Rabu, 26 Juni 2013

Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan Lalu Lintas

  1. Tundaan
Tundaan adalah perbedaan waktu perjalanan dari suatu perjalanan dari satu titik ke titik tujuan antara kondisi arus bebas dengan arus terhambat (Alamsyah, 2005:177). Tundaan merupakan variabel yang sangat penting untuk menentukan kualitas daripada lalu lintas. Tundaan dipergunakan sebagai kriteria untuk menentukan lalu lintas tingkat kemacetan suatu jalan, makin besar nilai tundaan, makin besar pula tingkat kemacetan pada ruas jalan tersebut.
  1. Hambatan Samping
Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas yang berasal dari aktivitas samping segmen jalan. Hambatan samping yang umumnya sangat mempengaruhi kapasitas jalan adalah pejalan kaki, angkutan umum, dan kendaraan lain berhenti, kendaraan tak bermotor, kendaraan masuk dan keluar dari fungsi tata guna lahan di samping jalan.
Tingkat hambatan samping telah dikelompokkan dalam lima kelas dari kondisi sangat rendah hingga sangat tinggi. Kondisi ini sebagai fungsi dari frekuensi kejadian hambatan samping sepanjang ruas jalan yang diamati. Tingkat hambatan samping dapat dilihat pada tabel. 

Kelas Hambatan Samping
Kelas Hambatan Samping
Kode
Jumlah Bobot Kejadian per 200 M per jam (Dua Sisi)
Kondisi Khusus
Sangat Rendah
VL
< 100
Daerah permukiman, jalan dengan jalan samping
Rendah
L
100 – 299
Daerah permukiman, beberapa kendaraan umum dsb.
Sedang
M
200 – 499
Daerah industri, beberapa toko di sisi jalan
Tinggi
H
500 – 899
Daerah komersial dengan aktivitas sisi jalan tinggi
Sangat Tinggi
VH
> 900
Daerah komersial dengan aktivitas pasar di samping jalan















Sumber: MKJI 1997, 5 – 10

Kriteria Penilaian Kelas Hambatan Samping
Tipe Kejadian Hambatan Samping
Bobot
Frekuensi Kejadian
Frekuensi Bobot
Pejalan Kaki
0,5
/jam, 200m

Parkir, Kendaraan berhenti
1,0
/jam, 200m

Kendaraan Masuk + Keluar
0.7
/jam, 200m

Kendaraan Melambat
0,4
/jam, 200m

Total Bobot

Kelas Hambatan Samping

Sumber: MKJI 1997, 5 – 10
  1. Penanganan Masalah
Permasalahan transportasi perkotaan dapat diselesaikan dengan beberapa langkah. Alternatif- alternarif penyelesaian yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui beberapa langkah, antara lain (Tamin 2000 : 519-520):
  1. Memperlancar sistem pergerakan melalui penerapan kebijaksanaan rekayasa dan manajemen lalulintas.
  2. Meningkatkan pertumbuhan prasarana transportasi terutama dengan memaksimalkan pemanfaatan prasarana yang ada dan belum berfungsi dengan semestinya. Misalnya dengan membangun jaringan jalan baru atau melebarkan jalan yang sudah ada. Cara ini tidak mungkin dilakukan terus menerus sesuai dengan kebutuhan. Pelebaran jalan ada batasnya, karena pada batas tertentu akan berhadapan dengan masalah ekonomi, sosial, dan budaya yang sangat berat, kecuali dengan pengorbanan yang sangat besar
  3. Memperlambat tingkat pertumbuhan kebutuhan transportasi dengan cara mengatasi tingkat urbanisasi yang tinggi dengan pembangunan kota–kota satelit atau kota baru, serta pengaturan pusat kegiatan yang membangkitkan pergerakan 

    Penanganan Masalah Pada Ruas Jalan
Nilai VCR
Penanganan masalah
0,6 – 0,8
Manajemen lalulintas
Pemanfaatan fasilitas ruas jalan yang ada, meliputi:
    • Pemanfaatan lebar jalan secara efektif
    • Kelengkapan marka dan rambu jalan yang memadai serta seragam sehingga ruas jalan tersebut dapat digunakan dengan optimal dari segi kapasitas maupun keamanan lalulintas
Lebih besar 0,8
Peningkatan kinerja ruas jalan
    • Perubahan fisik ruas jalan yang berupa pelebaran atau penambahan jalur jalan sehingga kapasitas ruas jalan tersebut dapat ditingkatkan secara berarti
Jauh lebih besar dari 0,8
Pembangunan jalan baru
- Penanganan ini dilakukan apabila pelebaran jalan atau penambahan lajur sudah tidak dimungkinkan
Sumber : Tamin 2000 : 549

