Rabu, 26 Juni 2013

KEMISKINAN MENURUT GARIS KEMISKINAN INTERNASIONAL (INTERNATIONAL POVERTY LINE)

Pada hampir semua negara berkembang, standar hidup (Level of Livings) dari sebagian besar penduduknya sangat rendah. Sebutan rendah tersebut bukan hanya dalam pengertian global, (bila dibandingkan dengan standar hidup orang-orang di negara-negara kaya), namun juga di dalam pengertian domestik, (bila dibandingkan dengan golongan elite di negara mereka sendiri). Standar hidup yang rendah tersebut secara kuantitatif diukur dalam bentuk jumlah pendapatan uang yang sangat sedikit (dibawah 2 USD).

Kondisi masyarakat miskin selalu diikuti dengan kesehatan yang buruk, perumahan yang kurang layak, bekal pendidikan yang minim, angka kematian bayi yang tinggi, angka harapan hidup yang rendah dan sebagainya. Dalam banyak hal, mereka umumnya dalam keadaan yang sangat sulit, sehingga tidak mengherankan jika diantara mereka yang sudah tak mempunyai harapan sedikitpun untuk meraih kehidupan yang lebih bagus dan manusiawi.

Selama dasawarsa 1970-an, pada saat meningkatnya minat dan perhatian terhadap masalah kemiskinan, para ahli ekonomi pembangunan mulai berusaha mengukur luasnya atau kadar parahnya tingkat kemiskinan di dalam suatu negara dan kemiskinan relatif antar negara dengan cara menentukan garis kemiskinan (Poverty Line). Setelah melakukan telaah yang lebih mendalam, mereka akhirnya menemukan konsep yang disebut Kemiskinan Absolut (Absolute Poverty). Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimun yang cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik minimum setiap orang berupa kecukupan makanan, pakaian serta perumahan sehingga dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

Generalisasi yang dilakukan oleh United Nations Development Program (UNDP), Human Development Report menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung pada 2 (dua) faktor utama, yaitu : (1) Tingkat pendapatan nasional rata-rata, (2) Tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan. Setinggi apapun tingkat pendapatan nasional per kapita yang dicapai oleh suatu negara, tetapi apabila distribusi pendapatannya tidak merata, maka tingkat kemiskinan di negara tersebut pasti tinggi. Demikian pula sebaliknya, apabila distribusi pendapatan di suatu negara merata, namun jika tingkat pendapatan nasional per kapitanya tidak mengalami kenaikan (perbaikan), maka angka kemiskinan tetap meluas.

Generalisasi penting berikutnya mengenai kemiskinan adalah bahwa kemiskinan itu lebih banyak di derita oleh kaum wanita. Lebih dari 70% orang miskin di dunia ini adalah wanita. Jika diperbandingkan standar hidup penduduk termiskin di berbagai negara berkembang, maka akan terungkap fakta bahwa ternyata penduduk yang paling menderita pada umumnya adalah kaum wanita beserta anak-anak. Merekalah yang paling sedikit menerima pelayanan kesehatan, air, sanitasi dan bentuk jasa sosial lainnya. Banyaknya kaum wanita yang menjadi kepala rumahtangga, rendahnya kesempatan dan kapasitas mereka dalam mencetak pendapatan sendiri, serta terbatasnya kontrol mereka terhadap penghasilan suami adalah merupakan sebab-sebab pokok yang mendorong timbulnya fenomena tersebut.

Berdasarkan pada rincian tersebut di atas, selanjutnya dapat dikemukakan bahwa terdapat berbagai pandangan berkaitan dengan dimensi kemiskinan, antara lain :
  1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan, papan).
  2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).
  3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
  4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.
  5. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumberdaya alam.
  6. Tidak dilibatkan dalam kegiatan sosial masyarakat.
  7. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
  8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
  9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar