Jumat, 25 Januari 2013

DASAR-DASAR PERENCANAAN PARTISIPATIF


a.      Macam-macam Perencanaan Partisipatif
Mengingat sifat pengelolaan pembangunan desa itu meliputi banyak aspek dan memiliki keterkaitan dengan banyak pihak, maka tidak dapat dihindari bilamana metode perencanaan partisipatif yang diperkenalkan di tingkat desa juga banyak jenisnya.  Diluncurkannya berbagai macam metode atau cara perencanaan partisipatif seperti itu sangat dipengaruhi oleh masing-masing pihak, baik instansi pemerintah maupun lembaga lainnya, sesuai dengan kepentingannya.
Berbagai metode perencanaan partisipatif yang langsung melibatkan peran masyarakat, telah banyak dikenal.  Berikut beberapa metode perencanaan partisipatif.
1)      Metode ZOPP, yakni perencanaan proyek yang berorientasi kepada tujuan.
ZOOP, adalah singkatan dari kata-kata :
-         Ziel, tujuan,
-         Orienterte, berarti berorientasi,
-         Projekt, berarti proyek, dan
-         Planung, berarti perencanaan.
Perencanaan partisipatif melalui metode ZOOP ini dilakukan dengan menggunakan empat alat kajian dalam rangka mengkaji keadaan desa.
-         Kajian permasalahan; dimaksudkan untuk menyidik masalah-masalah yang terkait dengan suatu keadaan yang ingin diperbaiki melalui suatu proyek pembangunan.
-         Kajian tujuan; untuk meneliti tujuan-tujuan yang dapat dicapai sebagai akibat dari pemecahan masalah-masalah tersebut.
-         Kajian alternatif (pilihan-pilihan); untuk menetapkan pendekatan proyek yang paling memberi harapan untuk berhasil.
-         Kajian peran; untuk mendata berbagai pihak (lembaga, kelompok masyarakat, dan sebagainya) yang terkait dengan proyek selanjutnya mengkaji kepentingan dan potensi.
Melalui penggunaan alat kajian itu maka metode ZOPP bertujuan untuk mengembangkan rancangan proyek yang taat azas dalam suatu kerangka logis.
Metode ZOPP, dalam penerapannya dapat dikenali dari ciri-ciri utamanya.  Dibawah ini tertera ciri-ciri utama metode ZOPP.
a)            Adanya kerja kelompok; bahwa perencanaan dilakukan oleh semua pihak yang terkait dengan proyek (mencirikan keterbukaan)
b)            Adanya peragaan; pada setiap tahap dalam perencanaan direkam secara serentak dan lengkap serta dipaparkan agar semua pihak selalu mengetahui perkembangan perencanaan secara jelas (mencirikan keterbukaan).
c)            Adanya kepemanduan; yakni kerjasama dalam penyusunan perencanaan diperlancar oleh orang atau sekelompok orang yang tidak terkait dengan proyek, tetapi membantu untuk mencapai mufakat (mencirikan kepemanduan)
Perencanaan dengan metode ZOPP mempunyai kegunaan untuk meningkatkan kerjasama semua pihak yang terkait, mengetahui keadaan yang ingin diperbaiki melalui proyek, merumuskan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan sebagai dasar pelaksanaan proyek.
Mutu hasil perencanaan itu sangat tergantung pada informasi yang tersedia dan yang diberikan.

2)      Metode Participatory Rural Appraisal (PRA); dimaksudkan sebagai metode pendekatan belajar tentang kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat desa sendiri.  Pengertian belajar disini mempunyai arti luas, karena meliputi juga kegiatan mengkaji, merencanakan dan bertindak
Tujuan utama dari metode PRA ini adalah untuk menghasilkan rancangan program yang lebih sesuai dengan hasrat dan keadaan masyarakat.  Lebih dari itu, PRA juga bertujuan memberdayakan masyarakat, yakni dengan pengembangan kemampuan masyarakat dalam mengkaji keadaan mereka sendiri, kemudian melakukan perencanaan dan tindakan.
Prinsip kerja metode PRA hampir sama dengan metode ZOPP.  Dalam metode ini masyarakat juga dilibatkan secara langsung dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, menggunakan alat kajian, dan adanya pemandu.
Metode PRA tekanannya bukanlah pada kemampuan teknik-teknik PRA dalam partisipasi pengumpulan data, penggunaan alat kajian dan prinsip kepemanduan.   Penekanannya justru pada proses belajar masyarakat dan tujuan praktis untuk pengembangan program.  Sebab penerapan metode PRA adalah untuk mendorong masyarakat turut serta meningkatkan dan mengkaji pengetahuan mereka mengenai kehidupan dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat menyusun rencana dan tindakan.  Metode PRA juga bersifat terbuka untuk menerima cara-cara dan metode baru yang dianggap cocok.

3)      Metode Rapid Rural Appraisal (RRA); merupakan metode yang digunakan sebagai langkah awal untuk memahami situasi setempat.  Sebagai pelaksanaanya dilakukan oleh suatu tim dan dilaksanakan dalam waktu singkat, sekitar 4 hari sampai 3 minggu.  Metode ini dilaksanakan dengan menggali informasi terhadap hal yang telah terjadi, kemudian mengamati dan melakukan wawancara langsung.  Semua informasi tersebut diolah oleh tim untuk kemudian diumpanbalikkan kepada masyarakat sebagai dasar perencanaan.
Metode RRA ini lebih berfungsi sebagai perencanaan dari penelitian lebih lanjut, atau sebagai pelengkap penelitian yang lain, atau sebagai kaji-tindak untuk menyelaraskan antara keinginan masyarakat dan penentu kebijakan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan selama ini, pada prinsipnya ketiga jenis metode perencanaan partisipasif tersebut, mempunyai tujuan yang sama, yakni memberdayakan masyarakat dan kelembagaan desa serta menumbuhkan partisipasi masyarakat.  Dengan metode ini diharapkan sasaran-sasaran pembangunan desa lebih terarah dan berhasil guna.  Namun, metode perencanaan partisipatif yang telah ada ini, kiranya perlu diramu sedemikian rupa dengan mendasarkan prinsip musyawarah gotong-royong yang telah hidup berurat-berakar di masyarakat pedesaan

b.      Makna Perencanaan Partisipatif
Kodrat bagi setiap orang, laki-laki maupun wanita, siapapun mereka, hakekatnya ingin diakui keberadaannya dan ingin dihargai kemampuann, harkat dan martabatnya.  Dari kenyataan tersebut maka seluruh lapisan masyarakat perlu diajak berperanserta atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan.  Cara ini merupakan wujud penghargaan terhadap kemampuan, harkat dan martabat mereka.
Jika kegiatan pembangunan itu selalu diawali dengan proses perencanaan, maka dengan sendirinya juga diperlukan suatu metode pendekatan perencanaan partisipatif.  Metode atau cara yang dimaksud mensyaratkan masyarakat untuk diikutsertakan dalam proses perencanaan.  Dengan demikian perencanaan yang dilakukan dapat lebih didasarkan pada kajian-kajian terhadap masalah yang mereka hadapi serta potensi yang tersedia di dalam masyarakat.
Melalui metode perencanaan partisipatif diharapkan akan ada hubungan yang erat antara masyarakat dengan kelembagaan masyarakat secara terus menerus.  Masyarakat diberi kesempatan untuk menyatakan masalah yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai masukan untuk berlangsungnya proses perencanaan berdasarkan kemampuan warga masyarakat desa itu sendiri.  Itulah makna perencanaan partisipatif, penghargaan terhadap partisipasi yang layak diberikannya.         
Dengan demikian, perencanaan partisipatif yang melibatkan seluruh warga masyarakat dalam pembangunan desanya, merupakan metode atau cara perencanaan yang memfungsikan kelembagaan masyarakat secara nyata di dalam menyusun perencanaan pembangunan.  Dengan cara ini diharapkan masyarakat mau dan mampu melaksanakan, memelihara, dan menindak-lanjuti hasil-hasil pembangunan.
Dengan berlangsungnya metode pendekatan perencanaan partisipatif tersebut diharapkan akan dapat menampung semua permasalahan dan potensi yang ada di desa.  Dengan metode ini dapat diperoleh suatu gambaran umum mengenai keadaan dan situasi desa serta aspek-aspek kehidupan masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus dalam melaksanakan pembangunan di desa.
Lebih lanjut, bilamana proses perencanaan partisipatif itu dapat berlangsung, maka diharapkan akan mampu meningkatkan peranserta masyarakat, yang berarti pula memberdayakan masyarakat dalam pembangunan desanya.

c.       Unsur Yang Berpartisipasi
Dalam perencanaan partisipatif, semua warga atau kelompok dalam masyarakat pada dasarnya berhak untuk berperan di dalamnya agar dapat mengungkapkan permasalahan dan kebutuhan mereka.
Kemungkinan yang muncul dari perencanaan seperti itu adalah adanya masyarakat yang tidak mau mendukung dan tidak mau berpartisipasi dalam suatu program atau kegiatan pembangunan.  Hal ini disebabkan oleh beberapa hal.
1)      Masyarakat tidak diikutsertakan sejak penyusunan perencanaan.
2)      Masyarakat kurang diberi kesempatan, peluang dan penghargaan terhadap partisipasi yang layak diberikannya.
3)      Pemeran atau pelaku partisipasi dicurigai akan mengambil keuntungan pada proses kegiatan pembangunan.
4)      Tingkat kehidupan dan penghidupan masyarakat yang terbatas, sehingga tidak mampu memberikan hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan pembangunan.
5)      Tata nilai dan adat budaya masyarakat yang masih perlu dibenahi.
Oleh karenanya, dengan metode pendekatan perencanaan partisipatif, masyarakat atau kelompok masyarakat diberi kesempatan untuk berperan aktif sebagai upaya mengangkat harkat dan martabatnya.

d.      Ciri Khusus Perencanaan Partisipatif
Ciri khusus perencanaan partisipatif dapat dilihat dari adanya peran serta masyarakat dalam proses pembangunan desa.  Adapun ciri-ciri perencanaan partisipatif antara lain sebagai berikut :
1)      Adanya hubungan yang erat antara masyarakat dengan kelembagaan secara terus-menerus.
2)      Masyarakat atau kelompok masyarakat diberi kesempatan untuk menyatakan permasalahan yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai masukan berharga.
3)      Proses berlangsungnya berdasarkan kemampuan warga masyarakat itu sendiri.
4)      Warga masyarakat berperan penting dalam setiap keputusan.
5)      Warga masyarakat mendapat manfaat dari hasil pelaksanaan perencanaan.



ARTI, PELUANG DAN MANFAAT MANAJEMEN STRATEGIK
 

LATAR BELAKANG


Untuk merealisasikan suatu perencanaan yang baik perlu adanya dukungan dari aspek-aspek pelaksanaan, pengawasan, struktur organisasi, sistem informasi dan komunikasi, motivasi, iklim kerja, sistem penggajian dan budaya organisasi.
Kelemahan perencanaan strategik biasanya bersifat ritual dan mekanis, sifatnya rutin dan sering berpegang pada asumsi-asumsi yang tidak realitis sehingga menyebabkan tidak termonitornya pelaksanaan dan pengendalian dari rencana-rencana yang telah dibuat.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan perencanan strategik diatas maka pada tahun 1980-an muncullah suatu model yang namanya Manajemen Strategik. Model ini mengkombinasikan pola berpikir strategis dalam proses mamajemen. Segala sesuatu yang strategik tidak hanya berhenti pada proses perencanaan saja tetapi juga dilanjutkan pada tingkat operasional dan pengawasan.

Manajemen Strategik juga mencakup trend baru, yaitu:
1.      Peralihan dari perencanaan menjadi keunggulan bersaing
Pembuatan strategi lebih didasarkan pada konsep keunggulan bersaing yang memiliki lima karakteristik, yaitu:
a.      Kompetensi khusus
Keunggulan bersaing merupakan hal khusus yang dimiliki atau dilakukan suatu organisasi yang memberinya kekuatan untuk menghadapi pesaing. Kompetensi ini bisa berwujud opini atau merek yang mempunyai persepsi kualitas tinggi. ( misalnya;  opini: Pengelolaan administrasi yang rapi, terkenal bersih atau bebas KKN/Korupsi Kolusi Nepotisme, Tepat waktu. Merek: Coca cola, IBM, BMW, Mc Donald’s).

b.      Menciptakan persaingan tidak sempurna
Dalam persaingan sempurna semua organisasi menghasilkan produk yang serupa sehingga bebas keluar masuk ke dalam pasar. Suatu organisasi dapat memperoleh keunggulan bersaing dengan menciptakan persaingan tidak sempurna yaitu dengan cara memberikan kualitas yang tinggi di aspek-aspek  tertentu.

c.      Berkesinambungan
Keunggulan bersaing harus bersifat berkesinambungan bukan sementara dan tidak mudah ditiru oleh para pesaing.

d.      Kesesuaian dengan lingkungan internal
Keunggulan bersaing dapat diraih dengan menyesuaikan kebutuhan atau permintaan pasar. Karena lingkungan eksternal bisa berupa ancaman dan peluang, sehingga perubahan pasar dapat meningkatkan keunggulan atau kelemahan suatu organisasi.

e.      Keuntungan yang tinggi daripada keuntungan rata-rata
Sasaran utama keunggulan bersaing adalah mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi daripada keuntungan rata-rata orrganisasi-organisasi lainnya

2.      Peralihan dari Elitism menjadi Egalitarianism
Berpikir strategik dalam Manajemen Strategik tidak hanya dilakukan oleh para kelompok elit perencana saja, tetapi juga ditanamkan kepada setiap anggota organisasi. Dalam Manajemen Strategik orang yang melakukan perencanaan adalah setiap pihak yang juga akan mengimplementasikan rencana tersebut.

3.      Peralihan dari perhitungan (kalkulasi) menjadi kreativitas
Dalam Manajemen Strategik, strategi-strateginya  tidak hanya terfokus pada faktor-faktor yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur saja, tetapi juga mempertimbangkan perspektif yang lebih kualitatif. Strategi lebih banyak tergantung pada aspek perasaan (senses) daripada analisis sehingga dalampenyusunan strategi sangat diperlukan kreatifitas.

4.      Peralihan dari sifat kaku menjadi fleksibel
Manajemen strategik lebih bersifat lentur/fleksibel karena manggabungkan pandangan dan tindakan, menyeimbangkan pengendalian dan learning, serta mengelola stabilitas dan perubahan. Strategi yang dibangun merupakan strategi yag adaptif dan fleksibel dalam menghadapi perubahan dan kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.

ARTI MANAJEMEN STRATEGIK


“Manajemen strategik adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating0 keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa datang.”
Dari definisi tersebut terdapat dua hal penting yang dapat disimpulkan, yaitu:
1.      Manajemen Strategik terdiri atas tiga proses:
a.      Pembuatan Strategi, yang meliputi pengembnagan misi dan tujuan jangka panjang, mengidentifiksikan peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan organisasi, pengembangan alternatif-alternatif strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi.
b.      Penerapan strategi meliputi penentuan sasaran-sasaran operasional tahunan, kebijakan organisasi, memotovasi anggota dan mengalokasikan sumber-sumber daya agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan.
c.      Evaluasi/Kontrol strategi, mencakup usaha-usaha untuk memonitor seluruh hasil-hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan organisasi serta mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.

2.      Manajemen Strategik memfokuskan pada penyatuan/penggabungan aspek-aspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan/akuntansi, operasional/produksi dari sebuah organisasi.

Strategik selalu “memberikan sebuah keuntungan”, sehingga apabila proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi gagal menciptakan keuntungan bagi organisasi tersebut maka dapat dikatakan proses manajemen tersebut bukan manajemen strategik.

PERBEDAAN STRATEGI DAN TAKTIK

Untuk memudahkan pengertian antara strategi dan taktik, kita bisa menggunakan kata tanya “apa” dan “bagaimana”.
Jika kita akan memutuskan “apa” yang seharusnya kita lakukan maka kita akan memutuskan suatu strategi. Jika kita akan memutuskan “bagaimana”  untuk mengerjakan sesuatu maka itulah yang dinamakan taktik. Menurut Drucker, strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right things) dan taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar (doing the things right). Sedangkan menurut Karl Van Clausewits, strategi merupakan suatu seni menggunakan pertempuran untuk memenangkan suatu perang, sedangkan taktik adalah seni menggunakan tentara dalam sebuah pertempuran.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa taktik merupakan penjabaran operasional  jangka pendek dari strategi agar strategi tersebut dapat diterapkan. Karena strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan suatu organisasi, maka strategi memiliki beberapa sifat, yaitu :
1.      Menyatu (unified) : menyatukan seluruh bagian-bagian dalam organisasi.
2.      Menyeluruh (comprehensif): mencakup seluruh aspek dalam organisasi.
3.      Integral (integrated) : seluruh strategi akan cocok/sesuai untuk seluruh tingkatan (corporate, business  and functional)


MANFAAT MANAJEMEN STRATEGIK

Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja (frame work) untuk menyelesaikan setiap masalah strategis di dalam organisasi terutama berkaitan dengan persaingan, maka peran manajer diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir secara strategik.
Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan Mempertimbangkan lebih banyak alternatif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil yang menguntungkan.
Ada bebarapa manfaat yang diperoleh organisasi jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu:
1.      Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju.
2.      Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi.
3.      Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif
4.      Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko.
5.      Aktifitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan untuk mencegah munculnya masalah di masa datang.
6.      Keterlibatan anggota organisasi dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya.
7.      Aktifitas yang tumpang tindih akan dikurangi
8.      Keengganan untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.

RESIKO MANAJEMEN STRATEGIK

Keterlibatan para manajer dalam proses perencanaanstrategik akan menimbulkan beberapa resiloyang perlu diperhitungkan sebelum melakukan proses manajemen strategik, yaitu:
1.      Waktu yang digunakan para manajer dalam proses manajemen strategik uingkin mempunyai pengaruh negatif pada tanggung jawab operasional.
2.      Apabila para pembuat strategi tidak dilibatkan secara langsung dalam penerapannya maka mereka dapat mengelak tanggung jawab  pribadi untuk keputusan-keputusan yang diambil dalam proses perencanaan.
3.      Akan timbul kekecewan dari para bawahan yang berpartisipasi dalampenerapan strategi karena tidak tercap[ainya tujuan dan harapan mereka.

Untuk mengatasi resiko-resiko tersebut para manajer perlu dilatih mengamankan atau memperkecil timbulnya resiko dengan cara:
1.      Melakukan penjadwalan kewajiban-kewajiban para manajer agar mereka dapat mengalokasikan waktu yang lebih efisien.
2.      Membatasi para manajer pada proses perencanaan untuk  mebuat janji-janji mereka terhadap kinerja yang benar-benar dapat dilaksananakan oleh mereka dan bawahannya.
3.      Mengatisipasi dan menanggapi keinginan-keinginan bawahan, misalnya usulan atau peningkatan dalam ganjaran.



PERENCANAAN STRATEGIS DESA

PERUMUSAN VISI

Pengertian:
·         Mimpi desa ke depan  yang dapat dipenuhi (diadakan), bukan fantasi
·         Gambaran keberhasilan ideal bagaimana desa akan diarahkan untuk tahun-tahun mendatang.
·         Mimpi keberhasilan tersebut didasarkan pada nilai-nilai yang diyakini desa
·         Mimpi keberhasil;an mengarah langsung pada tujuan dasar desa
·         Dilandasi kesejatian, kejujuran, kesungguhan dan keikhlasan.

Ciri-ciri Pernyataan Visi Yang Efektif:
·         Mengilhami kerja-kerja desa
·         Menjadi titik dasar desa bergerak ke depan
·         Membantu mengarahkan kemana arah desa bekerja
·         Membantu mengambil keputusan tentang apa yang akan dan tidak akan dilakukan desa
·         Memungkinkan desa menyusun petunjuk kerja yang benar
·         Membantu desa dalam menilai dan mengukur perkembangan dalam waktu yang panjang
·         Rumusan singkat, tegas dan lugas
·         Mudah dipahami siapapun

PERUMUSAN MISI
Misi menggambarkan:
·         Pandangan dasar desa dimana segala sumber daya dan gerak diorientasikan
·         Apa yang akan digarap oleh desa . (mengapa desa perlu eksist)
·         Siapa yang akan diuntungkan oleh kerja-kerja desa (siapa yang akan dilayani)
·         Metode/kegiatan utama yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dasar.

Pernyataan Misi Yang Efektif:
  • Dapat memberikan petunjuk
  • Ringkas/singkat dan bermakna
  • Mudah dipahami dan dapat dikomunikasikan kepada siapapun
  • Mengandung motivasi dan membantu orang lain dapat memahami tujuan daar desa
  • Mengidentifikasikan pada tujuan utama desa
  • Mengekspresikan nilai-nilai/prinsip-prinsip desa.

Pertanyaan Diskusi:
  • Mengapa desa perlu eksist?
  • Siapa yang akan dilayani?
  • Pelayanan apa yang kan dilakukan?
  • Bagaimana pelayanan itu akan diberikan?

ANALISIS SWOT
Analisis SWOT adalah salah satu teknik analisis untuk mengkaji desa dalam suatu lingkungan  secara keseluruhan.
Untuk mengkaji suatu organisasi perlu dilakukan analisis dengan melihat faktor internal (yang muncul dari dalam desa) dan faktor eksternal (yang ada atau datang dari luar desa).

Faktor-faktor  internal yang dapat dianalisis yaitu:
  • Kekuatan (Strengths) dan
  • Kelemahan (Weaknesses)
Pertanyaan kunci untuk menganalisis faktor-faktor internal:
  • Bagaimana kinerja desa selama ini? (penjelasan keberhasilan baik kuantitas maupun kualitasnya) (deskripsi dan penilaian)
  • Sumber daya apa yang dimiliki dan dapat mendukung keberhasilan desa? (penjelasan kuantitas dan kualitas tentang tenaga kerja, tenaga alhi, relawan, dana, informasi, peralatan, jaringan kerja, pengalaman keberhasilan, perangkat dll) (deskripsi dan penilaian)
  • Sistem manajemen, kebijakan dan strategi apa yang dijalankan untuk mendayagunakan sumber daya yang ada? (deslripsi dan penilaian)
  • Apakah kekuatan-kekuatan yang dimiliki desa?
  • Apakah kelemahan-kelamahan yang dimiliki desa?

Sedangkan faktor-faktor eksternal, yaitu:
  • Peluang (Opportunities) dan
  • Ancaman (Threats)
Pertanyaan kunci untuk menganalisis faktor-faktor eksternal:
  • Apa kecenderungan umum mengenai situasi dan kondisi ekonomi, politik, budaya, lingkungan yang menjadi masalah daar?
  • Apa akar penyebabnya? Termasuk kebijakan-kebijakan yang baik di tingkat lokal, nasional ataupun internasional yang mempengaruhi.
  • Siapakah pelaku-pelaku yang turut mempengaruhi masalah tersebut?
  • Adakah pengalaman yang berguna untuk mengatasi masalah tersebut baik pengalaman lokal, nasional maupun internasional?
  • Apakah ancaman-ancaman (dampak negatif) yang ditimbulkan waktu lalu, sekarang dan masa mendatang?
  • Apakah peluang-peluang (dampak pesitif) yang ditimbulkan pada waktu lalu, sekarang dan masa mendatang?

Contoh analisis SWOT:
1.      Strengths (Kekuatan):
·         Sumber daya keuangan yang memadai.
·         Sumber daya manusia dengan keahlian yang tinggi
·         Infrastruktur perdesaaan yang cukup lengkap
·         Jumlah keanggotaan yang besar
·         And lain-lain
2.      Weaknesses (Kelemahan)
  • Tidak memiliki arah perencanaan strategi yang jelas
  • Penggunaan fasilitas administrasi yang kurang memadai
  • Tidak mempunyai kompetensi manajerial yang baik
  • Terbelakang dalam penelitian dan pengembangan
  • Pelayanan kepada masyarakat masih kurang
  • Dan lain-lain
3.      Opportunities (Peluang)
  • Mengembangkan program-program penguatan sumber daya manusia
  • Banyak lembaga-lembaga yang siap untuk bekerja sama
  • Melakukan diversifikasi program kegiatan (mengembangkan program yang berbeda dari yang sudah ada)
  • Dan lain-lain
4.      Threats (Ancaman)
  • Pertumbuhan organisasi yang lamban
  • Intervensi negatif terhadap lembaga.
  • Turunnya dukungan anggota terhadap orgasisasi
  • Setiap musim kemarau kekurangan air bersih
  • Dan lain-lain.


MENENTUKAN STRATEGI-STRATEGI BERDASARKAN HASIL ANALISIS SWOT

Setelah hasil analisis SWOT dilakukan yang menghasilkan  faktor-faktor internal (Kekuatan / Strengths dan Kelamahan / Weaknesses ) dan eksternal ( Peluang / Opportunities dan Ancaman / Threats ), maka berdasarkan hasil tersebut digunakan untuk menentukan strategi-strategi, yaitu:
1.      Startegi SO dengan mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada.
2.      Strategi WO yaitu mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada.
3.      Strategi ST yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkana kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T).
4.      Strategi WT yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T).







Tidak ada komentar:

Posting Komentar