Sedangkan, penanganan masalah persimpangan berlampu dan tidak berlampu lalu lintas dapat dikelompokkan sebagai berikut
  1. Penanganan lampu lalu lintas baru, penanganan ini dilakukan bagi persimpangan tanpa lampu lalu lintas yang telah memiliki arus lalu lintas cukup tinggi, sehingga titik konfliknya cukup berat dan kompleks
  2. Pengaturan kembali waktu lalu lintas, penanganan ini dilakukan apabila fase dan waktu yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi volume lalulintasnya. Pendekatan ini didasarkan pada besarnya nilai VCR ruas jalan yang sudah mendekati 0,8
  3. Perbaikan geometrik persimpangan, penanganan ini meliputi pelebaran dan penambahan lajur kaki persimpangan, pelebaran radius sudut tikungan, pemasangan pulau lalulintas. Penanganan ini dilakukan bila nilai VCR ruas jalan yang menuju persimpangan dudah lebih besar daripada 0,8

  1. Manajemen Lalu Lintas
Pengertian Manajemen Lalu Lintas adalah suatu proses pengaturan dan penggunaan sistem jalan raya yang sudah ada dengan tujuan untuk memenuhi suatu tujuan tertentu tanpa perlu penambahan/pembuatan infrastruktur baru. Manajemen lalu lintas diterapkan untuk memecahkan masalah lalu lintas jangka pendek (sebelum pembuatan infrastruktur baru dilaksanakan), atau diterapkan untuk mengantisipasi masalah lalu lintas yang berkaitan (misalnya: kemacetan lalu lintas pada tahap konstruksi, dll). (Alamsyah 2008 : 217)
Tujuan pokok manajemen lalu lintas adalah memaksimalkan pemakaian sistem jalan yang ada dan meningkatkan keamanan jalan, tanpa merusak kualitas lingkungan. Sasaran–sasaran manajemen lalu lintas adalah
  • Mengatur dan menyederhanakan lalu lintas dengan melakukan pemisahan terhadap tipe, kecepatan, dan pemakai jalan yang berbeda untuk meminimalkan gangguan terhadap lalu lintas.
  • Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dengan menaikkan kapasitas atau mengurangi volume lalu lintas pada suatu jalan.
Terdapat tiga strategi manajemen lalu lintas secara umum yang dapat dikombinasikan. Tekniknya adalah sebagai berikut : (Alik Ansyori 2008 : 220-221).
      1. Manajemen Kapasitas
Dalam manajemen kapasitas ini, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat penggunaan kapasitas dan ruas jalan seefektif mungkin sehingga pergerakan lalu lintas dapat berjalan lancar. Teknik yang dapat dilakukan dalam manajemen kapasitas adalah :
  • Perbaikan persimpangan untuk menyakinkan penggunaan kontrol dan geometri secara optimum
  • Manajemen ruas jalan dengan melakukan pemisahan tipe kendaraan, kontrol on street parking (waktu, tempat) dan pelebaran jalan
  • Area traffic control, yaitu berupa batasan tempat belok, sistem jalan satu arah dan koordinasi lampu lalu lintas
      1. Manajemen Prioritas
Manajemen prioritas dapat berupa prioritas bagi kendaraan penumpang umum yang menggunakan angkutan massal karena angkutan massal dapat bergerak dengan membawa jumlah penumpang yang banyak sehingga efisiensi penggunaan ruas jalan dapat percapai. Teknik yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan penggunaan :
  1. Jalur khusus bus
  2. Prioritas persimpangan
  3. Jalur bus
  4. Jalur khusus sepeda
  5. Prioritas bagi angkutan umum
      1. Manajemen Demand (Permintaan)
Strategi manajemen demand yang dapat dilakukan adalah :
        1. Merubah rute kendaraan pada jaringan dengan tujuan untuk memindahkan kendaraan dari daerah macet ke daerah tidak macet
        2. merubah moda perjalanan dari angkutan pribadi menjadi angkutan umum pada jam sibuk yang berarti penyediaan prioritas bagi angkutan umum
        3. kontrol terhadap penggunaan tata guna lahan
Teknik yang dapat dilakukan dalam manajemen demand (permintaan), antara lain adalah dengan melakukan :
  1. Kebijakan parkir
  2. Penutupan jalan
  3. Batasan fisik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar