dari hasil-hasil yang seharusnya dapat segera dicapai,
sekalipun hasil tersebut barulah merupakan hasil antara (intermediary outputs).
Sangat celaka jika proses-proses hanya menghasilkan proses-proses yang lain
lagi. Proses dan hasil harus dilihat sebagai dua bagian terintegrasi/menyatu.
Keduanya jadi bagian yang sama penting dalam pengembangan komunitas dan tidak
sebagai fenomena terpisah. Proses pastilah selalu berhubungan dengan hasil dan
hasil pasti terkait dengan proses. Tanpa keselarasan antara keduanya, mustahil
suatu kegiatan pengmbangan komunitas dapat menghasilkan sesuatu yang baik.
16.
Keterpaduan Proses
Keterpaduan proses juga harus dipandang dari adanya persesuaian
dan keterhubungan antara satu proses yang digunakan dalam melaksanakan satu bagian kegiatan dengan
proses yang digunakan dalam melaksanakan bagian kegiatan lainnya. Dengan demikian bagian-bagian kegiatan dalam keseluruhan
pengembangan komunitas tidak sekedar fragmen-fragmen terpisah yang tidak
terikat satu sama lain.
17.
Anti- Kekerasan (Non Violence)
Untuk mencapai komunitas yang
kuat berbasis anti kekerasan, maka proses-proses anti kekerasan harus
diutamakan. Mustahil proses yang mengandung kekerasan dapat menghasilkan
sesuatu yang tidak mengandung kekerasan. Dalam hal ini anti kekerasan tidak
saja dipahami sebagai tiadanya kekerasan fisik diantara sesama anggota
komunitas tetapi termasuk tiadanya kekerasan struktural dimana suatu struktur
sosial dan kelembagaan yang ada yang justru menjadi sumber kekerasan.
Membiarkan adanya tekanan dari
seseorang/pihak/kelompok kepada orang/pihak/kelompok lain di dalam suatu
komunitas dan atau pemaksaan kehendak sama saja dengan membiarkan adanya
kekerasan didalam komunitas.
18.
Pengikutsertaan (Inclusiveness)
Penggunaan prinsip pengikutsertaan didalam
pengembangan komunitas berarti bahwa sekalipun ada kelompok yang tidak sepakat
atas sesuatu hal yang berhubungan dengan suatu keputusan, kelompok itu tetap
harus diikutsertakan dalam proses bukan malah disingkirkan. Tidak saja perbedaan
pandangan bahkan konfrontasi terkadang diperlukan dan banyak cara yang dapat
dipilih untuk melakukan dan menghadapi konfrontasi.
Tidak ada resep tunggal untuk
hal tersebut. Jangan pernah melakukan provokasi dan jika terprovokasi jangan
pernah melakukan tindakan kekerasan. Upaya membangun dialog harus tetap
diutamakan dalam berbagai situasi untuk mengembangkan saling pengertian.
Berusaha memahami cara pandang pihak lain terhadap suatu persoalan sangat
penting. Sekalipun tidak dapat
menyetujui cara pandang tersebut, rasa hormat terhadap pihak lain harus
tetap dipelihara dan merupakan prasyarat penting dalam pengembangan komunitas.
19.
Konsensus (Mufakat)
Pelaksanaan prinsip anti
kekerasan dan pengikutsertaan (inclusiveness) memerlukan dasar-dasar
pengambilan keputusan secara mufakat. Satu kelebihan cara pengambilan keputusan
secara mufakat adalah begitu keputusan diambil maka semua pihak akan merasa
memiliki keputusan itu dan lebih dipastikan semua pihak akan cenderung menjaga
dan mematuhi keputusan itu secara swakarsa. Mufakat tidak dapat dipahami secara
sederhana sebagai tercapainya kuorum (50 % plus 1), sementara selebihnya akan
merasa tidak puas dan kecil kemungkinan dapat menerima, menjaga dan mematuhi
keputusan tersebut. Mufakat juga tidak dapat dipahami sekedar kompromi
sederhana yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan sebagian besar orang.
Selain
karena mufakat memerlukan proses yang relatif lebih lama jika dibandingkan
dengna teknik pengambilan keputusan yang lain harus pula dicamkan bahwa mufakat
bulat hanyalah ilusi yang tidak pernah terwujud. Karena itu daripada berusaha
sekuat tenaga untuk mengupayakan suatu mufakat bulat lebih baik berusaha untuk
mencapai mufakat optimum yang paling mungkin dicapai. Bagian-bagian atau
pandangan-pandangan yang masih diluar mufakat optimum dicatat sebagai
pertimbangan dalam proses pelaksanaan keputusan yang dispakati melalui mufakat
optimum itu.
20.
Kerjasama
Kedua sudut pandang komunitas
yaitu :sudut pandang ekologis dan sudut pandang keadilan sosial lebih
memerlukan struktur persaingan (kerjasama) daripada struktur persaingan.
Tantangan terberat untuk mewujudkan prinsip ini adalah kenyataan bahwa sebagian
besar kelembagaan yang ada sekarang di setiap masyarakat (sistem pendidikan,
sistem rekrutmen tenaga kerja, sistem ekonomi, dsb) telah dibentuk berbasis
pada struktur persaingan.
Persaingan yang paling sehat
sekalipun cepat atau lambat akan sampai
pada situasi saling mengungguli,saling menghambat, saling melemahkan dan bahkan
saling meniadakan. Karena itu patut disadari bahwa seperti halnya mufakat
bulat, persaingan yang sehat itupun adalah ilusi yang tidak akan pernah
tercapai. Hal ini sangat beralasan karena persaingan sangat erat kaitannya
dengan hasrat untuk melampaui, memasang perintang, melakukan serangan dan mendominasi
pihak lain. Karena itu lebih baik berusaha menghapuskan gagasan persaingan yang
sehat dan mengembangkan pemahaman dan strategi persilangan (kerjasama). Apapun
bentuknya , persaingan selalu mengarah pada situasi menang/kalah (win/loose),
tetapi persilangan (kerjasama) selalu lebih mengarah pada situasi menang/menang
(win/win).
21.
Partisipasi
Pengembangan komunitas harus
selalu memaksimalkan partisipasi dimana setiap orang didalam komunitas itu
dapat dilibatkan dalam proses dan kegiatan komunitas. Semakin banyak orang
berpartisipasi aktif, semakin tinggi rasa kepemilikan dan tanggung jawab
terhadap apa yang sudah dimiliki dan apa
yang sedang diupayakan oleh komunitas.
Partisipasi tidak berarti
bahwa semua orang harus terlibat di dalam semua hal. Tiap orang memiliki
kepentingan, ketrampilan dan kapasitas berbeda dan partisipasi hendaknya
dirancang dengan dengan mempertimbangkan hal itu. Pengembangan komunitas
haruslah selalu berupaya menyediakan kemungkinan terluas bagi kegiatan yang
memerlukan partisipasi banyak orang dan memberikan pengakuan terhadap setiap
sumbangan dan kesetaraan bagi setiap orang untuk terlibat. Dalam konteks
ini lagi-lagi hendaknya setiap pekerja
pengembangan komunitas memahami makna partisipasi secara lebih komprehensif.
22.
Hak Komunitas Mendefinisak
Kebutuhannya Sendiri
Banyak cara konvensional untuk
mendefinisikan kebutuhan. Para penentu kebutuhan yaitu : para ahli, perencana,
dan pengelola pembangunan, konsultan, pekerja pengembangan komunitas dan
sejenisnya sering memiliki pandangan dan bahkan kepentingan tertentu dalam
menentukan kebutuhan komunitas. Itulah sebabnya terlalu sering terjadi dimana
perencanaan pembangunan mengandung bias para ahli (expert bias). Celakanya bias
ini selalu saja terulang.
Untuk mengatasi hal itu
sedapat mungkin proses penentuan kebutuhan dilaksanakan secara partisipatif
untuk mencapai konsensus antara para ahli penentu kebutuhan dengan komunitas.
Komunitas dimungkinkan mendefinisikan dan menyatakan kebutuhan yang mereka
rasakan. Disinal perlunya instrumen-instrumen perencanaan partisipatif .
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk
perencanaan partisipatif tersebut, diantaranya : PRA (Partisipatory rapid
Apraisal), PLA (Partisipatory Action and Learning), OOPP (Objective Oriented
Project Planning) dan sejenisnya . Penggunaan metode dan pendekatan perencanaan
pembangunan partisipatif seperti ini
hendaknya diutamakan dalam merencanakan pengembangan komunitas daripada
penggunaan metode dan pendekatan perencanaan pembangunan konvensional.
Dari 22 prinsip-prinsip
pengembangan masyarakat (Community Development) diatas maka dapat dijelaskan
secara singkat langkah-langkah penting dari konsep Community Development (CD)
tersebut :
· Keikutsertaan masyarakat dalam mengungkapkan kebutuhan
dasar kehidupannya didalam proses perencanaan daerah
·
Penentuan
prioritas pembangunan daerah
·
Pelibatan dalam proses pengambilan kebijakan pembangunan
daerah
· Penyediaan
fasilitas dan utilitas oleh pihak swasta dalam pemenuhan kewajibannya
· Keikutsertaan masyarakat dalam mengawasi/ memantau
pelaksanaan pembangunan daerah termasuk pembangunan oleh pihak swasta
· Prioritas dalam pemanfaatan fasilitas dan utilitas
permukiman serta pemeliharaannya
·
Keberlangsungan
kehidupan perusahaan
·
Keberlanjutan sumber daya alam & kelestarian
lingkungan
·
Kepastian hukum dan pelayanan administrasi usaha
·
Pengembangan
perencanaan selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar